+ -

Pages

Rabu, 31 Juli 2013

[daarut-tauhiid] #kultwit : Prinsip Transaksi Syariah

 

Assalamualaykum,

Dear All,
Berikut ini #kultwit #EkonomiSyariah yang pernah disampaikan oleh akun twitter @ahmadifham

Multisumber. Makasiih :)

1.     Berikut ini adalah Prinsip TransaksiSyariah
1. Prinsip transaksi syariah: (1) persaudaraan, (2) keadilan, (3) kemaslahatan, (4) keseimbangan, dan (5) universalisme.
2. Prinsip persaudaraan (ukhuwah): nilai universal yang menata interaksi sosial, harmonisasi kepentingan, saling menolong & memberi manfaat.
3. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics).
4. Dalam prinsip ukhuwah (persaudaraan), seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain.
5. Prinsip ukhuwah: saling mengenal (ta'aruf), memahami (tafahum), menolong (ta'awun), menjamin (takaful), bersinergi, beraliansi (tahaluf).
6. Prinsip keadilan ('adalah): tempatkan sesuatu pada tempatnya, berikan sesuatu pada yang berhak, perlakukan sesuatu sesuai posisinya.
7. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang adanya unsur riba, zalim, maysir, gharar, haram.
8. (a) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun fadhl).
9. (b) zalim (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan).
10. (c) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif), (d) gharar (unsur ketidakjelasan).
11. (e) haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang terkait).
12. Esensi riba: tambahan pada pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi pinjaman serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya.
13. Esensi riba: tambahan yang dipersyaratkan pada transaksi pertukaran antarbarang ribawi termasuk pertukaran uang (money exchange).
14. Money Exchangeini yang sejenis secara tunai maupun tangguh dan yang tidak sejenis secara tidak tunai.
15. Esensi kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas dan temponya
16. Esensi Kezaliman: mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya.
17. Kezaliman dapat menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian.
18. Kezaliman dapat membawa kemudaratan bagi salah satu pihak atau pihak-pihak yang melakukan transaksi.
19. Esensi maysir: setiap transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan produktivitas serta bersifat perjudian (gambling).
20. Esensi gharar: transaksi mengandung unsur ketidakjelasan, manipulasi, eksploitasi informasi dan tidak adanya kepastian pelaksanaan akad.
21. Sementara esensi haram adalah segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Alquran dan As-sunnah.
22. Haram ini dibagi menjadi dua, yakni (a) haram li-dzatih; (b) haram li-ghairih/'aridhi.
23. Haram li-dzatih adalah haram yang terdapat dalam zat/perbuatan itu sendiri, contoh: minum khamr, makan bangkai, darah, dan lain-lain.
24. Haram li-ghairihadalah perbuatan yang diharamkan selain karena zat-nya. Contoh: akad/transaksi yang dilarang.
25. Prinsip Kemaslahatan (mashlahah): segala kebaikan & manfaat berdimensi duniawi & ukhrawi, material & spiritual, individual & kolektif.
26. Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayyib) dalam semua aspek.
27. Transaksi syariah yang bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan syariah (maqasid syariah).
28. Maqashid Syariah: (a) akidah, keimanan dan ketakwaan, (b) intelek, (c) keturunan, (d) jiwa dan keselamatan, dan (e) harta benda.
29. Prinsip Keseimbangan (tawazun): aspek material/spiritual, privat/publik, sektor keuangan/riil, bisnis/sosial, pemanfaatan/pelestarian.
30. Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder).
31. Manfaat yang didapatkan tidak hanya fokus pada pemegang saham, tetapi pada semua pihak yang terkait dengan suatu kegiatan ekonomi.
32. Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).
33. Universalisme tidak membedakan suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
34. Transaksi syariah terikat dengan nilai-nilai etis meliputi aktivitas sektor keuangan dan sektor riil yang dilakukan secara koheren.
35. Koherensi dijalankan tanpa dikotomi sehingga keberadaan dan nilai uang merupakan cerminan aktivitas investasi dan perdagangan.
36. Implementasi transaksi sesuai paradigma dan azas transaksi syariah tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).
37. Karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut.
38. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk).
39. Transaksi syariah dilakukan berdasarkan perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain.
40. Dalam transaksi syariah tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad.
41. Dalam transaksi syariah tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta'alluq) dalam satu akad.
42. Syariah tidak membenarkan distorsi harga melalui rekayasa permintaan, maupun rekayasa penawaran serta tidak boleh ada unsur suap.
43. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial.
44. Transaksi komersial dilakukan bisa dengan investasi bagi hasil; jual beli barang; atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
45. Transaksi nonkomersial bisa dengan pemberian pinjaman; penghimpunan & penyaluran dana sosial: zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah.

Regards,
@ahmadifham

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013   Assalamualaykum, Dear All, Berikut ini #kultwit #EkonomiSyariah yang pernah disampaikan ...

[daarut-tauhiid] Keutamaan Malam Lailatul Qadar, Tanda-tanda, dan Waktunya

 

Assalamu'alaikum wr wb,

Keutamaan Malam Lailatul Qadar, Tanda-tanda, dan Waktunya
Malam Lailatul Qadr
Malam Lailatul Qadar adalah malam mulia yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (30.000x malam biasa):
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." [QS Al Qadar: 1 - 5]
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Qur'an) di atas adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel tersebut selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada Allah karena sejak lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang para sahabat karena ajaran Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih. Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah lelaki dari Bani Israel tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah pada malam tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena itu perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca Al Qur'an, bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul Qadar.
Kapan Malam Lailatul Qadar itu Terjadi?
Malam Lailatul Qadar terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah ber'itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, 'Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." [HR Bukhari dan HR Muslim]
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam terakhir:
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir." Muttafaq Alaihi.
Kenapa mencari malam Lailatul Qadar pada 10 atau 7 hari terakhir (ganjil/genap)? Kenapa tidak 5 hari ganjil yang terakhir saja? Saat ini banyak kelompok masih berbeda penetapan 1 Ramadhan. Ada yang misalnya tanggal 1 bulan X Masehi. Ada pula yang tanggal 2. Jadi tidak jelas mana yang ganjil dan yang genap. Lebih aman kita tetap giat di 10 malam terakhir entah itu ganjil/genap.
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan ra bahwa Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar: "Malam dua puluh tujuh." [Abu Daud]
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa." [HR Bukhari]
Apa Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar?
Dari Ubay ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), "Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR Muslim 762).
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), "Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah (setengah bejana)." (HR Muslim 1170)
Dan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), "(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan." (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).
dari Watsilah bin al-Asqo' dari Rasulullah SAW:
"Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)" (HR. at-Thobroni dalam al-Mu'jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
Bagaimana Cara Mengisi Malam Lailatul Qadar?
Nabi Muhammad ber-i'tikaf (tinggal di masjid) pada 10 malam terakhir:
Aisyah r.a. berkata, "Nabi apabila telah masuk sepuluh malam (yang akhir dari bulan Ramadhan) beliau mengikat sarung beliau, menghidupkan malam, dan membangunkan istri beliau." [HR Bukhari]
Di masjid beliau shalat wajib dan sunnah, membaca Al Qur'an, berzikir, berdo'a, dan sebagainya.
Nabi biasa melakukan shalat sunnat malam (Tarawih) pada bulan Ramadhan:
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang mendirikan (shalat malam) Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosanya yang telah lampau." [Hr Bukhari]
Doa Malam Lailatul Qadar:
Dari 'Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "bacalah:
(artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku)." Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud.
Ciri-ciri Orang yang Mendapat Malam Lailatul Qadar
Ciri-ciri dari orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar adalah dia ibadahnya lebih rajin daripada sebelumnya. Dia jadi lebih rajin shalat, puasa, sedekah, dsb.
Tidak berani mengerjakan hal-hal yang maksiat. Tidak mungkin dia mabuk-mabukan, berjudi, atau pun berpacaran/mendekati zina.
Baca selengkapnya di:
http://mediaislamraya.blogspot.com/2013/07/keutamaan-malam-lailatul-qadar-tanda.html

 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (4)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013   Assalamu'alaikum wr wb, Keutamaan Malam Lailatul Qadar, Tanda-tanda, dan Waktunya Ma...

