+ -

Pages

Sabtu, 30 Juni 2012

[daarut-tauhiid] Prioritaskan Tauhid Wahai Kaum Muslimin!

 

Prioritaskan Tauhid Wahai Kaum Muslimin!

Suatu fenomena yang tidak bisa kita pungkiri adalah terpuruknya ummat Islam di berbagai sisi kehidupan. Mulai dari sisi ekonomi, politik, moral-akhlaq bahkan sisi 'aqidahnya dan hampir semua sisi kehidupannya, ummat Islam dalam keadaan lemah. Dari fenomena ini muncul para pemerhati kehidupan ummat yang berusaha untuk mengangkat keterpurukan tersebut. Kita lihat bagaimana gigihnya mereka dalam usahanya tersebut, mulai dari mengadakan seminar-seminar sampai kepada aplikasi nyata berupa praktek di lapangan. Dari gambaran ini nampaknya mereka benar-benar ikhlash dalam usahanya tersebut.

Di antara mereka ada yang memulai dengan membenahi sisi ekonominya dengan beralasan bahwa jika ummat ekonominya kuat maka akan jaya. Yang lainnya lebih menitik beratkan sisi politiknya, sosial budaya, moral-akhlaq dan lainnya dengan mengemukakan argumentasinya masing-masing.
Tapi, wahai saudaraku kaum muslimin, apa yang diperoleh mereka dengan usahanya tersebut? Kejayaan? Kemakmuran? Kesejahteraan? Atau bahkan ummat semakin terpuruk keadaannya?

Benar, ummat Islam bukannya semakin membaik bahkan semakin terpuruk kehidupan mereka, walaupun berbagai kalangan cendekiawan, ekonom, elit politik telah berusaha mengatasinya. Mengapa hal ini terjadi wahai saudaraku? Apa yang salah dari usaha mereka?

Iya, kita semua tidak bisa memungkiri usaha mereka tersebut, yang kita menyangka mereka itu benar-benar ikhlash dan kita berharap demikian. Tapi ingat, tidak cukup semata-mata ikhlash dalam melakukan suatu ibadah (memperbaiki kondisi ummat) bahkan harus ditambah syarat yang kedua yaitu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bagaimana Rasulullah mengatasi keterpurukan ummat pada zamannya, apakah memulai dengan ekonomi, politik, sosial-budaya, moral-akhlaq atau bagaimana? Jawabannya ada dalam hadits berikut ini:

Dari Ibnu 'Abbas rodhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengutus Mu'adz bin Jabal rodhiyallahu 'anhu ke Yaman, beliau bersabda: "Sesungguhnya Engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahlul Kitab (Yahudi & Nashara), maka jadikanlah yang pertama kali Engkau serukan kepadanya adalah syahadat (persaksian) bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah -dalam suatu riwayat: sampai mereka mentauhidkan Allah- maka jika mereka mentaatimu terhadap perkara tersebut, maka beritahukan kepada mereka bahwasanya Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, kemudian jika mereka mentaatimu dalam perkara tersebut maka beritahukan kepada mereka bahwasanya Allah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya mereka lalu diberikan kepada orang-orang faqirnya. Maka jika mereka mentaatimu terhadap perkara tersebut maka hati-hatilah kamu dari harta-harta mulia (berharga dan
paling mahal) milik mereka dan takutlah dari do'anya orang yang terzhalimi karena sesungguhnya tidak ada antara do'a tersebut dan Allah suatu hijab (penghalang) pun." (Muttafaqun 'alaih).

Urgensi Tauhid dalam Kehidupan

Kita lihat, bagaimana Rasulullah menyuruh Mu'adz agar memulai dakwahnya kepada penduduk Yaman dengan tauhid, dalam keadaan penduduk negeri Yaman adalah orang-orang miskin yang tentunya butuh perbaikan ekonomi. Inilah manhaj dakwah para Nabi dalam memperbaiki kondisi ummat dengan memulai tauhid terlebih dahulu. Dengan inilah Nabi dan para shahabatnya mencapai kejayaan di mana Romawi dan Persi -bangsa adi kuasa pada waktu itu- tunduk di bawah telapak kaki-telapak kaki mereka.

Kalau ada yang bertanya, bahwa yang didakwahi oleh Mu'adz adalah orang-orang kafir (Ahlul Kitab) tentu tauhidlah yang paling utama agar didakwahkan kepada mereka, sedang di negeri kita adalah orang-orang muslim yang sudah mengetahui tauhid?

Kita jawab: benar di negeri kita adalah orang-orang muslim tapi sudahkah mereka mengetahui makna dan hakikat tauhid (kalimat syahadat) dengan sebenar-benarnya dan melaksanakan konsekuensi kalimat tersebut dalam amalan mereka? Cobalah renungkan pertanyaan ini, wahai orang-orang yang ingin memperbaiki kondisi ummat!

Tidakkah kita lihat, masih banyak di antara kaum muslimin yang mendatangi kuburan para wali (atau yang dianggap wali), mereka berdo'a kepadanya, meminta rizki kepadanya dan meminta agar dipenuhi berbagai kebutuhan mereka kepada orang-orang yang ada dalam kuburan tersebut. Bukankah ini kesyirikan yang nyata! Belum lagi praktek-praktek kesyirikan lainnya yang mereka lakukan.

Sungguh benar firman Allah Ta'ala: "Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (Yuusuf:106). Al-Haitsamiy menjelaskan ayat ini: "Banyaknya manusia terjerumus kepada kesyirikan tanpa mereka sadari."

Subhaanallaah, Allaahu Akbar!. Musibah terbesar yang menimpa kaum muslimin adalah terjatuh kepada kesyirikan dan kekufuran tanpa mereka sadari. Apakah kita ridha kalau saudara kita atau teman kita sesama muslim atau bahkan kita sendiri jatuh kepada kesyirikan tanpa kita sadari ???

Sungguh, wahai saudaraku kaum muslimin, kalau sebagian dari kita terjatuh kepada kesyirikan atau kekufuran dalam keadaan dia hidup di tengah-tengah kaum muslimin dan dakwah Islam telah sampai kepadanya maka dia tidak dimaafkan (tidak ada 'udzur baginya) karena telah tegak hujjah atasnya. Kalau dia mati dan masih dalam keadaan demikian (berbuat syirik) maka kita perlakukan dia sebagaimana kita memperlakukan kaum musyrikin.
Na'uudzubillaahi min dzaalik, Nas`alullaahas Salaamah wal 'Aafiyah. Aamiin.

Untuk itu, wahai saudaraku kaum muslimin, wajib atas kita, wajib atas kita dan sekali lagi wajib atas kita untuk mempelajari tauhid dengan sebenar-benarnya -dan mementingkan perkara ini-, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada keluarga kita, tetangga dan kaum muslimin secara umum. Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (At-Tahriim:6).

Manhaj Dakwah kepada Allah 

Hadits tersebut (hadits Ibnu 'Abbas di atas-pent) menjelaskan langkah-langkah yang wajib yang harus ditempuh oleh seorang da'i yang menyeru kepada Allah, maka awal sesuatu yang wajib ia mulai adalah berdakwah kepada tauhid dan mengesakan Allah semata dengan ibadah dan menjauhi kesyirikan yang kecilnya dan yang besarnya, dan yang demikian itu (akan tercapai) dengan menyerukan kepada persaksian bahwasanya tidak ada yang berhaq diibadahi selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah.

Dan maksud dari syahadat tersebut adalah bahwasanya ibadah-ibadah dengan semua jenisnya adalah haq yang tetap untuk Allah semata, yang selain-Nya tidak berhaq sedikitpun darinya, tidak dari malaikat yang didekatkan, Nabi yang diutus, ataupun orang yang shalih, tidak pula batu, pohon, matahari, bulan ataupun yang lainnya.

Maka tidak ada yang berhak diberikan do'a kecuali Allah semata, tidak ada yang berhaq dimintai istighatsah (minta dihilangkan dari kesusahan, kesempitan, mara bahaya dan sejenisnya) kecuali kepada-Nya, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali kepada-Nya, tidak ada yang berhak ditawakkali kecuali kepada-Nya dan tidak ada yang berhak ditakuti dan diharapkan kecuali Dia.

Maka barangsiapa yang memalingkan sesuatu dari ibadah-ibadah ini atau yang lainnya kepada selain Allah maka sungguh ia telah berbuat syirik kepada Allah. Allah shallallahu 'alaihi wa sallam berfirman: "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun." (Al-Maa`idah:72).

