+ -

Pages

Kamis, 27 Januari 2011

Re: [daarut-tauhiid] Berselisih penghambat untuk sampai pada tujuan hidup kita

 

Persatuan dan kesatuan adalah salah satu perkara yang diwajibkan oleh Allah
Ta'ala dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah:
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا
"Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali (agama) Allah, dan jangan sekali-kali
kamu bercerai berai." (QS. Ali Imran: 102)
Allah Ta'ala juga berfirman:
ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعد ما جاءهم البينات وألئك لهم عذاب عظيم
يوم تبيض وجوه وتسود وجوه
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih
sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang
yang mendapat siksa yang berat pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih
berseri dan ada pula muka yang hitam muram." (QS. Ali Imran: 104-105)
Sahabat Ibnu Abbas dan Ibnu Umar -radliallahu 'anhum- berkata: "Wajah-wajah
Ahlis Sunnah wal Jama'ah lah yang akan menjadi putih berseri dan wajah-wajah
ahli bid'ah dan perpecahanlah yang akan hitam lagi muram."
Persatuan dan berpegang teguh dengan tali (agama) Allah Ta'ala adalah salah
satu prinsip terbesar dalam agama islam, yang senantiasa diwasiatkan oleh Allah
dan Rasul-Nya kepada seluruh manusia. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam banyak kesempatan senantiasa mengingatkan ummatnya akan pentingnya
hal ini, sebagaimana yang beliau lakukan disaat khutbah hari arafah, tatkala
beliau bersabda:
وقد تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعده إن اعتصمتم به كتاب الله
"Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila
kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan
tersesat, bila kalian benar-benar berpegang tegunh dengannya, yaitu kitab Allah
(Al Qur'an)." (Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah, dan
hadts beliau ini diriwayatkan oleh imam Muslim, dalam kitab shahihnya
2/886/1218)
Dan diantara metode yang ditempuh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
memperingatkan umatnya dari perpecahan adalah dengan cara menjelaskan kepada
mereka fakta yang akan menimpa mereka, yang berupa terjadinya petaka perpecahan
dan perselisihan. Hingga akhirnya ummat ini terpecah belah menjadi berbagai
kelompok dan golongan. Dan ini adalah taqdir dari Allah Ta'ala yang pasti
terjadi, dan telah terjadi.
Bila kita membaca kitab-kitab hadits, seperti kutubus sittah, niscaya kita akan
dapatkan banyak hadits yang menjadi bukti akan hal ini. Pada kesempatan ini
akan saya sebutkan beberapa hadits, sebagai contoh untuk kita semua:
Hadits Pertama:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : (لتتبعن
سنن الذين من قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حتى لو دخلوا في حجر ضب لاتبعتموهم.
قلنا: يا رسول الله: آليهود والنصارى؟ قال: فمن؟!
"Dari sahabat Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu' anhu, beliau berkata: Rasulullah
shallallahu' alaihi wa sallam bersabda: "Sunguh-sungguh kamu akan
mengikuti/mencontoh tradisi orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal, dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk kedalam
lubang dlob, niscaya kamu akan meniru/mencontoh mereka. Kami pun bertanya:
Apakah (yang engkau maksud adalah) kaum Yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab:
Siapa lagi?" (HRS Muttafaqun 'Alaih)
Hadits Kedua:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : (لا تقوم الساعة
حتى تأخذ أمتي مأخذ القرون قبلها شبرا بشبر وذراعا بذراع. فقيل: يا رسول الله،
كفارس والروم؟ فقال: ومن الناس إلا أولئك؟!
"Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam beliau bersabda: "Tidaklah kiamat akan bangkit, hingga ummatku
benar-benar telah meniru perilaku umat-umat sebelum mereka, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Maka dikatakan kepada beliau: (maksudmu)
Seperti orang-orang Persia dan Romawi? Maka beliaupun menjawab: Apakah ada
orang lain selain mereka?" (HRS Al Bukhari)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata: "Beliau mengabarkan bahwa
akan ada dari umatnya orang-orang yang meniru orang-orang Yahudi dan Nasrani,
yang mereka adalah ahlul kitab, dan diantara mereka ada yang meniru bangsa
Persia dan Romawi, yang keduanya adalah orang-orang non arab." (Iqtidlo'
Sirathil Mustaqim 6)
Hadits ketiga:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : (تفرقت اليهود
على إحدى وسبعين أو اثنتين وسبعين فرقة والنصارى مثل ذلك وتفترق أمتي على ثلاث
وسبعين فرقة.)