Selasa, 30 Juli 2013

[daarut-tauhiid] Kaidah Ke. 17: Barangsiapa Tergesa-gesa Ingin Mendapatkan Sesuatu ; Kaidah ke. 18 : Barang Mitsliyat Diganti Dengan Barang Semisalnya

Kategori Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah
Kaidah Ke. 17: Barangsiapa Tergesa-gesa Ingin Mendapatkan Sesuatu ; Kaidah ke. 18 : Barang Mitsliyat Diganti Dengan Barang Semisalnya


QAWA'ID FIQHIYAH
Kaidah Ketujuh Belas :

ãóäú ÊóÚóÌøóáó ÔóíúÆðÇ ÞóÈúáó ÃóæóÇäöåö ÚõæúÞöÈó ÈöÍöÑúãóÇäöåö

Barangsiapa Tergesa-gesa Ingin Mendapatkan Sesuatu Sebelum Datang Waktunya Maka Ia Mendapatkan Hukuman Dengan Tidak Mendapatkan Apa Yang Ia Inginkan Tersebut



Kaidah ini menjelaskan tentang 'iqâb (hukuman) yang didapatkan oleh seseorang yang terburu-buru mendapatkan sesuatu yang ia inginkan sebelum datang waktunya. Ia mendapatkan hukuman berupa kebalikan dari apa ia inginkan itu. Demikian itu karena manusia adalah hamba yang dikuasai oleh Allah Azza wa Jalla dan berada di bawah perintah dan hukum-Nya. Maka sudah sepantasnya bagi manusia untuk tunduk kepada hukum yang telah digariskan oleh-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman :

æóãóÇ ßóÇäó áöãõÄúãöäò æóáÇó ãõÄúãöäóÉò ÅöÐóÇ ÞóÖóì Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóãúÑðÇ Ãóäú íóßõæäó áóåõãõ ÇáúÎöíóÑóÉõ ãöäú ÃóãúÑöåöãú

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. [al-Ahzâb/33:36]

Oleh karena itu, apabila seseorang tergesa-gesa mendapatkan perkara-perkara yang menjadi konsekuensi hukum syar'i sebelum terpenuhi sebab-sebabnya yang shahîh, maka ia tidak akan mendapatkan manfaat sedikitpun, bahkan ia memperoleh hukuman berupa kebalikan dari yang ia inginkan.

Di antara implementasi dan contoh penerapan kaidah ini adalah sebagai berikut :

1. Barangsiapa tergesa-gesa untuk mendapatkan warisan dari orang tuanya atau orang lain dengan cara membunuh orang tuanya atau orang lain yang akan memberikan warisan kepadanya itu, maka ia mendapatkan 'iqâb (hukuman) berupa diharamkan dari mendapatkan warisan tersebut. Demikian itu dikarenakan ia telah tergesa-gesa untuk mendapatkan warisan dengan cara yang haram maka ia diharamkan dari mendapatkan warisan tersebut.

2. Tentang orang yang mendapatkan wasiat, yang dijanjikan akan mendapatkan suatu harta tertentu setelah meninggalnya si pemberi wasiat. Apabila ia tergesa-gesa untuk mendapatkannya dengan membunuh si pemberi wasiat maka ia tidak berhak mendapatkan wasiat tersebut.

3. Tentang mudabbar, yaitu budak yang dijanjikan bebas oleh tuannya setelah tuannya tersebut meninggal. Apabila si budak tersebut tergesa-gesa untuk mendapatkan kebebasan dengan cara membunuh tuannya, maka ia tidak berhak untuk mendapatkan kebebasan dari statusnya sebagai budak.

4. Seorang laki-laki yang berada dalam keadaan sakit parah yang menyebabkan kematiannya. Apabila sebelum meninggal ia menceraikan isterinya dengan tujuan supaya isterinya tidak mendapatkan warisan darinya, maka dalam hal ini si isteri tersebut tetap berhak mendapatkan warisan darinya, meskipun si isteri tersebut telah selesai dari masa iddah, selagi belum menikah lagi dengan laki-laki lain. Dan ada pula yang berpendapat bahwa si isteri tersebut tetap mendapatkan warisan meskipun telah menikah lagi dengan laki-laki lain karena ia mempunyai udzur.

5. Termasuk juga dalam implementasi kaidah ini adalah bahwasanya orang yang tergesa-gesa untuk melampiaskan syahwatnya di dunia dalam perkara-perkara yang haram, maka ia dihukum dengan tidak mendapatkannya di akhirat selama belum bertaubat di dunia[1]. Allah Azza wa Jalla berfirman :

æóíóæúãó íõÚúÑóÖõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ Úóáóì ÇáäøóÇÑö ÃóÐúåóÈúÊõãú ØóíøöÈóÇÊößõãú Ýöí ÍóíóÇÊößõãõ ÇáÏøõäúíóÇ æóÇÓúÊóãúÊóÚúÊõãú ÈöåóÇ

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniamu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya. [al-Ahqâf/46:20]

Berkebalikan dengan kaidah ini, maka barangsiapa meninggalkan suatu kejelekan dikarenakan mengharap keridhaan Allah Azza wa Jalla , maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan kepadanya suatu pengganti yang lebih baik dari yang ia tinggalkan tersebut. Wallâhu a'lam.

(Sumber : Al-Qawâ'id wal-Ushûl al-Jûmi'ah wal-Furûq wat-Taqâsîm al-Badî'ah an-Nâfi'ah, karya Syaikh 'Abdur-Rahmân as-Sa'di, Tahqîq: Dr. Khâlid bin 'Ali bin Muhammad al-Musyaiqih, Dârul-Wathan, Cetakan II, Tahun 1422 H – 2001 M.)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Misalnya orang laki-laki yang memakai pakaian sutra di dunia maka ia diharamkan dari memakainya di akhirat, dan orang yang minum khamr di dunia diharamkan dari meminumnya di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Barangsiapa memakai sutra di dunia maka ia tidak akan memakainya di akhirat. Dan barangsiapa meminum khamr maka ia tidak akan meminumnya di akhirat". [HR. al-Bukhâri no. 5832 dan Muslim 2073 dari Sahabat Anas bin Mâlik] (Pent)


QAWA'ID FIQHIYAH
Kaidah Kedelapan Belas :

ÊõÖúãóäõ ÇáúãöËúáöíøóÇÊõ ÈöãöËúáöåóÇ æóÇáúãõÊóÞóæøóãóÇÊõ ÈöÞöíúãóÊöåóÇ

Barang Mitsliyat Diganti Dengan Barang Semisalnya Dan Mutaqawwamat Diganti
Dengan Harganya


Kaidah ini berkaitan dengan kasus seseorang yang mempunyai tanggungan untuk mengganti barang orang lain dikarenakan barang tersebut ia rusakkan, ia hilangkan, atau karena sebab lainnya. Dalam hal ini, timbul permasalahan, apakah ia mengganti dengan barang yang semisal ataukah cukup mengganti dengan harga tertentu senilai barang yang harus diganti tersebut.