Dan tidaklah yang diinginkan dari (pengucapan) kalimat Laa ilaaha illallaah adalah pengucapan dengan lisan semata bahkan wajib untuk mengetahui maknanya dan beramal dengan tuntutan kalimat tersebut dan juga harus menyempurnakan syarat-syaratnya, syarat-syaratnya itu ada tujuh, yaitu:

(1). Al-'ilmu, yaitu mengetahui maknanya dengan benar yang meniadakan kebodohan akan maknanya; 
(2). Al-Yaqiin, yaitu meyakini kebenaran kalimat tersebut yang meniadakan adanya keraguan; 
(3). Al-Qabuul, yaitu menerima dengan sepenuh hati konsekuensi/tuntutan kalimat tersebut yang meniadakan penolakan; 
(4). Al-Inqiyaad, yaitu tunduk dan patuh terhadap kalimat tersebut artinya kita melaksanakan dengan sebaik-baiknya tuntutan kalimat tersebut, yang meniadakan dari meninggalkan kalimat tersebut; 
(5). Al-Ikhlaash, yaitu kita mengucapkan kalimat tersebut karena Allah Ta'ala bukan karena riya' atau lainnya, yang meniadakan adanya kesyirikan; 
(6). Ash-Shidqu, yaitu jujur dalam mengucapkan kalimat tersebut yang akan meniadakan kedustaan; 
(7). Al-Mahabbah, yaitu mencintai kalimat tersebut, mencintai Allah, Rasul-Nya dan apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, yang meniadakan kebencian; 
(8). Ada yang menambahkan syarat yang kedelapan yaitu, mengkufuri semua yang diibadahi selain Allah.

Dan yang dimaksud dengan "Syahaadatu anna Muhammadan Rasuulullaah" adalah mengetahui maknanya dan beramal dengan konsekuensi-konsekuensinya. Maka tidaklah yang diinginkan juga semata-mata pengucapan dengannya (tetapi) yang diinginkan adalah membenarkan apa-apa yang beliau khabarkan, mentaati apa-apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa-apa yang beliau larang dan cegah dan beribadah kepada Allah dengan yang Allah syari'atkan kepada lisan Rasul yang mulia ini, tidak dengan hawa nafsu dan tidak pula dengan kebid'ahan.

Maka wajib atas setiap muslim mengetahui (makna) dua kalimat syahadat ini dengan pemahaman yang sebenar-benarnya dan beramal dengan sungguh-sungguh dengan tuntutan-tuntutan kedua kalimat tersebut, yaitu pembenaran, keimanan dan beramal dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah dalam Al-Kitab dan As-Sunnah, baik yang berkaitan dengan 'aqidah maupun yang berkaitan dengan ibadah-ibadah dan syari'at-syari'at dalam setiap sisi kehidupan.

Faidah yang dapat diambil dari hadits ini:

1. Bahwasanya tauhid adalah pokoknya Islam.
2. Bahwasanya rukun Islam yang paling penting setelah tauhid adalah menegakkan shalat.
3. Bahwasanya sewajib-wajib rukun Islam setelah shalat adalah zakat yang wajib, yaitu merupakan dari hak harta.
4. Sesungguhnya seorang imam adalah yang bertugas mengambil zakat dan membagikannya (kepada yang berhaq) baik oleh dirinya sendiri atau oleh wakilnya.
5. Dalam hadits ini terdapat dalil bahwasanya cukup mengeluarkan zakat kepada satu golongan.
6. Bahwasanya tidak boleh membagikan zakat kepada orang kaya.
7. Bahwasanya diharamkan atas petugas zakat mengambil harta terbaiknya (dan juga bagi yang mengeluarkan zakat tidak boleh memberikan yang paling buruknya, tapi berikan yang pertengahannya). 
8. Dalam hadits ini terdapat peringatan agar berhati-hati dari semua jenis kezhaliman.
9. Diterimanya khabar dari seseorang yang adil (khabar ahad) dalam masalah aqidah dan amalan.
10. Agar seorang da'i memulai dalam dakwahnya dengan sesuatu yang paling penting kemudian yang penting dan seterusnya.
{Lihat Mudzakkiratul Hadiits An-Nabawiy fil 'Aqiidah wal Ittiba' karya Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhaliy}. Wallaahu a'lamu bish Shawaab.

Buletin Al Wala' Wal Bara'

Sumber: http://fdawj.atspace.org/awwb/th2/11.htm

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Prioritaskan Tauhid Wahai Kaum Muslimin! Suatu fenomena yang tidak bisa kita pungkiri adal...

[daarut-tauhiid] Menggapai Kemenangan dengan Tauhid

 

Menggapai Kemenangan dengan Tauhid

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada sahabat Mu'adz ibnu Jabal, "Maukah kuberitahukan padamu pokok amal, tiang, serta puncaknya?" Mu'adz menjawab, "Mau, ya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Beliau bersabda, "Pokok amal adalah Islam dan tiang-tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad." (HR Tirmidzi)

Tidak diragukan lagi bahwa jihad adalah amalan yang tertinggi, puncak ketinggian Islam. Jihad adalah salah satu prinsip dari prinsip-prinsip aqidah al Islamiyyah. Dengan berjihad berarti menjadikan agama seluruhnya untuk Allah, mencegah kezholiman dan menegakkan yang haq, memelihara kemuliaan kaum muslimin dan menolong kaum mustadh'afin. Allah berfirman, "Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah." (QS Al Anfaal: 39).

Sebaliknya dengan berjihad juga berarti menghinakan musuh-musuh Allah, mencegah kejahatannya, menjaga kehormatan kaum muslimin, dan menghancurkan kaum kafirin. Allah berfirman, "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar." (QS At Taubah: 29).

Jihad adalah jalannya para salafush sholih dalam rangka menghadang permusuhan kaum kuffar, munafiqin, dan mulhidin, serta seluruh musuh-musuh agama. Di samping itu mereka juga berjihad dengan tujuan memperbaiki keadaan kaum muslimin dalam hal aqidahnya, akhlaqnya, adabnya, dan seluruh urusan-urusan agamanya dan dunianya serta mentarbiyah ilmu dan amalnya.

Sebagai seorang muslim tentunya kita meyakini dalam hati bahwa pertolongan adalah janji bagi ahli iman. Allah berfirman, "Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (QS Ar Ruum: 47). 

Kita juga meyakini bahwa Allah pasti menolong hamba-hamba-Nya yang menjadi penolong agama-Nya. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad: 7). 

Itulah janji Allah dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Allah berfirman, "Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah?" (QS At Taubah: 111). 

Dengan demikian menjadi kewajiban atas setiap muslim ialah mengetahui apa yang mesti dilakukan dalam rangka mengambil sebab yang dengan itu akan membuahkan pertolongan Allah -dengan keyakinan bahwa kemenangan dan pertolongan Allah hanya akan diraih oleh orang-orang yang ahli untuk menerimanya-.

Para pembaca -rahimakumullah-, pertolongan Allah tidak akan turun dengan kita hanya berkoar-koar di atas mimbar, menghitung-hitung kekuatan musuh. Pertolongan Allah tidak akan datang dengan hanya mengumpulkan jumlah orang banyak dengan bermacam-macam latar belakang aqidah dan pemahaman. Kemenangan dan pertolongan Allah akan sangat jauh bila menuruti caranya orang-orang bodoh dengan berdemonstrasi di jalan-jalan, lebih-lebih berdemonstrasi sebagai upaya menegakkan syariat Islam!!! Mengharapkan pertolongan Allah bukanlah dengan cara berkhayal dan berangan-angan semata, bukan pula hanya dengan semangat yang hampa. Allah berfirman, "(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain dari Allah." (QS An Nisaa: 123).

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ketahuilah bahwa persiapan yang paling besar bagi orang-orang yang beriman dalam rangka membangun kekuatan atas musuh-musuhnya ialah hendaknya berhubungan dengan Allah melalui tauhid, kecintaan, pengharapan, takut, dan senantiasa kembali padanya, serta khusyu' dan tawakkal. Selalu berada di sisi-Nya dan mencukupkan dari selain-Nya. Allah berfirman, "Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka: Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zholim itu dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu adalah untuk orang-orang yang takut akan menghadap kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku." (QS Ibrohim: 13-14). 

Mereka adalah para ahli tauhid yang murni yang Allah telah menjanjikan atas mereka kemenangan, keamanan, dan khilafah. Allah berfirman, "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku." (QS An Nuur: 55). 

Apakah kita kaum muslimin telah benar-benar memperhatikan syarat yang agung ini: "... menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku"? Inilah yang mesti diketahui dan ditegakkan oleh orang-orang yang mempunyai kedua penglihatan.

Ingatlah! Tatkala sekelompok kaum mu'minin dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju perang Hunain di mana sebagiannya mereka baru masuk Islam. Ketika sampai di sebuah pohon yang disebut Dzaatu Anwaath, mereka melihat kaum musyrikin menggantungkan senjata-senjatanya pada pohon itu dalam rangka meminta berkah. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzaatu Anwaath seperti halnya mereka." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Allahu Akbar!", dalam riwayat lain, "Subhanallah! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kalian telah mengatakan seperti perkataan kaum Musa padanya (Musa 'alaihis salam): Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala), sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." (QS Al A'raaf: 138), (HR Ahmad).