"Dari sahabat Abu Hurairah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda: "Umat Yahudi telah berpecah
belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, dan umat nasrani
berpecah belah seperti itu pula, sedangkan umatku akan berpecah belah menjadi
tujuh puluh tiga golongan." (HRS Ahmad, Abu Dawud, At Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, Al Hakim, Ibnu Abi 'Ashim, dan dishohihkan oleh Al Albani)
Dalam riwayat lain disebutkan:
(عن معاوية بن أبي سفيان رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: (وإن هذه
الملة ستفترق على ثلاث وسبعين ثنتان وسبعون في النار وواحدة في الجنة وهي الجماعة)
"Dari sahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Dan (pemeluk) agama ini akan berpecah
belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan akan masuk
neraka, dan (hanya) satu golongan yang masuk surga, yaitu Al Jama'ah." (HRS
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Abi 'Ashim dan Al Hakim, dan dishohihkan oleh Al Albani)
Dalam riwayat lain disebutkan:
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : تفترق
أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة قالوا: ومن هي يا رسول
الله؟ قال: ما أنا عليه وأصحابي
"Dari sahabat Abdullah bin Amer rqdhiallahu' anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallambersabda: "Umatku akan berpecah belah menjadi
tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu golongan.
Para sahabat bertanya: Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Beliau
menjawab: yang berpegang teguh dengan ajaran yang aku dan para sahabatku
jalankan sekarang ini." (Riwayat At Tirmizy dan Al Hakim)
Dari hadits-hadits di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut:
1. Perpecahan ummat islam pasti terjadi sebagaimana yang dikabarkan dalam
hadits-hadits di atas. Hal ini merupakan takdir yang telah Allah Ta'ala
tentukan akan menimpa umat ini.
2. Perpecahan dan perselisihan adalah satu hal yang tercela, dan harus
ditanggulangi, yaitu dengan cara merealisasikan kriteria golongan selamat pada
diri setiap orang muslim. Hanya dengan cara inilah persatuan dan kesatuan umat
akan tercapai, dan saat itulah mereka menerima anugrah gelar (Al Jama'ah).
[Golongan selamat digelari dengan Al Jama'ah, karena mereka senantiasa berada
diatas kebenaran, dan tidak mungkin untuk bersepakat melakukan kesalahan,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam].
3. Dari sekian banyak golongan umat islam yang ada, hanya satu golongan yang
selamat, yaitu golongan yang dijuluki oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dengan Al Jama'ah.
4. Untuk menentukan golongan yang selamat, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
telah memberikan sebuah pedoman yang jelas. Tatkala beliau ditanya: Siapakah
mereka (golongan selamat) itu? Beliau menjawab dengan menyebutkan kriterianya,
bukan dengan menyebutkan personalianya, yaitu golongan yang memiliki kriteria:
senantiasa mengikuti dan ittiba' sunnah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam,
ajaran yang telah beliau dan para sahabatnya amalkan. Inilah ciri khas golongan
yang selamat (Al jama'ah), senantiasa menjalankan as sunnah, dan menjauhi
segala yang bertentangan dengannya, yaitu al bid'ah. Sehingga siapapun orangnya
yang memiliki kriteria ini, maka dia termasuk kedalam golongan selamat. (Lihat
Al I'tishom oleh As Syathiby 2/443)
5. Dalam menghadapi fenomena perpecahan ummat ini, kita diharuskan untuk
senantiasa meniti jalan yang ditempuh oleh golongan selamat (Al Jama'ah), dan
menjauhi jalan-jalan yang ditempuh oleh golongan-golongan lain, karena
jalan-jalan mereka akan menghantarkan ke dalam neraka. Hal ini sebagaimana yang
diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada sahabat
Huzaifah bin Yaman radhiallahu 'anhu:
(الزم جماعة المسلمين وإمامهم. قلت: فإن لم يكن لهم جماعة ولا إمام؟ قال: فاعتزل
تلك الفرق كلها ولو أن تعض بأصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلك)
"Berpegang teguhlah engkau dengan jama'atul muslimin dan pemimpin
(imam/kholifah) mereka. Akupun bertanya: Seandainya tidak ada jama'atul
muslimin, juga tidak ada pemimpin (imam/kholifah)? Beliaupun menjawab:
Tinggalkanlah seluruh kelompok-kelompok tersebut, walaupun engkau harus
menggigit batang pepohonan, hingga datang ajalmu, dan engkau dalam keadaan
demikian itu." (HRS Bukhari dan Muslim)
Wasiat ini sangat bertentangan dengan metode yang didengung-dengungkan oleh
sebagian orang, yaitu metode yang dikenal dalam bahasa arab:
نتعاون فيما اتفقنا ويعذر بعضنا بعضا فيما اختلفنا
"Kita saling bekerja-sama dalam hal persamaan kita, dan saling toleransi dalam
segala perbedaan kita." (Sepintas metode ini bagus sekali, akan tetapi bila kita
sedikit berfikir saja, niscaya kita akan terkejut, terlebih-lebih bila kita
memperhatikan fenomena penerapannya. Hal ini dikarenakan metode ini terlalu
luas dan tidak ada batasannya, sehingga konsekwensinya kita harus toleransi
kepada setiap orang, dengan berbagai aliran dan pemahamannya, karena setiap
kelompok dan aliran yang ada di agama islam, syi'ah, jahmiyah, qadariyah,
ahmadiyah dll, memiliki persamaan dengan kita, yaitu sama-sama mengaku sebagai
kaum muslimin. Kalau demikian lantas akan kemana kita menyembunyikan
prinsip-prinsip akidah kita?!)