Maka, kaidah ini menjelaskan bahwa apabila barang yang dirusakkan tersebut berupa mitsliyat maka diganti dengan barang yang semisal dengannya. Dan apabila barang yang dirusakkan tersebut berupa mutaqawwamat maka diganti dengan nilai barang tersebut.

Namun, para Ulama' berbeda pendapat dalam menentukan batasan mitsliyat dan mutaqawwamat. Sebagian Ulama' berpendapat bahwa mitsliyat adalah semua barang yang diperjual-belikan dengan ditakar atau ditimbang. Sedangkan mutaqawwamat adalah barang-barang yang diperjual-belikan selain dengan ditakar atau ditimbang.[1]

Para Ulama' yang lain berpendapat bahwa mitsliyat itu lebih umum daripada batasan di atas. Mereka berpendapat bahwa mitsliyat adalah segala sesuatu yang mempunyai misal yang serupa atau mirip dengannya. Sedangkan mutaqawwamat adalah barang-barang selain kategori tersebut. Pendapat inilah yang benar dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut :

1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meminjam seekor onta, kemudian beliau ingin mengembalikan ganti onta tersebut kepada pemiliknya. Namun, beliau tidak mendapatkan onta yang semisal. Maka beliau memberikan ganti berupa onta yang lebih baik dari onta tersebut.[2]

Hadits ini menunjukkan bahwa mitsliyat tidak terbatas pada barang-barang yang diperjual-belikan dengan ditimbang atau ditakar semata.

2. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memerintahkan Aisyah Radhiyallahu anhuma untuk menganti piring Zainab binti Jahsy, dikarenakan Aisyah Radhiyallahu anhuma telah memecahkan piringnya.[3]

3. Karena memberikan ganti dengan barang yang semisal atau serupa terkandung di dalamnya dua hal bagi pemilik barang, yaitu didapatkannya nilai barang yang diganti dan terealisasinya maksud pemilik barang dalam manfaat barang tersebut. Maka, inilah pendapat yang benar berkaitan dengan batasan mitsliyat dan mutaqawwamat.

Di antara implementasi dan penerapan kaidah ini adalah sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan perusakan barang. Seseorang yang merusakkan barang orang lain dan sedangkan barang tersebut termasuk kategori mitsliyat, maka ia wajib mengganti dengan barang yang serupa. Namun, apabila barang tersebut termasuk kategori mutaqawwamat maka ia cukup mengganti dengan nilai harga barang tersebut.

2. Berkaitan dengan kasus pinjam meminjam. Seseorang yang meminjam barang orang lain untuk dimanfaatkan, misalnya ia meminjam sejumlah makanan atau selainnya untuk memenuhi kebutuhannya, maka ia wajib mengembalikan barang tersebut. Apabila barang itu termasuk kategori mitsliyat maka ia wajib mengembalikan dengan barang yang serupa. Dan apabila barang tersebut termasuk kategori mutaqawwamat maka ia cukup mengembalikan dengan nilai harga barang tersebut.

3. Seseorang yang dititipi barang oleh orang lain. Kemudian barang tersebut hilang dikarenakan keteledorannya, atau ia berlebih-lebihan dalam menggunakan barang tersebut. Maka, ia wajib mengganti barang tersebut. Apabila barang tersebut termasuk kategori mitsliyat maka ia wajib mengganti dengan barang yang serupa. Dan apabila barang tersebut termasuk kategori mutaqawwamat maka ia cukup mengganti dengan nilai harga barang tersebut.

4. Seseorang yang menyembelih udhiyah (hewan kurban). Kemudian ia memakan semua daging hewan kurbannya tersebut tanpa menyedekahkan sedikitpun. Maka, dalam hal ini ia wajib bersedekah dengan daging hewan sejenis sekedar jumlah yang wajib sebagai ganti atas kewajibannya bersedekah dengan daging hewan kurban tersebut.

Demikianlah kaidah ini diterapkan pada permasalahan-permasalahan lain yang serupa. Wallâhu a'lam.

(Sumber : Al-Qawâ'id wal-Ushûl al-Jûmi'ah wal-Furûq wat-Taqâsîm al-Badî'ah an-Nâfi'ah, karya Syaikh 'Abdur-Rahmân as-Sa'di, Tahqîq: Dr. Khâlid bin 'Ali bin Muhammad al-Musyaiqih, Dârul-Wathan, Cetakan II, Tahun 1422 H – 2001 M.)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
http://almanhaj.or.id/content/2518/slash/0/kaidah-ke-17-18-barang-mitsliyat-diganti-dengan-barang-semisalnya/

***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013 Kategori Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah Kaidah Ke. 17: Barangsiapa Tergesa-gesa Ingin Mendapatkan Sesuatu ; Kaidah ke. 18 : Barang Mitsliyat Dig...

Senin, 29 Juli 2013

[daarut-tauhiid] Penjabaran Makna Nama Allah Azza Wa Jalla Al-Karîm

Kategori Bahasan : Asmaaul Husna
Penjabaran Makna Nama Allah Azza Wa Jalla Al-Karîm
Oleh
Ustadz Ali Musri Semjan Putra


MAKNA AL-KARIM DARI TINJAUAN BAHASA
Berikut ini beberapa penjelasan para ulama pakar bahasa Arab mengenai makna al-Karîm:

Ibnu Fâris rahimahullah menyebut bahwa asal kata karom (bentuk noun kata al-Karîm) menunjukkan dua makna, salah satunya adalah kemuliaan[1].

Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata, "al-Karîm artinya pemaaf. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm yang memaafkan dosa para hamba-Nya yang beriman"[2].

Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: " al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan". al-Karîm adalah nama yang mencakup segala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm (Maha Mulia) amat terpuji segala perpuatan-Nya.[3]

Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: " al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza wa Jalla dan nama-Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi pemberi. Pemberian-Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak. al-Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga menghimpun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Mulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-Nya, Rabb yang memiliki 'Arsy yang mulia lagi agung"[4].

PENJABARAN MAKNA NAMA ALLAH AL-KARIM
Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur'ân, nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-Naml/27:40:

ÝóáóãøóÇ ÑóÂóåõ ãõÓúÊóÞöÑøðÇ ÚöäúÏóåõ ÞóÇáó åóÐóÇ ãöäú ÝóÖúáö ÑóÈøöí áöíóÈúáõæóäöí ÃóÃóÔúßõÑõ Ãóãú ÃóßúÝõÑõ æóãóäú ÔóßóÑó ÝóÅöäøóãóÇ íóÔúßõÑõ áöäóÝúÓöåö æóãóäú ßóÝóÑó ÝóÅöäøó ÑóÈøöí Ûóäöíøñ ßóÑöíãñ

"Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáúÅöäúÓóÇäõ ãóÇ ÛóÑøóßó ÈöÑóÈøößó ÇáúßóÑöíãö

"Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah".

Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya. Pemberian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syukurnya pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini ditutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-Karîm (Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yang mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena Allah Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat balasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini seperti termaktub dalam firman Allah:

Åöäú ÊóßúÝõÑõæÇ ÝóÅöäøó Çááøóåó Ûóäöíøñ Úóäúßõãú æóáóÇ íóÑúÖóì áöÚöÈóÇÏöåö ÇáúßõÝúÑó æóÅöäú ÊóÔúßõÑõæÇ íóÑúÖóåõ áóßõãú

"Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran itu bagimu" [az-Zumar/39:7]

Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya lagi Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi karena Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah).

Adapun pada ayat surat al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia, apa yang membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Padahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat bagi mereka. Karena Allah bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia berlaku demikian, karena Allah al-Karîm (pemurah) terhadap mereka.

Al-Karîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan kebaikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan kesempurnaan kemuliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya:

1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah Azza wa Jalla Maha Indah.

2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Allah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.

3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam perbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh dengan berbagai hikmah yang luas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Nama Allah al-Karîm mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna kelembutan dan memberi kebaikan" [5].

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Secara global, makna al-Karîm adalah dzat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang. Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan "[6].

Diantara makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada makhluk adalah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.

Kemudian, sebagai (cermin) sifat karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan sesuatu hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriringan dengan nama Allah al-'Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:

Úóäú ÚóÇÆöÔóÉó ÞóÇáóÊú ÞõáúÊõ íóÇ ÑóÓõæáó Çááøóåö ÃóÑóÃóíúÊó Åöäú ÚóáöãúÊõ Ãóíøõ áóíúáóÉò áóíúáóÉõ ÇáúÞóÏúÑö ãóÇ ÃóÞõæáõ ÝöíåóÇ ÞóÇáó Þõæáöí Çááøóåõãøó Åöäøóßó ÚõÝõæøñ ßóÑöíãñ ÊõÍöÈøõ ÇáúÚóÝúæó ÝóÇÚúÝõ Úóäøöí

Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha , ia berkata: "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika seandainya aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?" Beliau bersabda: "Ucapkanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifat pemaaf, maka ampunilah aku". [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]

Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla menghapus dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ÅöáøóÇ ãóäú ÊóÇÈó æóÂóãóäó æóÚóãöáó ÚóãóáðÇ ÕóÇáöÍðÇ ÝóÃõæáóÆößó íõÈóÏøöáõ Çááøóåõ ÓóíøöÆóÇÊöåöãú ÍóÓóäóÇÊò æóßóÇäó Çááøóåõ ÛóÝõæÑðÇ ÑóÍöíãðÇ

"Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [al-Furqân/25:70]

Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tanpa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Ãóáóãú ÊóÑóæúÇ Ãóäøó Çááøóåó ÓóÎøóÑó áóßõãú ãóÇ Ýöí ÇáÓøóãóÇæóÇÊö æóãóÇ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö æóÃóÓúÈóÛó Úóáóíúßõãú äöÚóãóåõ ÙóÇåöÑóÉð æóÈóÇØöäóÉð

"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin" [Luqmân/31:20]

Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman:

æóßóÃóíøöäú ãöäú ÏóÇÈøóÉò áóÇ ÊóÍúãöáõ ÑöÒúÞóåóÇ Çááøóåõ íóÑúÒõÞõåóÇ æóÅöíøóÇßõãú æóåõæó ÇáÓøóãöíÚõ ÇáúÚóáöíãõ

"Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [al-'Ankabût/29:60]

Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ãóÇ ÃõÑöíÏõ ãöäúåõãú ãöäú ÑöÒúÞò æóãóÇ ÃõÑöíÏõ Ãóäú íõØúÚöãõæäö (57) Åöäøó Çááøóåó åõæó ÇáÑøóÒøóÇÞõ Ðõæ ÇáúÞõæøóÉö ÇáúãóÊöíäõ
••
"Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh". [Adz-Dzâriyât/51:57-58]

Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka. Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar permintaan mereka tersebut. Sebaliknya, akan marah kepada orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

æóÞóÇáó ÑóÈøõßõãõ ÇÏúÚõæäöí ÃóÓúÊóÌöÈú áóßõãú Åöäøó ÇáøóÐöíäó íóÓúÊóßúÈöÑõæäó Úóäú ÚöÈóÇÏóÊöí ÓóíóÏúÎõáõæäó Ìóåóäøóãó ÏóÇÎöÑöíäó

"Dan Rabbmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." [Ghâfir/40:60]

Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan[7].

ALLAH AZZA WA JALLA MENAMAKAN AL-QUR'AN DENGAN NAMA AL-KARIM
Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa kitab suci al-Qur'ân kalamullah adalah kitab yang Karîm (mulia). Allah Azza wa Jalla berfirman:

Åöäøóåõ áóÞõÑúÂóäñ ßóÑöíãñ

"Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia" [al-Wâqi'ah/56:77]

Dijelaskan oleh para ulama, alasannya karena al-Qur'ân adalah kalâmullah (perkataan Allah Azza wa Jalla), mengandung kebaikan yang begitu banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk yang lurus, keterangan yang jelas, ilmu yang berguna dan hikmah yang banyak [8]. Segala kebaikan terjamin dengan menjalankan isi Al Quran tersebut.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, "Allah Azza wa Jalla menyebutkan sifat al-Qur'ân dengan sesuatu yang menunjukkan keindahan, limpahan kebaikan juga manfaat serta keagungannya. Karena al-Karîm adalah sesuatu yang sarat dengan kebaikan yang amat banyak lagi agung manfaatnya. Dan al-Qur`ân sendiri, ditinjau dari segala segi merupakan yang terbaik dan paling afdhal. Maka, Allah Azza wa Jalla mensifati diri-Nya dengan sifat al-Karam (kemuliaan) serta mensifati kalam dan 'Arasy-Nya dengan sifat karam pula. Dan juga memberikan sifat tersebut sesuatu yang banyak kebaikannya dan indah bentuknya..."

Al-Azhari rahimahullah berkata, "Al Qur'ân disebut al-Karîm karena kandungannya akan berbagai petunjuk, penjelasan, ilmu dan hikmah" [9].

Al Qur'ân yang mulia ini dibawa oleh malikat yang mulia pula yaitu Jibril Alaihissalam, sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla

Åöäøóåõ áóÞóæúáõ ÑóÓõæáò ßóÑöíãò

"Sesungguhnya Al Qur'ân itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)" [at-Takwîr/81:19].

Kemudian Al Qur'ân yang mulia tersebut disampaikan oleh malaikat yang mulia kepada rasul yang mulia pula, Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Åöäøóåõ áóÞóæúáõ ÑóÓõæáò ßóÑöíãò

"Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia.." [al-Hâqqah/69:40]

Berdasar ayat di atas, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam disebut sebagai utusan yang karîm (mulia) karena Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki akhlak yang mulia, membawa kitab yang mulia, mengajak manusia kepada segala hal yang mulia, baik dalam hal keyakinan maupun amalan.