Perhatikanlah hadits ini dimana keislaman mereka yang masih baru tidak menghalangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengingkarinya dari satu kalimat yang akan menjerumuskan kepada kesyirikan. Jumlah mereka yang banyak, rapi siap untuk bertempur memerangi orang-orang kafir tidak menghalangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mencegah / meluruskan kesalahan mereka yang sifatnya aqidah. Jadi sama sekali tidak boleh mengesampingkan haq Allah untuk diibadahi dengan tauhid karena ini syarat yang paling agung. Jika tidak maka akan lenyaplah jihad itu.

Semoga para pembaca masih ingat, bagaimana kaum muslimin mendapatkan kemenangan yang gemilang atas kaum Tartar setelah mereka memperbaiki aqidahnya dan membuktikan tauhidnya kepada Allah 'azza wa jalla. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, "Dan ketika kaum muslimin mulai memperbaiki urusan-urusannya, benar dalam beristighotsah kepada Rabbnya, maka mereka mendapatkan kemenangan atas musuh-musuhnya dengan kemenangan yang mulia. Sebaliknya, kaum Tartar mengalami kekalahan dengan kekalahan yang tak pernah mereka alami sebelumnya. Ketika pembuktian tauhid yang benar kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, sesungguhnya Allah akan menolong Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari didatangkannya saksi-saksi." Ini menunjukkan bahwa pertolongan dan kemenangan di muka bumi tidak akan dapat diraih kecuali setelah menancapkan agama yang benar di dalam jiwa. Dan Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku beserta kamu. Sesungguhnya jika kamu
mendirikan sholat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik." (QS Al Maidah: 12). 

Dan Allah juga berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar Ra'd: 11).

Wasiatnya Umar Ibnu Abdil Aziz

Alangkah baiknya jika penulis menukil wasiatnya Umar ibnu Abdil Aziz, sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Abu Nu'aim dalam Al Hilyah (5/303) dari jalan Ibnul Mubarok dari Maslamah ibnu Abi Bakroh dari seorang laki-laki dari Quraisy, bahwa Umar ibnu Abdil Aziz berwasiat kepada sebagian pekerjanya, "Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah di tempat mana saja Engkau berada. Sesungguhnya taqwa kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, makar yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling dahsyat. Dan janganlah karena kebencian musuhmu kepadamu menjadikanmu dan orang-orang yang bersamamu menjadi lebih perhatian padanya daripada maksiat-maksiat kepada Allah. Sesungguhnya yang paling Aku takutkan atas manusia adalah dosa-dosanya daripada makar-makar musuhnya. Karena kita membenci musuh-musuh dan menang atas mereka disebabkan karena kemaksiatan-kemaksiatan mereka, jika bukan karena itu kita tak punya kekuatan karena jumlah mereka tak seperti jumlah kita,
kekuatan mereka tak seperti kekuatan kita. Jika kita tidak dimenangkan atas mereka karena kebencian kita, kita takkan dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.

Dan janganlah karena permusuhan seseorang dari manusia menjadikan kalian lebih perhatian padanya daripada dosa-dosa kalian. Ketahuilah bahwa bersama kalian para malaikat Allah yang menjaga kalian, mengetahui apa yang kalian lakukan di rumah-rumah dan di perjalanan kalian, maka malulah dari mereka, perbaikilah kebersamaan kalian dengan mereka, janganlah kalian sakiti mereka dengan maksiat-maksiat kepada Allah sedang kalian mengira bahwa kalian fi sabilillah.

Janganlah kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya daripada kita dan mereka takkan pernah menang atas kita sekalipun kita banyak dosa. Berapa banyak kaum yang dihinakan dengan sesuatu yang lebih jelek dari musuh-musuhnya karena dosa-dosanya. Mintalah kalian pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan pada-Nya atas musuh-musuh kalian. Kita memohon yang demikian untuk kita dan kalian..."

Demikianlah sebagian dari wasiatnya Umar ibnu Abdil Aziz yang memacu kita kaum muslimin untuk senantiasa bermuhasabah atas diri-diri kita. Dan di akhir tulisan ini penulis ingin mengingatkan kembali bahwa Allah subhanahu wa ta'ala menggantungkan pertolongan-Nya atas taqwa, sabar, dan perbaikan hubungan dengan-Nya melalui tauhid. Allah berfirman, "Jika kamu bersabar dan bertaqwa niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu." (QS Ali Imron: 120).

"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (QS Ali Imron: 125). "Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS Ali Imron: 186).

Walhamdu lillahi rabbil 'alamin.

Buletin Al Wala' Wal Bara'

Sumber: http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/8.htm

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Menggapai Kemenangan dengan Tauhid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ke...

[daarut-tauhiid] Jodoh, Sakinah Dan Keluarga Berkualitas

 

Jodoh, Sakinah Dan Keluarga Berkualitas
By: Muhamad Agus Syafii
Sahabatku, Menikah tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga sakinah bukanlah hal yang mudah. Ternyata resep membangun keluarga sakinah tidak berubah. Dalam zaman apapun, jika petunjuk Rasul tersebut diatas diikuti, maka pada keluarga itu akan terbangun benteng yang resisten terhadap penyakit kerangkeng sosial itu. Ada beberapa tingkatan kualitas keluarga. Pertama kualitas mutiara. Mutiara tetaplah mutiara meski terendam puluhan tahun di dalam lumpur. Keluarga yang berkualitas mutiara, meski hidup di zaman yang rusak atau tinggal di lingkungan sosial yang rusak, ia tetap terpelihara sebagai keluarga yang indah dengan pribadi-pribadi yang kuat. Keluarga ini memiliki mekanisme dan sistem dalam pergaulan sosial yang menjamin keutuhan kualitasnya meski di tengah masyarakat yang tak berkualitas.
Kedua, kualitas kayu. Kursi kayu akan tetap kuat dan indah jika berada dalam ruang yang terlindung, tetapi jika terkena panas dan hujan, lama kelamaan akan rusak. Model keluarga seperti ini sepertinya terpengaruh oleh lingkungan negatip masyarakatnya, tetapi sebenarnya yang terpengaruh hanya lahirnya saja, mungkin hanya mode pakaiannya, hanya kemasan lahirnya, sedangkan etosnya, semangatnya, komitmennya, keteguhannya tidak terlalu terusik oleh situasi sosial. Kerusakan lahir keluarga ini dapat segera diperbaiki dengan sedikit shock therapy, dengan sedikit pendisiplinan kembali, seperti kursi yang rusak karena kehujanan bisa diperbaiki dengan dipoliytur kembali.
Sementara itu, yang ketiga kualitas kertas, apalagi sekelas kertas tissue, ia segera akan hancur jika terendam air. Model keluarga seperti ini sangat rapuh terhadap dinamika sosial. Mereka mudah mengikuti trend zaman dengan segala macam assesorisnya sehingga identitas asli keluarga itu hampir tidak lagi nampak. Segala macam trend masyarakat diikuti dengan semangat, tanpa mempertimbangkan esensinya. Di butuhkan "laminating" sosial untuk melindungi keluarga seperti ini dari pengaruh buruk masyarakatnya. Laminating sosial bisa berbentuk pakaian, yaitu mengenakan pakaian yang dikenali sebagai pakaian orang baik-baik, misalnya busana muslimah, bisa juga menjadi anggota dari kumpulan orang-orang yang dikenali sebagai kumpulan orang-orang baik, misalnya menjadi anggota majlis pengajian atau organisasi yang dikenal melakukan aktifitas keagamaan berstruktur, atau tinggal di dalam lingkungan yang ketat sistem pemeliharaan identitasnya.
Sahabatku yang ingin segera menikah, carilah jodoh dunia akhirat, jodoh yang setia dalam mengarungi samudra kehidupan yang penuh ombak dan badai kehidupan yang menghempas bahtera rumah tangga anda, carilah pasangan yang tangguh, kuat dan kokoh, tahan penderitaan, pasangan yang hanya dengan mengharap keridhaan Allah. Maka bahtera rumah tangga anda akan bisa mengarungi samudra kehidupan dengan selamat dunia dan akhirat. Bila memang ada niat & keinginan sungguh-sungguh untuk mendapatkan jodoh. Jangan putus asa, tetaplah berikhitiar & memohon kpd Allah maka Allah akan mengirimkan jodoh yg terbaik untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
---
Sahabatku, yuk..aminkan doa ini untuk mendapatkan jodoh yg terbaik dari sisi Allah.'Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah' Artinya. 'Ya Tuhan kami, berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga menjadi sahabat kami dlm urusan agama, urusan dunia & akhirat.'