6. Nabi mengabarkan bahwa diantara sebab terjadinya perpecahan dan perselisihan
di tengah-tengah umat islam adalah sikap meniru dan mencontoh umat-umat non
islam, baik Yahudi, atau Nasrani, atau Persia, atau Romawi, atau yang lainnya.
Dan inilah yang terjadi, pada setiap masa dan di setiap negri. Bila kita
mengamati kesesatan dan penyelewengan kelompok-kelompok sesat yang ada di
tengah-tengah masyarakat islam, niscaya kita akan mendapatkan bukti nyata bagi
kabar ini. Sebagai contoh, kelompok syi'ah atau rofidhoh, didapatkan bahwa
banyak prinsip dan simbol-simbol keagamaan yang ada pada mereka dijiplak dari
orang-orang Yahudi. (Untuk lebih jelasnya, silahkan baca kitab "Bazlul majhud Fi
Itsbat Musyabahat Ar Rofidloh Lil Yahud, oleh Syeikh Abdullah Al Jumaily). Dan
kelompok Sufi dengan berbagai aliran tarikatnya, bila kita amati, niscaya akan
kita dapatkan banyak keserupaan dengan yang ada di agama Hindu. (Seorang
Mahasiswa di Islamic University of Madinah, mengajukan disertasi Doktoralnya
dengan judulAl Hindusiyah Wa Taatsur Ba'dli Al Firaq Biha)
7. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan umatnya dari perpecahan
sebagai salah satu usaha untuk menjaga umatnya dari kebinasaan, sebagaimana
yang telah menimpa umat sebelum mereka. Umat-umat sebelum umat islam telah
berpecah belah, sehingga menjadikan mereka ditimpa kebinasaan dan keruntuhan,
sebagaimana yang beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kabarkan:
(لا تختلفوا فإن من كان قبلكم اختلفوا فهلكوا).
"Janganlah kamu saling berselisih, karena umat sebelummu telah berselisih,
sehingga mereka binasa/ runtuh." (HRS Muslim)
عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: (سألت ربي
ثلاثا، فأعطاني ثنتين ومنعني واحدة: سألت ربي أن لا يهلك أمتي بالسنة، فأعطانيه،
وسألته أن لا يهلك أمتي بالغرق، فأعطانيها، وسألته أن لا يجعل بأسهم بينهم
فمنعنيها). رواه مسلم
"Dari sahabat Sa'ad bin Abi Waqqas radhiallahu'anhu, bahwasannya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallambersabda: Aku memohon tiga hal kepada Tuhanku
(Allah), maka Ia mengkabulkan dua hal dan menolak satu hal: Aku memohon agar Ia
tidak membinasakan umatku dengan paceklik (kekeringan), maka Ia
mengkabulkannya, dan aku memohon agar Ia tidak membinasakan umatku dengan
ditenggelamkan (banjir), maka Ia mengkabulkannya, dan aku memohon agar Ia tidak
menjadikan kekuatan mereka menimpa sesama mereka (perpecahan), maka Ia tidak
mengkabulkannya." (HRS Muslim)
Dan inilah yang terjadi, dan ini pulalah sebab keruntuhan berbagai dinasti islam
(khilafah islamiyyah). Bila kita sedikit menengok ke belakang, mengkaji ulang
sejarah umat islam, kita akan dapatkan banyak bukti, sebagai contoh:
Tatkala kaum muslimin telah berhasil menggulingkan dua negara adi daya kala itu
(Persia dan Romawi), dan tidak ada lagi kekuatan musuh yang mampu menghadang
laju perluasan dan penebaran agama islam, mulailah musuh-musuh islam menyusup
dan menebarkan isu-isu bohong, guna menimbulkan perpecahan di tengah-tengah
umat islam. Dan ternyata mereka berhasil menjalankan tipu muslihat mereka ini,
sehingga timbullah fitnah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, yang berbuntut
terbunuhnya sang Khalifah, dan berkepanjangan dengan timbulnya perang saudara
antara sahabat Ali bin Abi Tholib dengan sahabat Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.
(Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca buku-buku sejarah dan tarikh, seperti:
Al Bidayah Wa An Nihayah, oleh Ibnu Katsir, dll)
Bukankah runtuhnya dinasti Umawiyyah, akibat pemberontakan yang dilakukan oleh
Bani Abbasiyyah? Berapa banyak jumlah kaum muslimin yang tertumpah darahnya
akibat pemberontakan tersebut?!
Bukankah jatuhnya kota Baghdad ke tangan orang-orang Tatar pada thn 656 H
akibat pengkhianatan seorang Syi'ah yang bernama Al Wazir Muhammad bin Ahmad Al
'Alqamy? Pengkhianat ini tatkala menjabat sebagai Wazir (perdana mentri) pada
zaman Khalifah Al Musta'shim Billah, ia berusaha mengurangi jumlah pasukan
khilafah, dari seratus ribu pasukan, hingga menjadi sepuluh ribu pasukan. Dan
dia pulalah yang membujuk orang-orang Tatar agar membunuh sang Kholifah beserta
keluarganya. (Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca buku-buku sejarah dan
tarikh, seperti: Al Bidayah Wa An Nihayah, oleh Ibnu Katsir, dll)
Sepanjang sejarah, tidak ada orang Yahudi atau Nasrani yang berani menyentuh
kehormatan Ka'bah, apalagi sampai merusaknya. Akan tetapi kejahatan ini pernah
dilakukan oleh satu kelompok yang mengaku sebagai umat islam, yaitu oleh
(Qaramithoh) salah satu sekte aliran kebatinan. Pada tanggal 8 Dzul Hijjah
tahun 317 H, mereka menyerbu kota mekkah, dan membantai beribu-ribu jama'ah
haji, dan kemudian membuang mayat-mayat mereka ke dalam sumur Zam-zam. Ditambah
lagi mereka memukul hajar Aswad hingga terbelah, dan kemudian mencongkelnya dan
dibawa pulang ke negri mereka Hajer di daerah Bahrain. (Untuk lebih lengkap,
silahkan simak kisah kejahatan mereka di Al Bidayah wa An Nihayah 11/171)
Perlu diketahui, bahwa kelompok Qoromithoh ini adalah kepanjangan tangan dari
kelompok fathimiyyah, yang pernah menguasai negri Mesir satu abad lamanya.
(Untuk lebih mengenal tentang siapa itu Qoromithoh, silahkan baca kitab: Al
Aqoid Al Bathiniyyah wa Hukmul Islam Fiha, oleh Dr. Shobir Thu'aimah)
Setelah kita mengetahui dengan yakin bahwa perpecahan pasti melanda umat islam,
dan hanya satu kelompok saja yang akan selamat, yaitu yang disebut dengan Al
Firqoh An Najiyah atau Ahlis Sunnah wal Jama'ah, alangkah baiknya bila kita
mengetahui beberapa kriteria utama yang membedakan antara Al Firqoh An Najiyah
dengan firqoh-firqoh lainnya:

1. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamdan para sahabatnya adalah suri
teladan.
Adalah wajib hukumnya atas setiap muslim yang telah bersaksi bahwa tiada Tuhan
yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, untuk
menjadikan tujuan (prinsip) utama dalam kehidupannya adalah mengesakan
peribadatan hanya kepada Allah semata, dan mengesakan ketaatan hanya kepada
Rasul-Nya. Kemudian ia senantiasa konsekwensi dengan prinsip ini, dan
menjalankannya dalam segala situasi dan kondisi. Dia juga harus meyakini bahwa
manusia paling utama setelah para nabi adalah para sahabat -radliallahu
'anhum-. Dengan demikian ia tidaklah fanatis secara mutlak kepada seseorang
kecuali kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak fanatis
secara mutlak kepada suatu golongan kecuali kepada para sahabat -radliallahu
'anhum-.
Hal ini dikarenakan kebenaran dan hidayah senantiasa ada bersama Rasulullah
shollallahu'alaihiwasallam kapanpun dan dimanapun beliau berada, dan juga
senantiasa ada bersama sahabat beliau, kapanpun dan dimanapun mereka berada.