Demikian pula, 'Arsy Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ÝóÊóÚóÇáóì Çááøóåõ Çáúãóáößõ ÇáúÍóÞøõ áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó ÑóÈøõ ÇáúÚóÑúÔö ÇáúßóÑöíãö

"Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Rabb (Yang memiliki) 'Arsy yang mulia.". [al-Mukminûn/23:116]

Karena 'Arsy merupakan makhluk yang paling besar dan paling tinggi di atas seluruh makhluk. Segala kemuliaan yang terdapat pada makhluk adalah atas pemberian Allah Azza wa Jalla Yang Maha Mulia. Hal tersebut menunjukkan akan kemulian makhluk tersebut di sisi Allah, melebihi makhluk-makhluk lainnya.

Surga yang dipenuhi berbagai macam kenikmatan, segala nikmat yang terdapat di dalamnya melebihi segala apa yang ada di dunia. Yang disediakan bagi orang-orang yang memiliki sifat mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Åöäú ÊóÌúÊóäöÈõæÇ ßóÈóÇÆöÑó ãóÇ Êõäúåóæúäó Úóäúåõ äõßóÝøöÑú Úóäúßõãú ÓóíøöÆóÇÊößõãú æóäõÏúÎöáúßõãú ãõÏúÎóáðÇ ßóÑöíãðÇ

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". [an-Nisâ/4:31]

BEBERAPA PELAJARAN YANG DAPAT KITA AMBIL MELALUI NAMA ALLAH AZZA WA JALLA AL-KARIM
Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui dan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara ini merupakan tujuan yang sesungguhnya bagi seorang muslim ketika memahami nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut. Agar nama al-Karîm benar-benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan perbaikan ibadah dan akhlak seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dalam diri seorang muslim, diantaranya:

1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencintai orang yang bersifat mulia.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, "Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla mencintai orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya"[10] .

2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna al-Karîm adalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pemurah. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirman:

åóÇ ÃóäúÊõãú åóÄõáóÇÁö ÊõÏúÚóæúäó áöÊõäúÝöÞõæÇ Ýöí ÓóÈöíáö Çááøóåö Ýóãöäúßõãú ãóäú íóÈúÎóáõ æóãóäú íóÈúÎóáú ÝóÅöäøóãóÇ íóÈúÎóáõ Úóäú äóÝúÓöåö æóÇááøóåõ ÇáúÛóäöíøõ æóÃóäúÊõãõ ÇáúÝõÞóÑóÇÁõ æóÅöäú ÊóÊóæóáøóæúÇ íóÓúÊóÈúÏöáú ÞóæúãðÇ ÛóíúÑóßõãú Ëõãøó áóÇ íóßõæäõæÇ ÃóãúËóÇáóßõãú

"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini". [Muhammad/47:38]

3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jalla . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat tanpa batas kepadanya meskipun tanpa diminta.

4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur'ânul Karîm. Karena, al-Qur'ân adalah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaikat yang mulia kepada Rasul yang mulia.

5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril. Barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman :

ãóäú ßóÇäó ÚóÏõæøðÇ áöáøóåö æóãóáóÇÆößóÊöåö æóÑõÓõáöåö æóÌöÈúÑöíáó æóãöíßóÇáó ÝóÅöäøó Çááøóåó ÚóÏõæøñ áöáúßóÇÝöÑöíäó

"Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir". [al-Baqarah/2:98]

6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seorang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan ayat di atas.

7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.

9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla malu mengembalikan tangan hamba yang diangkat saat berdoa dalam keadaan kosong. Karena nama Allah al-Karîm bergandengan dengan nama Allah Azza wa Jalla al-Hayiyyu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:

Åöäøó Çááøóåó Íóíöíøñ ßóÑöíãñ íóÓúÊóÍúíöí ÅöÐóÇ ÑóÝóÚó ÇáÑøóÌõáõ Åöáóíúåö íóÏóíúåö Ãóäú íóÑõÏøóåõãóÇ ÕöÝúÑðÇ ÎóÇÆöÈóÊóíúäö.

"Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Allah malu apabila seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya mengembalikannya dalam keadaan kosong lagi merugi". [HR. Abu Dâwud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albâni]

Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang yang bersifat mulia lagi pemurah. Dan menjadikan kita orang yang mencintai segala hal yang mulia, baik berbentuk keyakinan, ucapan maupun tindakan dan perbuatan. Wallahu A'lam.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
________
Footnotes.
[1]. Mu'jam Maqâyîs Lughah (5/139)
[2]. Ibid (5/139)
[3]. Tahdzîbul Lughah(3/374)
[4]. Lisânul 'Arab (12/510)
[5]. Bayân Talbîs Jahmiyah (1/196).
[6]. At-Tibyân: 140.
[7]. Shahîh al-Bukhâri (4/1713)
[8]. Tafsir al-Baghawi (8/22)
[9]. at-Tibyân hal. 140.
[10]. al-Wâbil ash-Shayyib hal. 49.

http://almanhaj.or.id/content/2718/slash/0/penjabaran-makna-nama-allah-azza-wa-jalla-al-karm/

***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013 Kategori Bahasan : Asmaaul Husna Penjabaran Makna Nama Allah Azza Wa Jalla Al-Karîm Oleh Ustadz Ali Musri Semjan Putra MAKNA AL-KARI...

Minggu, 28 Juli 2013

[daarut-tauhiid] Kaidah Ke. 16 : Al-'Adl (Keadilan) Itu Wajib Atas Segala Ssesuatu Dan Al-Fadhl (Tambahan) Itu Sunnah

Kategori Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah
Kaidah Ke. 16 : Al-'Adl (Keadilan) Itu Wajib Atas Segala Ssesuatu Dan Al-Fadhl (Tambahan) Itu Sunnah
QAWA'ID FIQHIYAH
Kaidah Keenam Belas :

ÇáÚóÏúáõ æóÇÌöÈñ Ýöí ßõáøö ÔóíúÁö æóÇáúÝóÖúáõ ãóÓúäõæúäñ

Al-'Adl (Keadilan) Itu Wajib Atas Segala Sesuatu Dan Al-Fadhl (Tambahan) Itu Sunnah



Sebelum membahas implementasi dan contoh penerapan kaidah ini, kita perlu memahami tentang makna al-'adl dan al-fadhl. Yang dimaksud dengan al-'adl ialah jika seseorang menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan sebagaimana ia menuntut apa yang menjadi haknya. Sedangkan al-fadhl maknanya ialah seseorang berbuat ihsân sejak awal atau memberikan tambahan dari yang wajib ia tunaikan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

æóÃóÞúÓöØõæÇú Åöäøó Çááøóåó íõÍöÈøõ ÇáúãõÞúÓöØöíúäó

Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [al-Hujurât/49:9]

Demikian pula Allah Azza wa Jalla berfirman:

æóÅöäú ÚóÇÞóÈúÊõãú ÝóÚóÇÞöÈõæúÇ ÈöãöËúáö ãóÇ ÚõæÞöÈúÊõãú Èöåö æóáóÆöäú ÕóÈóÑúÊõãú áóåõæó ÎóíúÑñ áöáÕøóÇÈöÑöíäó