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
---
Sahabatku yang "single" ingin segera menikah. Bersabarlah! & memohon kpd Allah agar diberikan jodoh yg terbaik. Insya Allah, keluarga sakinah mawaddah warahmah segera terwujud. yuk..hadir pada kegiatan "Berkah Ramadhan Bersama Amalia" (BELIA) Ahad, 29 Juli 2012. jam 4 s.d 6 sore di Rumah Amalia. Bila berkenan berpartisipasi: pakaian baru, buku bacaan, paket sembako, peralatan sholat, konsumsi berbuka puasa. Silahkan kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo IV blok ii, no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussyafii@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Jodoh, Sakinah Dan Keluarga Berkualitas By: Muhamad Agus Syafii Sahabatku, Menikah tidak t...

[daarut-tauhiid] Shadaqah Menghindarkan dari Kematian Buruk

Shadaqah Menghindarkan dari Kematian Buruk

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah *-Shallallahu 'Alaihi
Wasallam*-, keluarga dan para sahabatnya.

Shadaqah memiliki manfaat yang besar. Di samping sebagai sarana utama masuk
surga, shadaqah juga memiliki manfaat yang bisa di rasakan di dunia. Salah
satunya menghindarkan pelakunya dari musibah, mara bahaya, bencana dan
kematian buruk. Hal ini seperti sabda Nabi *Shallallahu 'Alaihi Wasallam*,

ÇóáúãóÚúÑõæúÝõ Åöáóì ÇáäøóÇÓö íóÞöí ÕóÇÍöÈóåóÇ ãóÕóÇÑöÚó ÇáÓøõæúÁö æó
ÇáÂÝóÇÊö æó ÇáúåóáóßóÇÊö æó Ãõåúáõ ÇáúãóÚúÑõæúÝö Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ åõãú Ãóåúáõ
ÇáúãóÚúÑõæúÝö Ýöí ÇáÂÎöÑóÉö

"*Berbuat baik kepada manusia menghindarkan pelakunya dari kematian buruk,
musibah, dan kehancuran. Dan ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli
kebaikan di akhirat.*" (HR. Al-Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Dalam riwayat al-Tirmidzi dan lainnya, Nabi *Shallallahu 'Alaihi
Wasallam*bersabda;

Åöäøó ÇáÕøóÏóÞóÉó áóÊõØúÝöÆõ ÛóÖóÈó ÇáÑøóÈøö æóÊóÏúÝóÚõ Úóäú ãóíúÊóÉó
ÇáÓøõæúÁö

"*Sesungguhnya shadaqah benar-benar memadamkan kemurkaan Allah dan
menghindarkan dari kematian buruk.*" (Hasan li Ghairihi)

Benar, shadaqah yang tulus ikhlas karena Allah menjadi sebab datangnya
ridha Allah kepada hamba. Di mana ridha itu lawan dari ghadhab
(marah/murka). Maka shadaqah memadamkan kemarahan Allah sebagaimana air
memadamkan api.

Adapun maksud *Maitatas Su'* atau *Mashari's Su'* adalah mati di atas
kemaksiatan. Sebagian ulama lain menyebutkan, maksudnya adalah kematian
yang Nabi *Shallallahu 'Alaihi Wasallam* berlindung daripadanya, seperti:
pikun, jatuh dari ketinggian, tenggelam, korban kebakaran, dan dikuasai
syetan saat sakaratul maut, kabur dari medan jihad fi sabilillah.

Rasulullah *Shallallahu 'Alaihi Wasallam* bersabda,

Çááøóåõãøó Åöäøöí ÃóÚõæÐõ Èößó ãöäú ÇáúåóÑóãö æóÇáÊøóÑóÏøöí æóÇáúåóÏúãö
æóÇáúÛóãøö æóÇáúÍóÑöíÞö æóÇáúÛóÑóÞö æóÃóÚõæÐõ Èößó Ãóäú íóÊóÎóÈøóØóäöí
ÇáÔøóíúØóÇäõ ÚöäúÏó ÇáúãóæúÊö æóÃóäú ÃõÞúÊóáó Ýöí ÓóÈöíáößó ãõÏúÈöÑðÇ
æóÃóÚõæÐõ Èößó Ãóäú ÃóãõæÊó áóÏöíÛðÇ

"*Ya Allah, sunguh aku berlindung kepada-Mu dari pikun, terjatuh dari
ketinggian, keruntuhan bangunan, kedukaan, kebakaran, dan tenggelam. Aku
berlindung kepada-Mu dari penyesatan setan saat kematian, terbunuh dalam
kondisi murtad dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena tersengat
binatang berbisa.*" (HR. Al-Nasai dan Abu Dawud. Hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Al-Jami': no. 1282)

. . . kematian yang buruk termasuk bagian hukuman dari Allah dan
kemurkaan-Nya. . .

. . . maka shadaqah yang berasal dari harta yang halal dan ikhlas untuk
Allah dengan tetap menjalankan kewajiban-kewajiban agama dan meninggalkan
larangan-larngannya bisa menghindarkan seseorang dari kematian yang buruk.
. .

Sebagian yang lain mengatakan, kematian yang datang tiba-tiba. Ada pula
yang berpendapat, mati yang menghebohkan seperti disalib dan semisalnya.
Namun ada satu kesimpulan dari kematian ini, yaitu kematian dengan
kemurkaan Allah Ta'ala. Karena kematian yang buruk termasuk bagian hukuman
dari Allah dan kemurkaan-Nya. Dari sini, maka shadaqah yang berasal dari
harta yang halal dan ikhlas untuk Allah dengan tetap menjalankan
kewajiban-kewajiban agama dan meninggalkan larangan-larngannya bisa
menghindarkan seseorang dari kematian yang buruk. Sehingga dengan taufiq
dan pertolongan Allah Ta'ala ia mengerjakan ketaatan dan menempuh jalan
kebaikan sampai ajal datang. Shadaqah menghindarkan musibah karena ia
menghapuskan dosa yang menjadi sebab datangnya murka dan siksa Allah *Subhanahu
wa Ta'ala*. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2012/06/27/19665/shadaqah-menghindarkan-dari-kematian-buruk/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012 Shadaqah Menghindarkan dari Kematian Buruk Oleh: Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan ...

[daarut-tauhiid] Doa Saat Melihat Orang yang Sakit atau Tertimpa Musibah

 

Doa Saat Melihat Orang yang Sakit atau Tertimpa Musibah

Oleh: Badrul Tamam

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ
عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً

*Al-Hamdulillah al-Ladzi 'Aafanii Mimmabtalaaka Bih, wa Fadhdhalanii 'Alaa
Katsiirim Mimman Khalaqa Tafdhiilaa*

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah Allah
timpakan kepadamu dan yang telah memuliakanku atas orang banyak."

*Sumber Hadits*

Hadits tersebut terdapat dalam Sunan al-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, dari Umar bin al-Khathab *–Semoga Allah
meridhai Umar dan anaknya*-, bahwa Rasulullah* Shallallahu 'Alaihi
Wasallam*telah bersabda: "Siapa yang melihat orang yang tertimpa
musibah lalu ia
berkata (membaca):

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ
عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah Allah
timpakan kepadamu dan yang telah memuliakanku atas orang banyak," kecuali
ia akan diselamatkan dari musibah tersebut, musibah apapun juga selama ia
hidup." (Dihassankan oleh Syaikh Al-Albani)

*Cara Membacanya*

Diriwayatkan dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali, beliau berkata: Apabila
melihat orang tertimpa musibah maka hendaknya berlindung dengan membaca doa
tersebut pada dirinya tanpa memperdengarkannya kepada orang yang menderita
musibah."

*Keterangan*

Menjelang perubahan musim (musim pancaroba) cuaca sering tidak menentu,
terkadang sangat panas menyengat sehingga sangat gerah saat di dalam rumah.
Namun juga -terkadang- hujan turun tiba-tiba. Biasanya, cuaca semacam ini
diikuti banyaknya orang sakit seperti pilek, batuk, cacar, dan lainnya.
Sebabnya, karena tubuh kurang mampu menyesuaikan dengan perubahan cuaca
tersebut sehingga daya tahan tubuh menurun. Akibatnya, saat virus masuk ke
dalam tubuh sistem anti body tidak mampu berkerja baik.

Salah satu cara syar'i yang diajarkan Nabi *Shallallahu 'Alaihi
Wasallam*untuk melindungi diri dari tertimpa penyakit yang telah
menimpa saudara
atau kawan-kawan kita, yaitu dengan membaca doa tersebut. Karena jaminan
dari khabar Nabawi, "Kecuali ia akan diselamatkan dari musibah tersebut,
musibah apapun juga selama ia hidup."

*Sudah Membaca, Masih Juga Tidak Aman*

Ini persoalan yang terkadang terjadi, orang sudah membacanya namun masih
juga tertular penyakit yang sudah menimpa orang lain atau tertimpa musibah
yang telah menimpanya. Apanya yang salah? Apa doanya tidak mujarab? Ataukah
yang mengabarkan berdusta?