Sehingga seandainya mereka bersepakat tentang sesuatu, mustahil untuk salah.
Beda halnya dengan sahabat atau murid-murid selain beliau
shollallahu'alaihiwasallam, siapapun orangnya. Sehingga seandainya mereka
mengadakan kesepakatan, sangat dimungkinkan kesepakatan tersebut merupakan
kesalahan belaka. Karena agama islam ini bukalah hak prerogratif seseorang,
kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (Lihat Minhajus Sunnah
5/261-262)
Allah Ta'ala telah menjadikan hal ini sebagai tolok ukur kebenaran iman
seseorang:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم
"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali Imran: 31)
Al Hasan Al Basri berkata: "Ada sebagian orang yang mengaku bahwasannya mereka
mencintai Allah, maka Allah menguji (kebenaran pengakuannya) dengan ayat ini."
Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata: "Ayat ini merupakan hakim bagi setiap orang
yang mengaku mencintai Allah, padahal ia tidak meniti jalan Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga dengannya terbukti kepalsuan
pengakuannya. (Pengakuannya dikatakan benar bila ) Ia menjalankan syari'at Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam segala ucapan dan perilakunya."
(Tafsir ibnu Katsir 1/358)
Sahabat Ibnu mas'ud radhiallahu 'anhu berkata: "Barang siapa dari kamu yang
hendak mencontoh seseorang, maka hendaknya ia mencontoh sahabat-sahabat nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, karena sesungguhnya mereka adalah orang
yang hatinya paling baik dari umat ini, ilmu paling mendalam, paling sedikit
bersikap takalluf (berlebih-lebihan), paling lurus petunjuknya, dan paling bagus
keadaannya. Mereka adalah satu kaum yang telah Allah seleksi untuk menjadi
sahabat nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, penegak agama-Nya. Oleh karena
itu hendaknya kamu senantiasa mengenang jasa, dan mencontoh mereka, karena
sesungguhnya mereka senantiasa berada di atas jalan yang lurus." (Lihat
Hilyatul Auliya' 1/305, dan Jami' Bayanil 'Ilmi Wa Fadllih 2/97)
Kemudian sepeninggal sahabat, maka yang menjadi sauri teladan adalah murid-murid
mereka, yaitu para tabi'in, dan kemudian sepeninggal mereka adalah tabi'it
tabi'in, dan demikian seterusnya. Karena mereka semua ini senantiasa meniti
jalan dan metode yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para sahabatnya.
Inilah metode yang ditempuh oleh golongan selamat, yaitu konsisten dengan Al
Qur'an dan As Sunnah, dan mencontoh ulama' terdahulu, dari kalangan sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan murid-murid mereka.
Berbeda halnya dengan yang dilakukan oleh ahlil bid'ah dengan berbagai
alirannya, mereka menjadikan celaan terhadap sahabat Nabi sebagai aktifitas dan
prinsip hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang syi'ah, atau
menyampingkan pendapat mereka dengan berbagai alasan, sebagaimana perkataan
sebagian mereka tatkala mensifati pemahaman para sahabat: Bagaikan ayam, bila
ia mengeluarkan telor, maka kita ambil, dan bila yang dikeluarkan adalah
kotoran, maka kita tinggalkan, wal 'iyazubillah min al khuzlan.

2. Sumber agama mereka hanyalah Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijma'.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkeyakinan bahwa sumber agama islam hanyalah Al
Qur'an, Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Ijma', sedangkan selain
ketiga hal ini adalah bathil, karena dengan meninggalnya Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, maka telah terputuslah wahyu, dan Allah telah menyempurnakan
agama islam ini.
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridlai islam sebagai agama bagimu." (QS. Al
Maidah: 3)
Agama islam ini berdiri tegak diatas prinsip berserah diri kepada Allah Ta'ala,
dan membenarkan serta mencontoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
(من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد)
"Barang siapa yang mengadakan dalam urusan kami ini (agama) sesuatu hal yang
tidak ada darinya (tidak ada dalilnya), maka hal itu tertolak." (HRS Bukhari
dan Muslim)
Oleh karena itu, seluruh bagian agama ini, baik itu akidah, suluk, siyasah,
manhaj, tidaklah diambil selain dari wahyu, yaitu Al Qur'an dan As Sunnah.