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. [an-Nahl/16:126]

Implementasi dan contoh penerapan kidah ini cukup banyak dalam syari'at ini, baik berkaitan dengan ibadah maupun mu'amalah. Hal itu dapat kita ketahui dari contoh-contoh berikut :

1. Apabila seseorang berbuat jahat kepada orang lain, maka orang yang dikenai kejahatan diperbolehkan untuk membalas kejahatan tersebut dengan balasan yang seimbang, inilah makna al-'adl (keadilan). Hal ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

æóÌóÒóÇÁõ ÓóíøöÆóÉò ÓóíøöÆóÉñ ãöËúáõåóÇ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. [asy-Syûrâ/42:40]

Namun demikian, Allah Azza wa Jalla menganjurkan orang yang terkena kejahatan untuk memberi maaf atas kejahatan tersebut, inilah makna al-fadhl (tambahan). Hal ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla pada kelanjutan ayat tersebut:

Ýóãóäú ÚóÝóÇ æóÃóÕúáóÍó ÝóÃóÌúÑõåõ Úóáóì Çááøóåö

Maka barangsiapa mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. [asy-Syûrâ/42:40]

2. Berkaitan dengan akad hutang piutang, maka orang yang menghutangi boleh menagih dan menerima pelunasan harta apabila orang yang berhutang memang mempunyai kemampuan untuk membayar hutangnya ketika jatuh tempo pembayarannya. Namun, apabila ternyata belum mampu untuk membayar, maka Allah Azza wa Jalla memerintahkan supaya orang yang berhutang diberi tangguh sehingga pembayarannya bisa ditunda. Inilah makna al-'adl. Allah Azza wa Jalla berfirman:

æóÅöäú ßóÇäó Ðõæú ÚõÓúÑóÉò ÝóäóÙöÑóÉñ Åöáóì ãóíúÓóÑóÉò

Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. [al-Baqarah/2:280]

Namun demikian, jika orang yang menghutangi mau bersedekah dan menganggap lunas hutang tersebut, maka itulah yang paling utama. Inilah makna al-fadhl dan hukumnnya sunnah. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

æóÃóäú ÊóÕóÏøóÞõæúÇ ÎóíúÑñ áóßõãú

Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu. [al-Baqarah2:280]

3. Apabila seseorang menjadi pengasuh anak yatim, maka ia diperbolehkan untuk makan dan minum bersama-sama anak yatim tersebut dengan harta yang dicampurkan dari hartanya dan harta anak yatim. Inilah makna al-'adl. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

æóíóÓúÃóáõæúäóßó Úóäö ÇáúíóÊóÇãóì Þõáú ÅöÕúáÇóÍñ áóåõãú ÎóíúÑñ æóÅöäú ÊõÎóÇáöØõæúåõãú ÝóÅöÎúæóÇäõßõãú æóÇááøóåõ íóÚúáóãõ ÇáúãõÝúÓöÏó ãöäó ÇáúãõÕúáöÍö

Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. [al-Baqarah/2:220]

Namun, apabila pengasuh anak yatim tersebut berhati-hati dan memberikan makan dan minum kepada anak yatim tersebut dengan hartanya sendiri, maka inilah al-fadhl.

4. Di dalam al-Qur'ân telah ditetapkan hukum qishâs. Yang mana jika seseorang melakukan pembunuhan, maka keluarga korban berhak menuntut supaya si pembunuh dihukum bunuh pula. Demikian pula jika seseorang mencederai anggota badan orang lain, seperti mata, telinga, atau selainnya maka ada hukum qishâs di sana. Inilah makna al-'adl. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

æóßóÊóÈúäóÇ Úóáóíúåöãú ÝöíåóÇ Ãóäøó ÇáäøóÝúÓó ÈöÇáäøóÝúÓö æóÇáúÚóíúäó ÈöÇáúÚóíúäö æóÇúáÃóäúÝó ÈöÇúáÃóäúÝö æóÇúáÃõÐõäó ÈöÇúáÃõÐõäö æóÇáÓøöäøó ÈöÇáÓøöäøö æóÇáúÌõÑõæúÍó ÞöÕóÇÕñ

Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishâsnya. [al-Mâidah/5:45]

Namun demikian, apabila keluarga korban atau orang yang dicederai tersebut memberi ma'af, maka itu adalah perkara mulia yang dianjurkan. Inilah makna al-fadhl. Hal ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

Ýóãóäú ÊóÕóÏøóÞó Èöåö Ýóåõæó ßóÝøóÇÑóÉñ áóåõ

Barangsiapa yang melepaskan (hak qishâs) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. [al-Mâidah/5:45]

5. Pada asalnya, mengucapkan perkataan yang buruk adalah dilarang. Namun, apabila seseorang dizhalimi oleh orang lain, maka dalam hal ini diperbolehkan baginya untuk mengucapkan perkataan yang buruk kepada orang yang menzhaliminya, inilah makna al-'adl. Allah Azza wa Jalla berfirman:

áÇó íõÍöÈøõ Çááøóåõ ÇáúÌóåúÑó ÈöÇáÓøõæúÁö ãöäó ÇáúÞóæúáö ÅöáÇøó ãóäú Ùõáöãó

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. [an-Nisâ'/4:148]

Dalam hal ini, apabila ia menolak kezhaliman tersebut dengan cara yang lebih baik dan tidak mengucapkan perkataan yang buruk maka itulah yang dianjurkan, dan inilah makna al-'fadhl. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

æóáÇó ÊóÓúÊóæöíú ÇáúÍóÓóäóÉõ æóáÇó ÇáÓøóíøöÆóÉõ ÇÏúÝóÚú ÈöÇáøóÊöí åöíó ÃóÍúÓóäõ ÝóÅöÐóÇ ÇáøóÐöíú Èóíúäóßó æóÈóíúäóåõ ÚóÏóÇæóÉñ ßóÃóäøóåõ æóáöíøñ Íóãöíúãñ

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. [Fusshilat/41:34]

6. Berkaitan dengan ibadah wudhu, shalat, puasa, haji, dan selainnya. Ibadah-ibadah tersebut ada dua kemungkinan pelaksanaan. Ada kemungkinan dilaksanakan secara mujzi' (sekedar cukup untuk menggugurkan kewajiban), yaitu jika ibadah-ibadah tersebut dilaksanakan dengan mencukupkan pada perkara-perkara yang wajib di dalamnya saja. Inilah makna al-'adl. Dan ada kalanya dilaksanakan secara kâmil (sempurna), yaitu jika ibadah-ibadah tersebut dilaksanakan dengan menyempurnakan perkara-perkara yang wajib sekaligus perkara-perkara yang sunnah di dalamnya. Inilah makna al-fadhl.

Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui tentang tiga golongan manusia, yaitu :

1. Al-Munshifîn (orang-orang yang berbuat adil), yaitu orang-orang yang berkomitmen dalam melaksanakan al-'adl.

2. As-Sâbiqîn (orang-orang yang bersegera berbuat kebaikan), yaitu orang-orang yang berkomitmen dalam melaksanakan al-fadhl.