Seorang muslim wajib mengimani, apa yang diberitakan Nabi *Shallallahu
'Alaihi Wasallam *adalah benar, dan apa yang beliau perintahkan pasti
membawa manfaat. Beliau tidak berdusta dan tidak mengarang-ngarang sendiri
dalam memberikan tuntutan. Semua itu berasal dari wahyu yang beliau terima
dari Rabbnya dan Tuhan kita semua.

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

"*Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya. Dia itu tidak
lain adalah wayu yang diberikan kepadanya.*" (QS. Al-Najm: 3-4)

Jika seseorang melakukan sebab syar'i (doa ini) yang diajarkan Nabi, lalu
tidak didapatkan manfaatnya, maka itu bukan karena doanya yang ada cacat,
salah atau tidak benar. Tetapi karena adanya mawani' (penghalang) dari
dikabulkannya doa tersebut. Misalnya, membacakan surat Al-Fatihah atas
orang sakit akan menjadi obat. Namun ada orang yang membacanya, tapi tidak
menyembuhkan. Maka itu bukan karena al-Fatihahnya yang tidak mujarab, tapi
karena adanya mawani' antara sebab dan pengaruhnya. Misal lain, orang yang
membaca doa ketika akan berjima' maka syetan tidak akan bisa menimpakan
gangguan pada anak tersebut. Namun, ada orang yang sudah membacanya, tapi
anaknya tetap diganggu syetan. Maka hal itu bukan karena doanya tidak
mujarab, tapi karena adanya mawani' yang menghalangi terkabulnya manfaat.
Maka hendaknya orang tadi mengintrospeksi diri dan mencari tahu apa yang
menghalangi dari terkabulnya doa perlindungan yang dibacanya tersebut.
Mungkin, karena makanan yang tidak halal, banyaknya kemaksiatan yang
dikerjakan, atau mungkin masih ada durhaka kepada orang tua. Wallahu Ta'ala
A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/islamia/doa/2012/06/26/19650/doa-saat-melihat-orang-yang-sakit-atau-tertimpa-musibah/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Doa Saat Melihat Orang yang Sakit atau Tertimpa Musibah Oleh: Badrul Tamam اَلْحَمْدُ ...

Jumat, 29 Juni 2012

[daarut-tauhiid] Jodoh, Cinta Dan Pasangan Dunia Akhirat

 

Jodoh, Cinta Dan Pasangan Dunia Akhirat
By: Muhamad Agus Syafii
Bagaimana kita menemukan jodoh yang bisa menjadi pasangan dunia akhirat? Sahabatku, bila ingin mendapatkan jodoh yang bisa menjadi pasangan dunia akhirat lihatlah keimanan dan ketakwaannya kepada Allah sebab kualitas hidup kita akan diketahui dan teruji hanya setelah kita hidup berpasangan, karena dalam hidup berpasangan akan dapat diketahui kualitas, kapasitas dan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam hidup pernikahan itulah seseorang teruji kepribadiannya, tanggung jawabnya, keibuannya, kebapakannya, perikemanusiaannya, ketangguhannya, kesabarannya. Begitu besar makna hidup berumah tangga sampai Nabi mengatakan bahwa di dalam hidup berumah tangga sudah terkandung separoh urusan agama. fitrah kita sebagai manusia membutuhkan sebagai pendamping hidup, sebagai partner dalam suka maupun duka sekaligus sebagai pasangan yang mampu selalu berpikir dan berkehendak baik terhadap pasangannya. Ia akan memberi dukungan jika ia merasa bahwa dukungannya itu akan membawa
kebaikan pasangannya. 
Sebaliknya jika pasangannya keliru jalan, ia akan berkata tidak! meski pahit diucapkan dan pahit di dengar. Pasangan yang materialistis biasanya rajin hadir dalam keadaan suka, tetapi ia segera menjauh jika pasangannya dalam kesulitan, ia pasangan hanya dalam suka, tidak dalam duka. Pasangan dunia biasanya angin-anginan, terkadang mesra, tetapi suatu ketika bisa menjadi musuh, bahkan musuh yang sukar didamaikan. Pasangan dunia adalah pasangan sehidup, tetapi belum tentu semati. Hanya pasangan dunia akhirat yang biasanya hadir dalam keadaan suka, tetapi juga hadir membela ketika dalam duka. Pasangan dunia akhirat adalah pasangan yang terikat oleh nilai-nilai kebaikan, ikhlas dan ibadah. Ketika kita sudah matipun pasangan sejati tetap menjaga nama baik kita, mendoakan kita. Dialah jodoh anda sehidup semati, pasangan di dunia dan pasangan di akhirat.
Sahabatku yang ingin segera menikah, carilah jodoh dunia akhirat, jodoh yang sehidup semati dalam mengarungi bahtera rumah tangga hanya dengan mengharap keridhaan Allah. bila memang ada niat & keinginan sungguh2 untuk mendapatkan jodoh. Jangan putus asa, tetaplah berikhitiar & memohon kpd Allah maka Allah akan mengirimkan jodoh yg terbaik untuk anda.
---
Sahabatku, yuk..aminkan doa ini untuk mendapatkan jodoh yg terbaik dari sisi Allah.'Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiddini waddunya wal akhirah' Artinya. 'Ya Tuhan kami, berikanlah kami pasangan yg terbaik dari sisiMu, pasangan yg juga menjadi sahabat kami dlm urusan agama, urusan dunia & akhirat.'
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
---
Sahabatku yang "single" ingin segera menikah. Bersabarlah! & memohon kpd Allah agar diberikan jodoh yg terbaik. Insya Allah, keluarga sakinah mawaddah warahmah segera terwujud. yuk..hadir pada kegiatan "Berkah Ramadhan Bersama Amalia" (BELIA) Ahad, 29 Juli 2012. jam 4 s.d 6 sore di Rumah Amalia. Bila berkenan berpartisipasi: pakaian baru, buku bacaan, paket sembako, peralatan sholat, konsumsi berbuka puasa. Silahkan kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo IV blok ii, no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussyafii@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Jodoh, Cinta Dan Pasangan Dunia Akhirat By: Muhamad Agus Syafii Bagaimana kita menemukan j...

[daarut-tauhiid] KIAT-KIAT MENGHAFAL AL-QUR-AN DAN AS-SUNNAH

 

Kategori Al-Ilmu
Kiat-Kiat Menghapal Al-Qur-an Dan As-Sunnah
Rabu, 13 Juni 2012 22:32:19 WIB

KIAT-KIAT MENGHAFAL AL-QUR-AN DAN AS-SUNNAH

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Seorang penuntut ilmu hendaknya mengetahui bahwa menuntut ilmu memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui. Ia harus memulai dari yang paling penting kemudian yang penting. Ia tidak boleh tergesa-gesa, bahkan ia harus bersabar dan mengetahui kadar kemampuan dirinya.

Para ulama kita tidak pernah melewati dan menyimpang dari tahapan menuntut ilmu karena bertahap dalam menuntut ilmu adalah jalan selamat untuk memperoleh ilmu. Bertahap dalam menuntut ilmu ini berdasarkan firman Allah Tabaaraka wa Ta'aala,

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

"Dan Al-Qur-an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap." [Al-Israa': 106]

Dan firman Allah Ta'ala,

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

"Dan orang-orang kafir berkata: 'Mengapa Al-Qur-an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?' Demikianlah agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengan-nya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar)." [Al-Furqan: 32]

Banyak manusia yang tercegah dari tujuannya dalam menuntut ilmu karena meninggalkan ushul (landasan pokok). Yang dimaksud ushul adalah Al-Qur-an dan As-Sunnah.

Seorang penuntut ilmu hendaklah memprioritaskan dirinya untuk menghafalkan Al-Qur-an kemudian hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Demikianlah yang dinasihatkan oleh para ulama Salaf kepada orang yang hendak menimba ilmu dari mereka.

Imam Abu 'Umar Yusuf bin 'Abdullah bin Muhammad Ibnu 'Abdil Barr (wafat th. 463 H) rahimahullaah mengatakan, "Menuntut ilmu memiliki tingkatan dan tahapan yang tidak boleh dilanggar. Siapa yang melanggarnya secara keseluruhan, maka ia telah melanggar jalan para ulama Salaf, siapa yang melanggar jalan mereka dengan sengaja, maka ia telah tersesat, dan siapa yang melanggarnya lantaran ijtihadnya, maka ia telah menyimpang.

Awal dari ilmu adalah menghafalkan Kitabullah dan memahaminya. Segala apa yang dapat membantu untuk memahaminya, maka wajib untuk mempelajarinya. Aku tidak mengatakan bahwa menghafal seluruh Al-Qur-an adalah fardhu, tetapi aku katakan bahwa hal itu adalah wajib (sunnah yang mendekati wajib) dan keharusan bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang yang alim, bukan fardhu.