Orang yang mengada-adakan suatu amalan atau ucapan bid'ah, misalnya dengan
mengatakan: Dalam urusan ibadah kita mengikuti manhaj Ahlus Sunnah (ulama
salaf), tapi dalam urusan politik, atau perdagangan atau metode pendidikan,
kita ambil dari orang lain (orang-orang barat, atau para ilmuwan masa kini),
maka seakan-akan ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam telah berkhianat dalam menyampaikan agama islam ini, karena Allah telah
mengkalim bahwa agama ini telah sempurna.
Adapun firqoh-firqoh lain, maka metode mereka beraneka ragam, ada yang
pedomannya adalah mimpi-mimpi, atau perkataan pendiri kelompoknya, atau
analisa-analisa koran dan majalah, atau perasaan, atau akal manusia, filsafat
dll. Akan tetapi semua firqoh-firqoh itu sepakat dalam sikap menduakan Al
Qur'an dan As Sunnah. (Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnul Qayyim dalam
kitamnya: As Showa'iq Al Munazzalah 'Ala At thoifah Al Jahmiyyah Al Mu'atthilah
2/379-380)

3. Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidap pernah berbeda pendapat dalam prinsip-prinsip
agama.
Salah satu kriteria Ahlis Sunnah adalah mereka senantiasa sepakat dan tidak
pernah berselisih pendapat dalam hal-hal yang merupakan pokok-pokok agama,
rukun-rukun islam dan iman dan segala perkara yang disebutkan dalam ayat atau
hadits shohih, baik berupa amalan atau ucapan, dan juga perkara-perkara gaib.
(Lihat Dar'u Ta'arud Al 'Aqel wa An Naqel 1/263). Oleh karena itu kita dapatkan
penjelasan ulama salaf tentang rukun-rukun iman, islam, asma' dan sifat,
kehidupan alam barzakh, kehidupan akhirat dll, sama tidak ada perbedaan,
padahal tempat tinggal dan perguruan mereka berbeda.
Persamaan ini dikarenakan beberapan hal berikut:
1. Mereka semua berpegang teguh dengan agama Allah.
2. Sumber ilmu agama mereka hanya Al Qur'an dan As Sunnah.
3. Aqidah mereka didasari oleh sikap pasrah dan mempercayai Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam segala berita.
4. Mereka mendapatkan ilmu agama mereka dengan metode ittiba' dan melalui jalur
riwayat dari para ulama yang terpercaya.
5. Mereka tidak memaksakan diri dengan berusaha mencari tahu hal-hal yang gaib,
dan tidak memperdebatkan tentangnya.
Beda halnya dengan ahlul bid'ah, kita sering mendengar seruan dari sebagian
mereka untuk meninggalkan dan mendustakan taqdir Allah, atau seruan untuk
menepikan pembahasan masalah asma' dan sifat Allah dengan berbagai alasan yang
mereka rekayasa. Dan masih banyak lagi usaha-usaha dan seruan-seruan untuk
mengkaji ulang hal-hal prinsip dan pokok dalam agama islam. Wallahul musta'an.
4. Ahlus sunnah tidak mengkafirkan setiap orang yang menyelisihi mereka tanpa
dalil atau bukti.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Orang-orang khowarij senantiasa
mengkafirkan Ahlus sunnah wal Jama'ah, demikian juga halnya dengan orang-orang
mu'tazilah, mereka senantiasa mengkafirkan setiap orang yang menyelisihinya.
Demikian juga halnya dengan orang-orang rofidloh (Syi'ah). Kalaupun tidak
mengkafirkan, minimal mereka menganggap orang selain mereka sebagai orang
fasik. Dan demikian juga halnya dengan kebanyakan orang yang menganut pendapat
bid'ah dan yang orang yang mengkafirkan setiap yang menyelisihinya. Adapun
Ahlus sunnah, mereka senantiasa mengikuti kebenaran yang datang dari Allah
Ta'ala yang diturunkan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam,
dan mereka tidak mengkafirkan setiap orang yang menyelisihinya. Bahkan mereka
adalah orang-orang yang paling mengetahui tentang kebenaran dan paling
menyayangi sesama manusia." (Minhajus Sunnah 5/158)
Inilah salah satu petaka yang sedang melanda umat islam pada zaman kita ini,
peledakan-peledakan yang terjadi di berbagai negri islam, termasuk di negri
tempat kita belajar ini Kerajaan Saudi Arabia, tidak luput dari petakan ini.
