Berserah Diri Kepada Allah
Hampir seharian Jaja menawarkan produk minuman dan makanan kecil ke warung-warung pinggir jalan. Pekerjaan salesman memang memerlukan mobilitas tinggi. Sebagai ujung tombak perusahaan mereka terkadang sering terpinggirkan, bahkan pekerjaan itu bukanlah bagian dari cita-cita anak-anak manapun dinegeri ini, jika tidak percaya silahkan dengar cita-cita anak-anak kita atau anak tetangga kalau perlu. Itulah hidup , hari kemarin adalah mimpi dan esok adalah ilusi, lakukanlah yang terbaik hari ini.
"Bersedekahlah nak InsyaAllah kamu masuk syurga" seru seorang bapak setegah baya kepada Jaja, " Saya justru membutuhkan uang untuk sekolah anak saya " jawab Jaja pelan di antara deru kendaraan yang lalu lalang tak henti. Kendaraan itu memang dipacu setiap hari oleh pemiliknya dalam mencari karunia Allah. " Justru dengan bersedekah nanti, rezeki anak bisa bertambah " sahut bapak tersebut sambil menenteng kotak amal, seperti dari sebuah yayasan, entah yatim piatu atau masjid, tidak begitu jelas dan Jaja juga kurang memperhatikan.
" Bagaimana kalau bapak saja yang membagikan sedikit isi kotak amal itu kepada saya, siapa tahu Allah berkenan mendatangkan para donatur ke yayasan bapak " jawab Jaja mencoba bercanda sambil merapikan barang dagangannya. Tanpa basa-basi orang itu pergi meninggalkan Jaja yang masih sibuk menghitung stok penjualan yang masih menumpuk.
Memang negeri akhirat yang menjadi impian orang-orang beriman sering di perdagangkan dibelahan dunia manapun dan hampir oleh semua agama. Istilahnya, keyakinan memerlukan sebuah pengorbanan, tanpa ilmu memang banyak yang akan menjadi korban dari sebuah keyakinan, walaupun disisi lain ilmu juga bisa merubah keyakinan seseorang. Ditempat lain ada juga yang fanatik denagn ilmu yang diperolehnya sampai menyalahkan keyakinan dan ilmu orang lain.
Jaja teringat dengan seorang pemuda dekat rumahnya yang jika berdebat selalu harus menggunakan dalil kalau perlu sanad, seolah dia berilmu tinggi. Jaja pernah jengkel kepada orang itu lalu mengeluarkan debat dengan mengeluarkan banyak hadist yang tidak disandarkan kepada Rasulullah dengan bahasa diplomasi tetapi menggunakan perawi terkenal dengan sanad emas, artinya yang meriwayatkan masyhur supaya orang yang diajak berdebat ini pernah mendengar perawi tersebut. Terbukti, orang itu hanya manggut-manggut kagum dengan pengetahuan jaja. Jaja hanya tersenyum pergi sambil bergumam " orang itu hanya butuh tahu , bukan salah atau benar , dan yang ingin dia ketahui harus sama dengan pengetahuannya, itulah jaman, kosong tampak isi, isi tampak kosong"
Hal itu sangatlah wajar.Di jaman modern sekarang ini segalanya dibenturkan dengan logika. Jika dahulu pelajaran agama hanya memuat perintah dan larangan secara umum beserta kisah-kisah nabi yang alakadarnya membuat para pemuda merasa kehausan akan ilmu agama dan sesuatu yang mendekati ilmiah sangat digandrungi terlepas dari yang disajikan itu salah atau benar, bahkan untuk para akademisi dan mahasiswa buku-buku agama yang banyak foot notenya seperti jadi trade mark kebenaran. Apalagi yang dirasa benar itu di timbang dengan ritual tanpa dalil yang selama ini dia jalani , tentu dia merasa itulah yang paling benar. Padahal disisi lain ritual atau apa yang telah dipelajari dan diajarkan oleh guru agama atau ustadz di TPA bisa jadi inti sari dari semua dalil yang telah kaji lebih dalam oleh para ulama tempo dulu ( salaf ) seperti yang dilakukan para pengikut ulama mahzab.