Al-Qur-an adalah pokok dari ilmu. Siapa yang menghafalkannya sebelum usia baligh, kemudian meluangkan waktunya untuk mempelajari apa yang dapat membantunya dalam memahaminya berupa bahasa Arab, maka hal itu adalah penolong terbesar untuk mencapai tujuan dalam memahami Al-Qur-an dan Sunnah-Sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam...

Kemudian melihat kepada Sunnah-Sunnah yang masyhur, yang telah tetap dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sehingga dengannya seorang penuntut ilmu sampai kepada maksud Allah Ta'ala dalam Kitab-Nya. Dan Sunnah itu membukakan hukum-hukum Al-Qur-an baginya...

Barangsiapa mencari Sunnah-Sunnah Nabi, hendaklah ia prioritaskan pada hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para imam, yang tsiqah dan banyak hafalannya (huffazh)[1]." Maka, wahai saudaraku, engkau harus menghafal ushul dan mencari bantuan dengannya.

Imam Ibnu Jama'ah (wafat th. 733 H) rahimahullaah mengatakan, "Hendaklah (penuntut ilmu) memulai dengan Kitabullaahil 'Aziiz, menghafalkannya dengan mutqin (betul-betul matang), bersungguh-sungguh memahami tafsirnya, dan semua ilmunya (ilmu Al-Qur-an). Karena, Al-Qur-an adalah pokok ilmu, induk-nya, dan yang paling penting."[2]

Jadi, target utama penuntut ilmu adalah menghafal Kitabullah dan Sunnah Nabi yang shahih. Setelah itu hendaklah ia menghafalkan kitab-kitab matan, baik dalam bidang aqidah, fiqih, hadits, nahwu, maupun fara-idh. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah mengatakan, "Yang paling penting bagi seseorang dalam menuntut ilmu adalah mempelajari tafsir Kalamullaah karena Kalamullaah seluruhnya adalah ilmu. Allah Ta'ala berfirman,

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

"... Dan Kami turunkan Al-Kitab (Al-Qur-an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim)." [An-Nahl: 89]

Dahulu para Shahabat tidak pernah melewati sepuluh ayat sampai mereka mempelajari apa yang ada di dalamnya berupa ilmu dan amal sehingga mereka mempelajari Al-Qur-an, ilmu, dan amal sekaligus. Menurut saya inilah yang paling penting. Maka hendak-lah para remaja -terutama anak-anak- memulainya dengan menghafalkan Al-Qur-an... Bersamaan dengan itu hendaklah penuntut ilmu mencurahkan perhatiannya terhadap Sunnah karena merupakan landasan syari'at yang tidak dapat dipisahkan selamanya, Al-Qur-an dan As-Sunnah keduanya merupakan wahyu. Dan apa yang telah tetap dalam As-Sunnah sama saja dengan apa yang ditetapkan di dalam Al-Qur-an.

Allah Ta'ala berfirman,

وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا

"... Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar." [An-Nisaa': 113][3]

• Kiat-kiat Menghafal Al-Qur-an [4]
Dahulu menghafalkan Al-Qur-an dalam pandangan ulama merupakan hal pokok. Dengannya mereka memulai menuntut ilmu. Karena itulah mereka tidak pernah ragu memulai menghafal Al-Qur-an. Hafalannya menjadi ciri khas yang tampak di masyarakat ulama dan penuntut ilmu. Sebagian Salaf sangat menganggap aib karena tidak menghafal Al-Qur-an. Di antara buktinya adalah apa yang diungkapkan al-Hafizh Ibnu Hajar (wafat th. 852 H) dalam Taqriibut Tahdziib (I/664, no. 4529), tentang biografi 'Utsman bin Muhammad bin Abi Syaibah, "Dia adalah tsiqah, seorang hafizh yang terkenal, tetapi dia memiliki auham (sejumlah kesalahan) dan dikatakan dia tidak hafal Al-Qur-an."[5]

Sesungguhnya menghafalkan Al-Qur-an bukan merupakan kewajiban atas seorang penuntut ilmu, tetapi hafalannya adalah kunci menuju jalan hafalan dan pemahaman. Hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui bahwa menghafalkan Al-Qur-an dan mengamalkannya dapat menambah ketinggian derajat. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَ يَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ.

"Sesungguhnya Allah Ta'ala mengangkat (derajat) beberapa kaum dengan Kitab (Al-Qur-an) dan merendahkan yang lainnya dengan Al-Qur-an". [6]

Berikut beberapa hal yang dapat membantu se-orang penuntut ilmu dalam menghafal Al-Qur-an:

1. Berdo'a kepada Allah Ta'ala dengan ikhlas agar diberikan kemudahan dalam menghafalkan Al-Qur-an. Hendaklah menghafal Al-Qur-an dilakukan dengan ikhlas semata-mata mencari keridhaan Allah Ta'ala.

2. Memperdengarkan semampunya ayat-ayat yang telah dihafalnya kepada seorang qari' yang baik bacaan dan hafalannya.

3. Mengulang-ngulang ayat yang telah dihafal secara terjadwal dan berusaha untuk disiplin.

4. Menggunakan satu mushaf Al-Qur-an agar dapat menguatkan hafalan.

5. Mengulang-ngulang ayat yang dihafal sepuluh kali/dua puluh kali -boleh juga lebih- dengan berdiri, duduk, dan berjalan.

6. Membaca ayat-ayat yang baru dihafalkan dalam shalat karena dapat lebih melekatkan hafalan.

7. Membaca terjemah dan tafsir ayat yang telah dihafalkan.

8. Menjauhi dosa dan maksiyat.

Imam adh-Dhahhak (wafat th. 102 H) rahimahullaah mengatakan, "Tidaklah seseorang mempelajari Al-Qur-an kemudian ia lupa, melainkan disebabkan dosa." Beliau lalu membaca firman Allah,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

"Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." [Asy-Syuura: 30]

Kemudian beliau melanjutkan, "Musibah apakah yang lebih besar daripada melupakan al-Qur-an?" [7]

9. Menentukan jadwal yang teratur untuk menentukan batas hafalan harian (apa yang dihafal setiap hari).

Diusahakan untuk tidak menyelisihi aturan atau mengubahnya, kecuali karena ada hal-hal yang darurat untuk dilakukan.

10. Hendaknya ayat yang diahafal sedikit setiap hari agar lebih melekat

Bagi yang sudah hafal beberapa juz Al-Qur-an atau yang sudah hafal 30 juz, hendaklah ia selalu muraja'ah (mengulang-ngulang) hafalannya dan menjaganya dengan baik karena Al-Qur-an lebih cepat hilangnya daripada unta yang diikat.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

تَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنَ، فَوَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُتَا مِنَ الْإِبِلِ فِيْ عُقُلِهَا

Bacalah selalu Al-Qur'an ini. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh, Al-Qur-an itu lebih mudah lepas daripada seekor unta dalam ikatannya"[8]

• Kunci dalam Menghafal dan Mengingat
Ada beberapa hal penting yang dapat membantu penuntut ilmu dalam menghafalkan atau mengingat pelajarannya dengan gambaran yang baik, di antaranya:

1. Mengikhlaskan niat karena Allah dan mengharapkan ganjaran dari-Nya.

2. Menjauhi hal-hal yang diharamkan dan dilarang syari'at.

3. Hasil usaha yang baik, memakan makanan yang halal dan menjauhi yang haram.

4. Mengosongkan hati dari berbagai kesibukan.

5. Tidak menghafal pada saat sangat lapar, haus, capek, atau pada saat hatinya sibuk dengan urusan yang lain.

6. Berkemauan tinggi, bersungguh-sungguh, dan terus mengulangi pelajaran agar berhasil menghafal.

7. Tidak putus asa dengan jeleknya kemampuan menghafal dan terus mengulang-ngulang pelajaran.

8. Mengulangi pelajaran dengan suara yang dapat didengarnya karena mendengarkan pelajaran dapat membantunya dalam menghafal.

9. Menggunakan bantuan pena atau kertas untuk menyusun segala apa yang dapat membantunya dalam menghafal, atau mengulang-ngulang pela-jaran dengan cara ditulis.

10. Dan sebelum semua hal di atas, hendaklah selalu bertaqwa kepada Allah Ta'ala.[9]

Imam al-Bukhari rahimahullah adalah orang yang kuat hafalannya. Beliau pernah ditanya, "Apakah obat lupa itu?" Beliau menjawab, "Senantiasa melihat ke kitab" (Yaitu selalu membaca dan mengulanginya).[10]

• Waktu-waktu Terbaik untuk Menghafal
Imam Ibnu Jama'ah rahimahullaah menuturkan, "Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah ketika sahur; untuk membahas di pagi hari; untuk menulis di siang hari; dan untuk muthala'ah dan berdiskusi (mudzakarah) di malam hari."