Bukan hanya pemerintahnya yang dikafirkan tapi juga ulama dan seluruh orang
yang tidak setuju dengan ulah dan kejahatan mereka. (Untuk lebih mengetahi
lebih detail tentang kejadian dan fatwa para ulama' Ahlis Sunnah tentang hal
ini silahkan baca buku Fatawa Al A'immah Fi An Nawazil Al Mudlahimmah, oleh
Muhammad Husain Al Qohthoni)
Di negri Algeria (Al Jazair) berapa banyak kaum muslimin yang tak berdosa
dibantai oleh kelompok bersenjata yang mengaku berjuang demi tegaknya negara
islam. (Untuk lebih mengetahui tentang kenyataan yang terjadi di Algeria,
silahkan baca kitab "Fatawa Al Ulama Al Akabir Fima Uhdira Min Dima' Fi Al
jazair", oleh Abdul Malik bin Ahmad Al jazairy)
Semua tragedi pilu ini terjadi akibat aqidah sesat yang tertanam dalam jiwa
para pelaku tindak keji ini. Mereka telah mengkafirkan masyarakat, pemerintah
dan ulama yang ada, bahkan mereka telah menganggap seluruh masyarakat islam
yang ada di dunia sekarang ini sebagai masyarakat jahiliyyah, tak ubahnya
masyarakat jahiliyyah yang ada pada zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam.
Setelah kita mengetahui beberapa kriteria Ahlis Sunnah dan Ahlil Bid'ah, pada
akhir pembahasan ini, akan saya tutup dengan menyebutkan dua pintu besar bagi
timbulnya bid'ah:

A. Kesalahan ulama
Ahlis sunnah wal jama'ah berkeyakinan bahwa setiap manusia, walau seberapa luas
ilmunya, pasti memiliki kesalahan, kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, hanya beliaulah yang terlindung (ma'shum) dari kesalahan, sebagaimana
yang difirmankan Allah Ta'ala:
وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى
"Dan ia tidaklah mengucapkan menurut hawa nafsunya, ucapannya tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najem: 3-4)
Kesalahan seorang ulama sangat berbahaya akibatnya, karena ia adalah teladan
dan panutan banyak orang. Sehingga kalau ia melakukan atau mengatakan perkataan
yang salah, akan ada yang meniru dan mengikutinya. Oleh karena itu merupakan
kewajiban ulama lain untuk menjelaskan kesalahan tersebut, tanpa mengurangi
sikap hormat terhadap ulama yang melakukan kesalahan itu.
Bila kita membaca biografi para ulama, niscaya kita akan mendapatkan banyak
ulama Ahlis Sunnah yang pernah mengatakan atau melakukan perbuatan bid'ah,
tanpa ada unsur kesengajaan untuk berbuat kesalahan atau meninggalkan As
Sunnah.
Sebagai contoh: Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu pernah berfatwa membolehkan nikah
mut'ah, dan kemudian ia menarik kembali fatwa tersebut, setelah terbukti
baginya dengan hadits-hadits yang shohih, bahwa nikah mut'ah telah dihapuskan.
(Lihat Kitab Al Mughni oleh Ibnu Qudamah 10/48)
Al Mujahid pernah menafsirkan ayat:
عسى ان يبعثك ربك مقاما محمودا
"Agar Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al Isra': 79). Bahwa
yang dimaksud dengan tempat terpuji adalah: Nabi akan didudukkan disebelah
Allah Ta'ala di atas Arsy-Nya. (Lihat Tafsir At Thobary 15/145, dan At Tamhid
7/157-158)
Imam Abu Hanifah -rahimahullah- menganut pendapat murji'ah. Abdur Razzaq As
Shon'ani -rahimahullah- terpengaruh dengan pendapat syi'ah, dan masih banyak
lagi contoh-contoh serupa.
Walau demikian, Ahlus Sunnah tetap menghormati para ulama tersebut, tapi tidak
mengikuti kesalahan mereka, atau menjadikan mereka sebagai alasan (dalil) dalam
melakukan kesalahan itu. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Abdil
bar tatkala mengkisahkan pendapat Mujahid di atas: "Tidaklah ada seorang
ulama-pun kecuali pendapatnya bisa diterima dan bisa ditolak, kecuali
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Mujahid, walaupun dia adalah
salah seorang yang ulama yang diakui akan kepandaiannya dalam ilmu tafsir Al
Qur'an, akan tetapi ia memiliki dua pendapat yang ditinggalkan oleh para ulama,
dan dijauhi, salah satunya adalah ini." (Lihat At Tamhid 7/157)
Sebagian ulama menyimpulkan bahwa tidaklah ada orang yang berusaha mengumpulkan
dan mengikuti kesalahan-kesalahan ulama, kecuali salah satu dari ketiga macam
orang berikut:
1. Orang bodoh lagi terperdaya, yang bermaksud mencari sensasi (ketenaran)
dengan cara membantah para ulama.
