+ -

Pages

Sabtu, 02 Oktober 2010

[daarut-tauhiid] Kenapa Rokok (Tidak) Haram?

 

(ERAMUSLIM) DALAM sebuah kesempatan kultum Tarawih pada Ramadhan 1431 H di Masjid
Pogung Raya, Yogyakarta, Prof. Dr. Yunahar Ilyas dengan bahasa tuturnya
yang memikat, lugas, cenderung humoris, tetapi sangat serius; membahas
tentang "Kenapa Rokok Haram?" Saya mencoba menulis ulang uraian bernas
beliau dengan bahasa saya sendiri dan tambahan materi di sana sini pada
catatan ringkas berikut ini.
Dalil pertama, bisa Anda baca langsung di bungkus rokoknya. "MEROKOK
DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN
KEHAMILAN DAN JANIN". Itu dalilnya, kata beliau.
Dalil kedua, karena merokok itu berpotensi membunuh diri sendiri.
Hanya lebih lambat saja dari gantung diri, menembak kepala dengan
pistol, atau menenggak racun serangga satu botol, beberapa di antara
metode bunuh diri yang terbukti ampuh saat ini.
Sedangkan setiap hal yang membahayakan diri sendiri dan membahayakan
orang lain adalah haram. (HR Ibnu Majah, Malik, Al-Hakim, Al-Haitsami,
Ad-Daaruquthni, dan Al-Baihaqi). Al-Quran pun mengharamkan seorang
muslim bunuh diri, dengan alasan apa pun. "Dan janganlah kamu membunuh
dirimu." (QS An-Nisaa' [4]: 29).
Seorang muslim yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, maka
ia kafir di penghujung hayatnya karena berputus asa dari rahmat Allah.
Dilaknat oleh seluruh penduduk langit dan kekal di neraka jahannam.
Apakah para rokoker (baca: perokok) tidak menyadari tentang
aktivitas bunuh diri perlahan-lahannya itu?
Dalil ketiga, sekitar 75% yang terkena dampak kejahatan rokok adalah
perokok pasif. Mereka yang tidak merokok tapi terpaksa harus mengisap
asap rokok karena tak bisa dihindari. Ini data akurat yang tak pantas
ditertawakan tanpa dosa oleh para rokoker. Sebagian besar korbannya
adalah istri, anak, mertua, keponakan, dan orang-orang terdekat Anda
sendiri. Teman-teman Anda yang tidak merokok tapi karena harus
berhubungan dengan Anda karena pekerjaan atau aktivitas lain sehingga
mau tak mau mengisap asap rokok yang Anda bakar tanpa mau kompromi.
Artinya Anda sangat berpotensi membunuh mereka dengan
perantara asap rokok Anda yang menyebar ke mana-mana dan terhisap orang
lain.
Padahal, "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya." (QS
Al-Maa'idah [5]: 32).
Camkanlah! Jangan merasa sok suci dulu jika melihat seorang perampok
membunuh seorang korbannya dengan cara membacok, karena bisa jadi
Anda—para rokoker—membunuh lebih banyak orang tak berdosa
secara perlahan tanpa pernah Anda sadari dengan cara yang lebih sadis
dari bacokan benda tajam perampok itu.
Dalil keempat, merokok itu membakar uang. Uang kok dibakar? Daripada
dibakar, mengapa tidak Anda gunakan untuk kebaikan? Buat infak, sedekah,
amal jariah, atau amal kebaikan lainnya.
Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. (QS
Adz-Dzaariyaat [51]: 56). Ibadah itu tidak hanya shalat, zakat, puasa
Ramadhan, dan naik haji ke Tanah Suci. Namun setiap apa pun yang kita
perbuat. Apakah membakar uang itu termasuk ibadah yang bernilai pahala
di sisi-Nya?
Hmm, mungkin Anda para rokoker ada yang bersedia
menjelaskannya?
Seorang teman saya—(baca: penulis), yang kini bekerja di sebuah
perusahaan Engineer and Constructors berkantor pusat di India
dengan gaji per bulan di atas sepuluh juta rupiah, suatu hari pernah
berujar, "Uang rokokku setahun berkisar antara 6-8 juta lho...." Usianya
pada akhir November tahun ini akan menyentuh angka 30. Jika ia diberi