Al-Khatib al-Baghdadi (wafat th. 463 H) rahimahullaah mengatakan, "Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah di waktu sahur, kemudian pertengahan hari, dan selanjutnya di pagi hari." Beliau menambahkan, "Menghafal di malam hari lebih mendatangkan manfaat daripada menghafal di siang hari, dan ketika lapar (yang tidak sangat) lebih bermanfaat daripada ketika kenyang." [11]

• Tempat Terbaik untuk Menghafal
Imam Ibnu Jama'ah mengatakan -menukil dari al-Khatib, "Tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar dan setiap tempat yang jauh dari hal-hal yang membuat lalai." Beliau berkata, "Tidak baik apabila menghafal di tempat yang terdapat tumbuhan, di sekitar pohon-pohon yang menghijau, di tepi sungai, di tengah jalan, dan tempat yang bising karena hal itu (umumnya) dapat mencegah kosongnya hati (untuk menghafal)."[12]

• Penuntut Ilmu Harus Akrab dengan Al-Qur-an
'Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiyallaahu 'anhuma berkata, "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ber-sabda kepadaku,

اِقْرَإِ الْقُرْآنَ فِيْ كُلِّ شَهْرٍ، قَالَ: قُلْتُ: إِنِـّيْ أَجِدُ قُوَّةً. قَالَ: فَاقْرَأْهُ فِيْ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً، قَالَ: قُلْتُ: إِنِـّيْ أَجِدُ قُوَّةً، قَالَ: فَاقْرَأْهُ فِيْ سَبْعٍ وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ.

"Bacalah Al-Qur-an (sampai khatam) setiap bulan." 'Abdullah berkata, aku berkata, "Sungguh, aku mampu mengerjakan lebih dari itu." Rasulullah bersabda, "Maka bacalah (sampai khatam) selama dua puluh hari." 'Abdullah berkata, aku berkata, "Sungguh, aku mampu melakukan lebih dari itu." Rasulullah bersabda, "Jika demikian, bacalah (sampai khatam) selama tujuh hari dan jangan lebih dari itu." [13]

Jundub bin 'Abdullah bin Sufyan al-Bajali (wafat antara th. 60-70 H) radhiyallaahu 'anhu pernah berwasiat, "Aku berwasiat kepada kalian, hendaklah bertakwa kepada Allah. Aku juga berwasiat kepada kalian agar selalu (membaca dan menghayati) kandungan Al-Qur-an karena ia adalah cahaya di malam yang kelam dan petunjuk di siang yang terang. Ketahuilah bahwa Al-Qur-an bisa menyebabkan kamu meraih sesuatu yang nilainya sangat tinggi... ."[14]

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga "Panduan Menuntut Ilmu", Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi'uts Tsani 1428H/April 2007M]
_______
Footnote
[1]. Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi (II/1129-1130).
[2]. Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim (hal. 167-168).
[3]. Kitaabul 'Ilmi (hal. 222-223) dengan sedikit perubahan.
[4]. Dinukil dari kitab Ma'aalim fii Thariiq Thalabil 'Ilmi (hal. 193-200) dengan diringkas.
[5]. Taqriibut Tahdziib (1/664, no. 4529)
[6]. Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 817), dari Sha-habat 'Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu 'anhu.
[7]. Mukhtashar Qiyaamul Lail (hal. 162), dinukil dari kitab Ma'aalim fii Thariiq Thalabil 'Ilmi (hal. 200).
[8]. Hadits shahih : Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5033) dan Muslim (no. 791 (231)) dari Shahabat Abu Musa al-Asy'ari radhiyallaahu anhu
[9]. Dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal 'Ilmi (hal. 59-60).
[10]. Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlihi (II/1277, no. 2414)
[11]. Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim fii Aadaabil 'Aalim wal Muta'allim (hal. 118-119), karya Imam Ibnu Jama'ah rahimahullaah.
[12]. Ibid (hal. 119).
[13]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5054) dan Muslim (no. 1159 (184), lafazh ini milik Muslim.
[14]. Siyar A'laamin Nubalaa' (III/174).
***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Kategori Al-Ilmu Kiat-Kiat Menghapal Al-Qur-an Dan As-Sunnah Rabu, 13 Juni 2012 22:32:19 W...

[daarut-tauhiid] Pengaruh Tauhid Dalam Kehidupan Pribadi Dan Masyarakat

 

Pengaruh Tauhid Dalam Kehidupan Pribadi Dan Masyarakat

Sesungguhnya Allah menciptakan segenap alam agar mereka ber`ibadah kepadaNya, mengutus para rasul `Alaihimussalaam untuk menyeru semua manusia agar mentauhidkanNya, al Quraanul Karim banyak dibanyak surat menekankan tentang arti pentingnya tauhid menjelaskan bahaya syirik atas pribadi dan masyarakat, al Quraan dan as Sunnah menerangkan kepada kita pengaruh yang baik sekali atas tauhid tersebut, dimana tauhid itu jika diamalkan oleh seseorang baik pribadi maupun masyarakat didalam kehidupan serta diwujudkan secara hakiki (murni), niscaya akan menghasilkan buah yang sangat manis diantaranya adalah: "Membentuk kepribadian yang kokoh, ia membuat hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa, tujuan hidupnya jelas, tidak ber`ibadah kecuali hanya satu (ilaah) [1] saja. Kepada-Nya ia menghadap, baik dalam kesendirian atau ditengah keramaian orang, ia berdo'a dalam keadaan sempit maupun lapang".

Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi untuk Ilaah selain Allah dan ma`buudaat (yang di`ibadati selain Allah `Azza wa Jalla) yang banyak suatu saat ia menghadap kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati. Artinya terkadang ia meminta kepada yang hidup sebagai perantara (wasilah) antara ia dengan Allah Jalla wa `Alaa untuk menyampaikan hajat hajat mereka, seperti tuan guru, kyai, jin, syaithon dan lain sebagainya. Adapun pada yang mati, seperti berziarah kekuburan para wali yang dikeramatkan, sunan sunan, tempat tempat keramat, dan sejenisnya. Ini adalah ciri hati orang yang sudah terpecah pecah akibat kesyirikan demikian pula orang-orang yang aqidahnya tidak lurus, tauhidnya tersesat lagi tidak tepat kepada Allah Subhaana wa Ta`aalaa, kehidupannya bahkan demikian dan disangsikan, dari sinilah perkataan Nabi Yusuf `Alaihi wa Sallaam kepada orang yang didalam penjara tersebut, dimana Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa
telah mengabadikan di dalam al Quraan, Allah berfirman:

" Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik Ilaah-ilaah yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?" (Yusuf : 39)

Beribadah kepada ilaah yang bermacam-macam merupakan karateristik Yahudi dan Nashara, sebagaimana Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa berfirman:

Artinya : "Mereka telah menjadikan orang orang alim mereka dan rahib rahib mereka sebagai ilah selain Allah, dan (juga mereka meng ilahkan) al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh beribadah hanya kepada Allah saja, tidak ada Ilaah yang berhak untuk di`ibadati selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan") (surat at-Taubah :31)

Ketika Rasulullahi Shollallahu `Alaihi wa Sallam membaca ayat ini datanglah `Adiy bin Haatim kepada beliau, saat itu di dadanya masih ada salib, berkata `Adiy bin Haatim : "sesungguhnya kami tidak pernah meng`ibadati mereka", Rasulullah menanggapi; "Bukankah mereka itu megharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah Subhaana wa Ta`aalaa lalu kalianpun ikut mengharamkannya?!, dan bukankah mereka itu menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah `Azza wa Jalla lalu kalianpun ikut menghalalkannya juga?!" `Adiy menjawab : "Benar"! maka beliau bersabda : "Itulah `ibadah mereka kepada orang orang yang `alim dan rahib mereka!" Hadist ini diriwayatkan oleh : At-Tirmidzi dan dinyatakan hasan oleh beliau [2]. Demikian pula orang orang nashara telah menjadikan Isa bin Maryam sebagai Ilah (di`ibadati oleh mereka selain Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa), dikalangan mereka berpecah belah didalam memahami tentang `Isa bin Maryam, sebahagian mereka
mengatakan, `Isa adalah Ilah, sebahagian lain mengatakan, anak Allah, serta trinitas ini merupakan perpecahan yang terjadi didalam tubuh nashara tersebut.

