+ -

Pages

Minggu, 07 November 2010

[daarut-tauhiid] Perilaku yang Menghapus Pahala

 


mudah-mudahan bermanfaat

Jazakumullah khairan katsira

----------------------------------------------------------

Republika OnLine
Perilaku yang Menghapus Pahala
Oleh Juman Rofarif

Termasuk etika dalam bersahabat dan lebih luas lagi dalam bermasyarakat, adalah
menjaga perasaan. Bahkan, Rasulullah SAW menjadikan itu sebagai salah satu
prasyarat Muslim sejati. Rasul SAW mengatakan bahwa yang disebut Muslim adalah
orang yang mulut dan tangannya membuat orang lain merasa damai. Kata-katanya
tidak menyakiti, perilakunya tidak melukai. Dua-duanya menjadi satu-kesatuan
utuh untuk membentuk karakter Muslim sejati.

Kata-kata bijak seseorang akan menjadi omong kosong jika perilakunya
meresahkan. Dan, perilaku mulia seseorang akan menjadi percuma jika
kata-katanya menyakitkan. Sebab itulah Allah mengingatkan, ''Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian.'' (QS Al-Baqarah [2]: 264).

Karena itu, Muslim sejati adalah orang yang membawa rasa aman dengan apa pun
yang ada pada dirinya dan bagi siapa pun yang ada di sekelilingnya. Abu Qasim
al-Qusyairi dalam kitabnya al-Risalah al-Qusyairiyah, menulis kisah menarik
tentang etika.

Suatu ketika, seorang ulama terkemuka bernama Hatim didatangi seorang perempuan
yang hendak berkonsultasi tentang suatu hal. Berbarengan dengan saat bertanya,
perempuan itu kelepasan (maaf) kentut. Hatim lalu berkata, ''Maaf, Anda
bertanya apa? Mohon, angkat sedikit suara Anda agar saya dapat mendengarnya
dengan baik.''

Perempuan itu berpikir, Hatim ini sepertinya memiliki pendengaran yang kurang
baik dan pasti tidak mendengar kentut barusan. Maka, ia pun menyampaikan
maksudnya. Selesai urusan, perempuan itu pun pulang dengan perasaan lega dan
barangkali tak perlu malu kepada dirinya sendiri dan kepada Hatim, sebab telah
kelepasan kentut di hadapan seorang ulama.

Sejak peristiwa itu, tersebar kabar bahwa Hatim adalah orang yang
pendengarannya kurang baik. Dan bukan hanya kabar angin, orang-orang pun
mengetahui sendiri bahwa Hatim memang demikian. Lalu, orang-orang menjuluki
Hatim dengan al-asham atau si tuli. Sampai kemudian perempuan itu meninggal
dunia.

Hatim lalu menceritakan keadaan diri bahwa sesungguhnya ia tidak benar-benar
tuli. Apa yang ia lakukan hanya kepura-puraan. Saat perempuan itu kentut di
hadapannya, ia pura-pura tidak mendengar. Dan, ia berjanji, kepura-puraan itu
akan ia jaga selama si perempuan masih hidup, semata-mata karena tidak ingin
membuat perempuan itu malu. Hatim ingin menjaga harga diri dan perasaan
perempuan itu.

Meski demikian, sebutan al-Asham telah telanjur melekat pada diri Hatim.
Sehingga, sampai saat ini, nama Hatim dalam karya-karya klasik selalu ditulis
Hatim al-Asham atau 'Hatim Si Tuli.' Wa Allahu a'lam.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] Perilaku yang Menghapus Pahala   mudah-mudahan bermanfaat Jazakumullah khairan katsira --------------------------------------------...
< >