usia hingga 60 tahun dan tak berhenti merokok, maka uang yang sukses
dibakarnya berkisar antara 180-240 juta rupiah. Jumlah uang yang tidak
sedikit, bukan? Cukup untuk berkurban seekor sapi gemuk setiap'Idul
Qurban tiba selama 30 tahun berturut-turut.
Maka mari kita coba mengulang kembali pelajaran matematika sederhana
sejenak. Jika dari 200 sekian juta penduduk Indonesia saat ini, 20% saja
di antaranya menjadi rokoker, dengan asumsi setiap rokoker
menghabiskan uang sepuluh ribu rupiah per hari, dalam setahun uang yang
dibakar penduduk negeri tercinta ini adalah: 40.000.000 orang x Rp.
10.000,- x 365 hari = Rp. 146.000.000.000.000,-
Bisa minta tolong Anda bacakan berapa besaran nilai rupiah yang
sukses dibakar secara berjamaah oleh penduduk negeri gemah
rimah loh jenawi namun ternyata masuk kategori negara miskin di
dunia ini dalam setahun?
Ternyata ada sebagian rokoker yang tetap ngeyel,
masih berpikir sangat egois dan semau gue. Begini argumen salah
seorang rokoker bermahzab ngeyel itu, mengutip pernyataan
seorang professor Mikrobiologi dan Biologi Molekuler yang dikatakan
temannya yang katanya seorang dokter spesialis, "Suatu hari
nikotin mungkin menjadi alternatif yang mengejutkan
sebagai obat TBC yang susah diobati. Senyawa ini menghentikan
pertumbuhan kuman TBC dalam sebuah tes laboratorium, bahkan bila
digunakan dalam jumlah kecil saja."
Coba sidang pembaca perhatikan kata-kata yang sengaja saya tebalkan
pada argumen rokoker bermahzab ngeyel di atas. Dua
kata pertama adalah suatu hari. Kapan suatu
hari itu waktunya tiba? Masih ditambah dengan kata ketiga, mungkin.
Oh my God! Bertaruh dengan sesuatu yang belum jelas waktunya
dan belum tentu kebenarannya? Sementara mudharat-nya sudah jelas-jelas
nyata dan tampak di depan mata? Sebuah pola pikir macam apa itu bagi
seorang muslim yang memahami dan meyakini bahwa setiap aktivitasnya di
dunia ini adalah sebuah pertaruhan antara surga dan neraka?
Di penghujung kultum, Prof. Dr. Yunahar Ilyas menutup uraiannya—yang
membuat jamaah shalat Isya malam itu tertawa getir, tentang tiga manfaat
merokok. Apa saja itu?
Pertama, membuat rumah sang rokoker aman. Karena saat jam
dua dini hari ketika segerombolan perampok akan menyatroni kediamannya,
ia masih terjaga. Masih terbatuk-batuk hebat dengan gembiranya. Maka
gerombolan maling itu pun mengurungkan niat mereka.
Kedua, membuat sang rokoker awet muda. Karena rata-rata di
antara mereka sudah harus menghadap Sang Pencipta di saat masih usia
muda.
Ketiga, mengurangi jumlah orang miskin. Karena lebih dari 50% rokoker
berasal dari kalangan menengah ke bawah (miskin). Jadi semakin
banyak rokoker, maka jumlah orang miskin di negeri ini makin berkurang.
Demikian sedikit yang dapat saya bagi di ruang pembaca ini. Saran
saya bagi Anda para rokoker, silahkan Anda bebas merokok di mana pun
Anda mau, tetapi mohon Anda membawa sebuah alat khusus—mungkin
semacam plastik transparan berukuran jumbo, kemudian Anda masuk ke
dalamnya setiap kali akan merokok—sehingga 100% asap rokok Anda hisap
sendiri.http://www.eramuslim.com/oase-iman/setta-ss-kenapa-rokok-tidak-haram.htm

Allahu a'lam bish-shawab.

Yogyakarta, 24 September 2o1o 11:44 p.m.

Sebuah upaya menghindari jadi perokok pasif dari seorang yang anti rokok
dari sudut pandang seorang muslim.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] Kenapa Rokok (Tidak) Haram?   (ERAMUSLIM) DALAM sebuah kesempatan kultum Tarawih pada Ramadhan 1431 H di Masjid Pogung Raya, Yogyaka...
< >