3. Azh-Zhâlimîn (orang-orang yang berbuat zhalim), yaitu orang-orang yang berada di bawah kedua golongan di atas. Wallâhu a'lam.

(Sumber : Al-Qawâ'id wal-Ushûl al-Jûmi'ah wal-Furûq wat-Taqâsîm al-Badî'ah an-Nâfi'ah, karya Syaikh 'Abdur-Rahmân as-Sa'di, Tahqîq: Dr. Khâlid bin 'Ali bin Muhammad al-Musyaiqih, Dârul-Wathan, Cetakan II, Tahun 1422 H – 2001 M.)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

http://almanhaj.or.id/content/2517/slash/0/kaidah-ke-16-al-adl-keadilan-itu-wajib-atas-segala-ssesuatu-dan-al-fadhl-tambahan-itu-sunnah/

***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013 Kategori Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah Kaidah Ke. 16 : Al-'Adl (Keadilan) Itu Wajib Atas Segala Ssesuatu Dan Al-Fadhl (Tambahan) Itu Sunnah...

Sabtu, 27 Juli 2013

[daarut-tauhiid] [INFO] I'tikaf Asyrul Awakhir Ramadhan 1434 H di Masjid Jami Al-Insan Patal Senayan Jakarta

 

Assalamu'alaykumwrwb,

Ba'da Tahmid wa Shalawat

Ramadhan 1434 H telah memasuki hari-hari pertengahan dan beberapa hari
lagi akan masuk ke 10 hari terakhir.
Adalah Rasulullah SAW telah mengajarkan kita untuk berupaya secara lebih
keras untuk mendapatkan keutamaan2 Ramadhan dengan ber-i'tikaf di 10
terakhir Ramadhan.

Sudahkah sahabat semua merencanakan akan ber-i'tikaf dimana di Ramadhan
tahun ini ?

Kami dari Pemuda Masjid Al-Insan (Patal Senayan, Kebayoran Lama Jakarta
Selatan) kembali menyelenggarakan I'tikaf 10 hari terakhir Ramadhan dan
mengundang sahabat semua, Muslim dan Muslimah, untuk beri'tikaf di
Masjid dimana kami bergiat.

Benefit ber-i'tikaf di Masjid Al-Insan :

1. Sajian Sahur & Berbuka _GRATIS_ yang mengundang selera & bergizi
2. Ruangan Masjid yang lebih nyaman dari tahun2 sebelumnya (baru selesai
Renovasi besar)
3. MCK yang representatif termasuk untuk Muslimahnya.
4. Areal Parkir Halaman Masjid yang luas untuk Mobil & Motor

Rangkain Acara I'tikaf Al-Insan

1. _Kajian Islam Tematik_ (Setiap Malam Ba'da Shalat Tarawih) bersama
guru-guru kita yang kompeten di bidangnya :
29 Juli : Ust. Ahmad Sahal, LC
30 Juli : Ust. Drs. Ahmad Yani
31 Juli : Ust. Drs. Khoiruddin, M.Si
1 Agt : Ust. Abdi Sumaithi (Abu Ridho), LC
2 Agt : Ust. Sutiana, SE
3 Agt : Ust. Samin Barkah, LC
4 Agt : Ust. Ir. Triwicaksana, M.Sc
5 Agt : Ust. Dani Anwar
6 Agt : Ust. H. Sukho Dwi P S.Apt

2. Kuliah Subuh

3. Bedah Buku (4 agustus 2013, Mulai Pkl. 08.00 WIB) - Buku "Konsep
Bid'ah & Fiqih Toleransi"
Pembicara/Pembedah : DR. Taufiq Qulazhar, MA (Direktur Ma'had Aly
AnNuamy/IKADI)

4. Qiyamul-Lail/Tahajjud Berjama'ah bersama para Hafidz Qur'an

Informasi/Panitia : Rudy Priyanto (0813-8873-2713)/Budi Sarwono
(0816-1829-526)

Rute Angkutan umum : Dari Lebak Bulus naik Kopaja 86 (Lebak
Bulus-Kota)/Dari Blok M naik Kopaja 608 (Blok M-Tanah Abang) turun di
perempatan rel Permata Hijau lalu jalan kaki ke arah Senayan
(Masjid terletak di sebelah Apartemen Senayan Residence)

Ayok..ajak serta keluarga, kerabat, tetangga dan rekan-rekan sahabat
semua untuk ber-i'tikaf di Al-Insan

Wassalamwrwb

Rudy Priyanto

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013   Assalamu'alaykumwrwb, Ba'da Tahmid wa Shalawat Ramadhan 1434 H telah memasuki ...

[daarut-tauhiid] Rizki Hanya Berasal Dari Allah Ar-Razzaq

 

Kategori Bahasan : Asmaaul Husna
Rizki Hanya Berasal Dari Allah Ar-Razzaq
Oleh
Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin



Hampir semua orang tahu bahwa rizki datangnya dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang memberikannya kepada makhluk, baik melalui langit maupun melalui bumi, darat maupun laut. Bahkan para dukun serta orang-orang kafirpun meyakini hal itu, kecuali orang-orang yang sengaja mendustakan.

Allah Azza wa Jalla berfirman menceritakan pengakuan orang-orang musyrik bahwa rizki datang dari Allah:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

"Katakanlah (Hai Muhammad kepada orang-orang musyrik): "Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan" Maka mereka menjawab:"Allah". Maka katakanlah:"Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" [Yunus/10:31].

Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa'di rahimahullah, seorang ulama besar pada zamannya (wafat th. 1376 H) menjelaskan, bahwa rizki duniawi maupun rizki ukhrawi tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan taqdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena itulah Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas" [al-Baqarah/2:212]

Jadi, baik mukmin maupun kafir, mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki duniawi serta kesenangan-kesenangan duniawi. Akan tetapi rizki yang bersifat hati; berupa ilmu, keimanan, rasa cinta kepada Allah, rasa takut dan harapan kepada Allah serta rizki-rizki lain yang bersifat hati, hanya dianugerahkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada orang-orang yang Dia cintai [1].

Dan salah satu di antara nama Allah yang sangat indah adalah ar-Razzâq. Dalilnya antara lain, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh" [adz-Dzariyat/51:58]

Semua ulama yang menghimpun nama-nama Allah dalam kitabnya, memasukkan nama ar-Razzâq dalam kitab-kitab mereka.[2]

Imam Ibnu Mandah rahimahullah (wafat th. 395 H) memuat nama ar-Razzâq dalam kitab beliau: Kitab at-Tauhid wa Ma'rifat Asmâ'i Allah Azza wa Jalla wa Sifatihi 'alâ al-Ittifâq wa at-Tafarrud[3]. Beliau membawakan dalil dari hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu yang mengatakan:

أَقْرَأَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (إِنِّى أَنَا الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ). رواه أبو داود والترمذي وغيرهما.