" Koran pak ? " tanya seorang anak kecil pedagang koran, membuyarkan lamunan Jaja. Penjual koran itu mengingatkan dengan anaknya yang sedang ujian sekolah dasar dan akan melanjutkan ke Sekolah lanjutan. " Kamu ngga sekolah" tanya Jaja iseng, " nanti siang pak " jawab anak itu. Jaja memilih koran ibu kota untuk menemani hari disepanjang perjalanan jika ada waktu luang. "Sedekah nak " sahut seorang ibu tua kepada mereka berdua. " Ya sudah, pak uang koran itu kasih sama ibu itu saja" kata anak penjual koran itu sambil pergi, Jaja yang tadinya hendak memberikan lembaran dua ribu berubah menggenapkan menjadi lima ribu. Jaja penasaran lalu menghampiri anak itu " hei nak, sedekah tadi buat penglaris ya " tanya Jaja.
" Rejeki saya sudah ada yang ngatur pak, yang tadi ya buat sedekah aja" jawab anak itu acuh tak acuh sambil terus menjajakan korannya kepada orang lewat di jalan.
Jaja terperanjat mendengarnya, ia seperti baru disadarkan tentang makna berserah diri kepada Allah. Bukankah masalah rejeki sudah diatur, bahkan masalah lainnya dalam hidup kita, manusia hanya sekedar memainkan skenario dalam hidupnya. La khawla wa quwwata illa bilah, tidak ada daya dan upaya merupakan pengakuan kita , lalu mengapa masih banyak diatara kita masih meninggikan sifat ke aku-annya hanya karena ketidak tahuannya tentang qadha dan qadar Allah tentang rezekinya, usahanya dan sebagainya sehingga menganggap apa yang telah di capai merupakan hasil dari usahanya.
Jaja langsung beristigfar memohon Ampun kepada Allah karena beranggapan dia mampu mengusahkan uang untuk melanjutkan sekolah anaknya dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, " Engkaulah yang Maha Mengatur Ya Allah, aku serahkan diriku atas pimpinan engkau ya Allah, la khawla wa la quwwata ila billah" gumamnya dalam hati
Setelah berputar seharian mengelilingi para pelanggannya , Jaja kembali kekantor untuk membuat laporan. " Gimana Ja, hari ini penjualannya ?" tanya Pak Andi supervisornya, " Alhamdulillah lumayan pak " sahut Jaja masih membereskan laporannya. " Oh, ya Ja katanya anak kamu mau nerusin sekolah ya, kemaren bagian HRD ngasih tahu kalau tahun ini kita ada rencana memberikan beasiswa kepada anak-anak pegawai yang berprestasi, atau bisa juga karena prestasi orang tuanya dikantor, kamu sepertinya masuk kriteria itu, coba saja daftar Ja ?" Kata Pak Andi memberikan informasi penting dan sebagai jawaban Allah atas kepasrahannya. " Iya Pak, insyaAllah nanti langsung saya daftar, terimakasih atas informasinya Pak Andi, tolong suport saya ya pak " seru jaja gembira. Pak Andi mengangguk sambil berjalan keruangannya.
"Aku tidak tahu apakah nanti Anakku masuk kritera , anak yang bisa memperoleh beasiswa, tetapi aku tahu pasti bahwa Allah selalu bersamaku, Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar " kata Jaja dalam hati.
Berhentilah mengatur Allah lewat doa dan keinginan kita, karena semuanya telah mempunyai ketetapan. Jika tidak percaya bertanyalah kepada orang atheis yangtidak percaya tuhan dan tidak pernah berdoa, mereka tetap memperoleh rejeki, karena memang ketetapan Allah telah jatuh, dan tidak akan pernah berubah, dan jika ada yang mengatakan bahwa ada yang bisa merubah nasibnya , itu hanya karena mereka tidak tahu perjalanan takdirnya, ketahuilah bahwa perubahan itupun bagian dari takdir Allah, karena Allah maha mengetahui segala sesuatu, hilangkanlah sifat ke aku an dalam diri kita dan sifat membodohi Tuhan karena semua itu hanya akan berpulang kepada diri kita sendiri.
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================