Sedangkan orang mukmin dia hanya beribadah kepada Allah saja, ia mengetahui apa yang diridhoi oleh Allah dan yang dimurka -Nya, sehingga ia hanya akan melakukan apa yang membuatNya ridho dan hatinya tentram. Sementara orang-orang musyrikin (orang-orang musyrik) meng`ibadahi ilah ilah yang sangat banyak, `ibadah mereka ditujukan kadang kadang kepada jin, syaithon, kuburan kuburan para wali atau orang sholeh, kyai, dukun dukun dan lain sebagainya. Demikianlah tujuan mereka dalam ber`ibadah, maka akibat dari yang demikian tauhid mereka tidak benar. Terkadang ma`buud selain Allah Jalla wa `Alaa tersebut menginginkannya kekanan, sedangkan lainnya kekiri, seseorang itu akan menjadi terombang ambing diantara peribadatan selain Allah Ta`aalaa itu, dia tidak memiliki prinsip dan ketetapan sedikitpun. Dan keadaan ini sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Allah didalam surat Toha ayat: 124-126. Allah berfirman :

Artinya "Dan barang siapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sangat sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta." Berkata dia : "Ya Rabku, kenapa Engkau menghimpunkan saya dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya di dunia adalah seorang yang melihat?" Allah berkata : "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu juga pada hari ini kamu dilupakan." (Surat Toohaa : 124-126).

Maka dari itu, sebahagian besar kaum muslimin yang tidak memiliki prinsip dan ketetapan tauhid mereka berbondong-bondong berziarah kekuburan kuburan para wali yang dikeramatkan, meminta (berdo`a) kepada mereka supaya hajat mereka dikabulkan oleh Allah Ta`aalaa. Mereka menjadikan para wali tersebut sebagai wasilah (perantara) antara mereka dengan Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa. Ini merupakan salah satu bentuk kesyirikan yang telah dilakukan oleh kafir Quraisy dahulu. Misalnya kuburan di Hadhramaut (Yaman) yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, pada umumnya banyak kalangan menduga itu adalah kuburan Nabi Hud, akan tetapi sanadnya zhulumat (penuh dengan kegelapan) [3], dari Indonesia ribuan yang berangkat kesana untuk mengambil berkah, menyampaikan hajat-hajat mereka kepadanya, inaa lillah wa ina ilaihi roji'uun ini adalah kesyirikan yang sangat besar! Pelakunya akan kekal di neraka kalau dia tidak bertaubat sebelum meninggal.

Tauhid sumber keamanan manusia, sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan, tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah Subhaana wa Ta`aalaa saja, semua rasa takut yang diarahkan kepada selain Allah Ta`aalaa dikategorikan kesyirikan, kecuali takut fitrah (tabiat/insting)nya manusia, seperti takut kepada api, tenggelam, gelap, binatang buas, akan tetapi kalau takut tabiat/insting itu membawa kepada meninggalkan wajib (perintahNya) serta terjerumus kepada yang haram maka hukumnya juga haram.[4].

Tauhid menutup rapat celah celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga, sehingga seorang yang bertauhid tadi jalurnya lurus, tidak ada rasa takut, sebab keta`atan tidak bisa mengurangi rezeki seseorang. Al Imam as Sa'ady telah menjelaskan bahwa keta`atan itu tidak menahan reziki atau mengurangi reziki seseorang, jadi belajar ilmu al Quraan dan as Sunnah, dakwah kepada jalan Allah, tidak akan menyebabkan berkurang rezikinya, bahkan Allah SWT, akan menundukkan hati orang lain untuk membantu kehidupannya begitu janji Allah dan RasulNya kepada umat, yang mempelajari Kalamullahi, al Quraan dan as Sunnah.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu `anhuma :

Artinya : "Allah Tabaaraka wa Ta`aala akan menjamin bagi siapapun yang membaca al Quraan dan mengamalkannya, dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat." Kemudian beliau membaca perkataan Allah `Azza wa Jalla:

Artinya : "Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thoohaa:123). Lihat kitab : "Syarhul `Aqiidatut Thohaawiyyah", hal. 67.

Dan ini semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam satu hadist dari jalan `Utsman bin Affan :

Artinya : Berkata Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam : "Sebaik baik kalian adalah yang mempelajari al Quraan dan mengajarkannya." Diriwayatkan oleh al Imam al Bukhaariy (5027).

Syaikh Salim Al-Hilali dalam kitab "Bahjatun Nazhiriin" (1/163 no. hadist 84), mengatakan dari fiqh hadist ini adalah : "Barangsiapa yang menghabiskan `umurnya untuk menuntut `ilmu dan mendalami hukum hukum Din, guna memelihara syari`at Allah, maka Allah Jalla wa `Alaa akan menundukkan hati hati orang lain untuk membantu kehidupannya guna mencukupi hajatnya." Akan tetapi jika bukan Ahlut Tauhid kehidupannya dipenuhi dengan rasa takut, gelisah, oleh karena itu Ahlut Tauhid terbentengi dirinya dari rasa takut kepada jin, manusia, kematian dan selainnya dari rasa takut yang tertanam didalam peribadinya dan jiwa manusia tersebut, seorang mukmin yang meng Esakan Allah Ta`aalaa hanya takut kepada Allah saja karena ahlut Tauhid ia merasa aman, tentram dan tidak tertimpa kegelisahan yang ketika itu manusia takut.

Dimana hal itu telah dijelaskan oleh Allah dalam al Quraan :

Artinya : " Orang-orang beriman itu tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik) mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk." (Al-Ana'am : 82)

Keamanan ini terpancar dari jiwa raganya, bukan karena sebab penjaga penjaga keamanan polisi atau pihak keamanan lain, dan keamanan dimaksud keamanan dunia, adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengEsakan Allah Ta`aalaa, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah`Azza wa Jalla, dan tidak mencampurkan adukkan tauhid (`ibadah) mereka dengan kesyirikan, karena mereka tahu syirik adalah kezhaliman yang besar.

Tauhid sumber kekuatan jiwa, karena tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, sebab jiwanya penuh harap kepada Allah saja, percaya dan tawakal kepada Nya, ridho atas (ketentuan) Nya, sabar atas musibahnya serta sama sekali tidak mengarap sesuatu kepada makhluk, ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya, jiwanya kokoh seperti gunung, bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah Jalla wa `Alaa agar dibebaskan darinya, dia tidak meminta kepada orang orang mati, syiar dan semboyan adalah sabda Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam:

Artinya : "Apabila kamu meminta mintalah kepada Allah, dan apabila kamu minta tolong minta tolonglah kepadaNya." Dirawayatkan oleh at Tirmidziy (2516). Dan firman Allah :

Artinya : "Jika Allah menimpakan satu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al An'aam : 17)

Tauhid dasar persaudaraan dan persamaan, ahlut Tauhiid tidak dibolehkan menjadikan ilaah ilaah (ma`buud) selain Allah diantara sesama mereka, sifat Ilaahiyah (peng`ubudiahan) hanya milik Allah `Azza wa Jalla satu satunya dan semua manusia diwajibkan ber`ibadah kepada Nya saja. Segenap manusia adalah hamba Allah Jalla wa `Alaa, dan yang paling mulia diantara mereka adalah Nabi kita Muhammad Shollallahu 'alaihi wa Sallam.

TAFSIR KEUTAMAAN BAGI AHLUL-TAUHID

Allah berfirman :

" Orang-orang beriman itu tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezhaliman (Syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka mereka itu yang mendapat petunjuk" (An-Ana'am : 82).

Makna ayat : ahlut Tauhid mendapatkan keamanan dari segala rasa takut, `azab dari Allah, serta kebinasaan. Petunjuk kepada jalan yang lurus, maka apabila orang orang beriman itu tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezholiman (kesyirikan) secara mutlak, tidak dan tidak pula dengan kemaksiatan, maka mereka memperoleh keamanan dan hidayah yang sempurna dari Allah Jalla wa `Alaa, dan jika mereka tidak mencampurkan keimanan mereka dengan kesyirikan, namun mereka masih melakukan kemaksiatan, maka mereka tidak memperoleh keamanan dan hidayah yang sempurna.

Dipahami dari ayat yang mulia ini; bahwa mereka yang tidak mentauhidkan (mengikhlashkan per`ibadatan) kepada Allah Subhaana wa Ta`aalaa, tidak akan pernah sama sekali mendapatkan keamanan dan hidayah, bahkan kesesatan serta kebinasaan yang mereka peroleh. (diterjemahkan dari kitab tafsir As-Sa'ady hlm. 263).

Catatan kaki:
[1] "Al Ilaah" artinya adalah Dzat yang di`ibadahi dan dijadikan tumpuan hati untuk mendapat manfaat dan menolak bahaya. Lihat Kalimatul Ikhlas milik Ibnu Rajab Rahimullah hlm. 54 – 66
[2] H.R Tirmidzi dan dinyatakan oleh Al-Albani dalam ghayatul mahram hlm. 20 sebagai hadist yang hasan.
[3] Dugaan itu adalah bohong besar.
[4] Lihat Usulus – Tsalatsah Syarah Al – Imam Ibnu Utsaimin. 

www.thullabul-ilmiy.or.id/blog/?p=119

Sumber: www.darussalaf.or.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juni 2012   Pengaruh Tauhid Dalam Kehidupan Pribadi Dan Masyarakat Sesungguhnya Allah menciptakan sege...
< >