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan kepadaku (firman Allah Ta'ala, yang artinya): "Sesungguhnya Aku adalah ar-Razzâq (Maha Pemberi rizki), yang Maha Kuat lagi Maka Kokoh." [HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dan lain-lain]

Imam at-Tirmidzi rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits Hasan Shahîh [4]. Syaikh al-Albâni rahimahullah juga mengatakan, hadits ini shahîh matannya.[5]

Imam Mubarakfûri, dalam kitabnya Tuhfah al-Ahwadziy bi Syarhi Jaami' at-Tirmidzi[6] mengatakan: Ini adalah qira'ah (salah satu bacaan terhadap Al-Qur`ân dari) Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu. Sedangkan bacaan yang mutawatir adalah (yang terdapat dalam Mushaf, yaitu):

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh" [adz-Dzariyât/51:58]

Dengan demikian, ar-Razzâq adalah salah satu di antara nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Dari nama ini dapat dimengerti bahwa Allah Azza wa Jalla Maha menganugerahkan rizki kepada setiap hamba-Nya, menurut kehendak-Nya.

RIZKI ATAS KEHENDAK ALLAH AZZA WA JALLA
Rizki Allah Subhanahu wa Ta'ala ada yang bersifat duniawi dan ada yang bersifat ukhrawi. Namun semuanya berdasarkan kehendak-Nya. Baik mukmin maupun kafir mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan rizki duniawi, bahkan binatang sekalipun. Bahkan terkadang orang kafir atau binatang justeru lebih banyak mendapatkan perolehan duniawi. Karena itu, jika seorang muslim hanya menitik beratkan usaha serta hidupnya untuk mendapatkan rizki duniawi serta perolehan dan sukses duniawi, maka apa bedanya ia dengan orang kafir dan binatang?

Mestinya, mencari rizki duniawi bagi seorang mukmin, tidak lepas dari konteks peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla, sehingga yang menjadi perhatian utamanya adalah mendapatkan rizki ukhrawi serta rizki-rizki yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan ukhrawi.

Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) menjelaskan bahwa sikap hidup seorang mukmin berbeda dengan sikap hidup orang-orang kafir. Orang mukmin, meskipun mendapatkan perolehan dunia dan kesenangannya, namun tidak akan ia pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia pergunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi akan ia pergunakan perolehan dunia itu untuk memperkuat diri dalam mencari bekal di akhiratnya kelak.[7]

Di samping itu, hendaknya kaum Muslimin bersyukur kepada Allah terhadap segala rizki yang telah dianugerahkan-Nya. Antara lain dengan menginfakkan sebagian harta yang telah didapatnya itu kepada orang-orang yang membutuhkan. Baik infak yang berbentuk wajib, seperti zakat jika sudah mampu, nafkah kepada isteri, sanak famili dan budak serta hewan peliharaan. Maupun yang berbentuk sunat, yaitu infak tidak wajib yang diberikan di jalan-jalan kebaikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh Abdur-Rahmân bin Nashir as-Sa'di rahimahullah dalam Kitab Tafsirnya, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân.[8]

JENIS RIZKI YANG LEBIH PENTING
Kaum Muslimin juga hendaknya tidak terpaku pada rizki duniawi, sehingga ketika menghadapi terpaan-terpaan duniawi, seperti krisis melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, kekurangan pangan dan krisis-krisis lain, tidak menjadi gundah dan gelisah. Karenanya tidak perlu melakukan hal-hal yang justeru sebenarnya merupakan penghamburan potensi dan pemubadziran energi sumber daya. Tetapi semua dikembalikan kepada taqdir Allah, kemudian melakukan-upaya-upaya positif yang dibenarkan syari'at; tidak merusak, dan tetap konsisten menjaga keutuhan persatuan,.serta selalu menghindari permusuhan serta saling balas membalas.

Rizki ukhrawi, rizki keimanan, ketaatan, rasa takut, cinta dan berpengharapan kepada Allah, justeru lebih penting dan harus diupayakan untuk mendapatkannya dengan sungguh-sungguh serta dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga kehidupan akan menjadi berkah. Bukankah rizki hanya berasal dari Allah Azza wa Jalla ?
Nas'alullah lana wa lakum at-Taufiq.

Rujukan:
1. Al-Jâmi' ash-Shahîh wa Huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqîq: Kamal Yusuf al-Hût, Dâr al-Fikr.
2. Kitab at-Tauhid wa Ma'rifat Asmâ`i Allah Azza wa Jalla wa Sifatihi 'alâ al-Ittifâq wa at-Tafarrud, Tahqîq, Ta'liq dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuraba' al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawarah.
3. Miftah Dâr as Sa'adah, Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, Taqdim, Ta'liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja'ah: Syaikh Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid rahimahullah, Dâr Ibni al-Qayyim, Riyadh dan Dâr Ibnu 'Affân, Cairo, Cet. I, Th. 1425 H/2004 M.
4. Mu'taqad Ahli as-Sunnah wal-Jama'ah fî Asmâ`i Allah al-Husnâ, Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwâ` as-Salaf, Riyadh.
5.Shahîh Sunan Abi Dawud, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma'ârif, Riyadh.
6. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma'ârif, Riyadh.
7. Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, Syaikh Abdur Rahmân bin Nashir as-Sa'di.
8. Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhi Jâmi' at-Tirmidzi, Imam Mubarakfû

Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Lihat Taisir al-Karîm ar-Rahmân Qs. al-Baqarah/2 ayat 212, penutup ayat.
[2]. Lihat Mu'taqad Ahli as-Sunnah wal Jama'ah fî Asmâ'i Allah al-Husnâ. Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi, Maktabah Adhwâ` as-Salaf, Riyadh, Cet. I, 1419 H/1999 M, hlm. 152-153.
[3]. Lihat kitab tersebut dengan Tahqîq, Ta'liq dan Takhrij Ahaditsihi: Dr. Ali bin Muhammad bin Nashir al-Faqihi, Maktabah al-Ghuraba' al-Atsariyah, al-Madinah al-Munawarah, Cet. II, Th. 1414 H/1994 M, hlm. 291.
[4]. Lihat al-Jâmi' ash-Shahîh wa Huwa Sunan at-Tirmidzi, Tahqiq: Kamal Yusuf al-Hût, Dâr al-Fikr (V/176), Kitâb al-Qirâ'ât 'an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzâriyât.
[5]. Lihat Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma'ârif, Riyadh, Cet. III, dari terbitan baru 1420 H/2000 M (III/173), dalam Kitab al-Qirâ'ât 'an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzariyât. Lihat pula Shahîh Sunan Abi Dawud, Maktabah al-Ma'ârif, Riyadh, Cet. II dari terbitan baru th. 1421 H/2000 M (II/493 no. hadits 3993), Kitab al-Hurûf wa al-Qirâ'ât.
[6]. Lihat Kitab al-Qirâ'ât 'an Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Bab 8 : Wamin Sûrah adz-Dzariyât, jilid VIII/220, no. Hadits 2940.
[7]. Lihat Miftah Dâr as-Sa'adah, karya Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, Taqdim, Ta'liq dan Takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, Muraja'ah: Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah, Dâr Ibni al-Qayyim, Riyadh, dan Dâr Ibnu 'Affân – Cairo, cet. I – th 1425 H/2004 M - I/197, ketika membahas hal pertama dari dua hal yang menjadi penyakit generasi terdahulu dan generasi kemudian.
[8]. Lihat pada pembahasan penutup ayat ke 3 dari surat al-Baqarah.
***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Juli 2013   Kategori Bahasan : Asmaaul Husna Rizki Hanya Berasal Dari Allah Ar-Razzaq Oleh Ustadz Ah...
< >