2. Penganut hawa nafsu yang ingin memisahkan antara ulama dan masyarakat.
3. Penganut bid'ah yang ingin mencari alasan atau dalih atas perbuatan
bid'ahnya, melalui kesalahan-kesalahan para ulama, sebagaimana perilaku
orang-orang yang membolehkan pemberontakan atau menentang pemerintah dengan
berdalihkan bahwa Sa'id bin Jubair pernah melakukan pemberontakan.
B. Kelalaian Ahli Ibadah. [Agar lebih jelas silahkan baca kitab Al I'tishom Oleh
As Syathiby 1/153 dst].
Setelah diamati, didapatkan bahwa banyak kesesatan orang-orang sufi ahli
thariqat, asal-usulnya adalah sebagian kelalaian ahli ibadah zaman dahulu,
walaupun ahli ibadah itu bertujuan baik. Dan demikianlah lazimnya setiap
bid'ah, diawali dari kesalahan dan kelalaian seseorang, kemudian terus
berkembang dan akhirnya berubah menjadi amalan bid'ah yang telah dilengkapi
dengan metode-metode dan keyakinan-keyakinan (khurofat) tertentu. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya dari keslahan dan
kelalaian para ahli ibadah:
"Sahabat Anas bin Malik radhiallahu 'anhu mengisahkan bahwa ada tiga orang
sahabat yang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
mereka bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan tatkala
mereka telah dikabari, mereka merasa bahwa ibadah beliau sedikit sekali,
akhirnya mereka berkata: Mana mungkin kita bisa sama dengan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, karena beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang
terdahulu atau yang akan datang. Maka salah seorang dari mereka berkata: Adapun
aku, maka akan senantiasa sholat malam, dan yang lain berkata: Aku akan puasa
terus menerus dan tidak akan berhenti, dan yang lain berkata: Aku akan
menjauhi wanita, sehingga aku tidak akan menikah. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wa sallamdatang, dan beliau bersabda: Apakah kalian yang berkata
demikian, demikian? Kemudian beliau bersabda: ketahuilah bahwa aku -demi
Allah- adalah orang yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah, akan tetapi
aku berpuasa dan juga makan (berhenti berpuasa), aku sholat (malam) dan juga
tidur, dan aku juga menikahi wanita, maka barang siapa yang tidak suka dengan
sunnah (cara/jalan/metode)-ku, berarti ia bukan dari golonganku." (HRS Bukhari)
Pada kisah ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan contoh kepada
ummatnya untuk mengingkari kesalahan ahli ibadah, dan tidak membiarkannya
berjalan terus menerus. Dan inilah yang dilakukan oleh para sahabat beliau dan
ulama Ahlis Sunnah wal Jama'ah.
Tatkala sahabat Abdullah bin Mas'ud melihat sekelompok orang berkumpul-kumpul
di masjid Kufah, dan masing-masing menggenggam krikil sambil berzikir dengan
dipimpin oleh salah satu dari mereka (Zikir Berjama'ah). Kemudian pemimpin itu
mengatakan: bertakbirlah 100 kali, bertahlillah 100 kali, dan bertasbihlah 100
kali, maka sepontan Ibnu Mas'ud berkata kepada mereka: "Betapa cepatnya
kebinasaan kalian wahai ummat Muhammad! Lihatlah para sahabat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallammasih banyak jumlahnya, ini pakaian beliau (Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam) belum usang, dan bejana beliau belum pecah. Sungguh demi
Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, kalian adalah satu dari dua kemungkinan
berikut: Kalian mendapat petunjuk yang lebih baik dibanding agama Nabi Muhammad
atau orang-orang yang sedang membuka pintu-pintu kesesatan. Maka mereka
menyanggah dengan berkata: Wahai Abu Abdir rahman! Kami tidaklah menginginkan
(dari perbuatan ini) melainkan kebaikan. Maka Ibnu Mas'ud menjawab: betapa
banyak orang yang menginginkan kebaikan, akan tetapi tidak mendapatkannya.
Kemudian perowi kisah ini berkata: Dan setelah itu, kami melihat kebanyak dari
mereka memerangi kami bersama orang-orang khowarij di daerah Nahrowan."
(Diriwayatkan oleh Imam Ad Darimy)

Asma' binti Abi Bakar, Abdullah bin Az Zubair dan Ibnu Sirin mengingkari
orang-orang yang pingsan karena mendengar bacaan Al Qur'an. Ibnu Sirin berkata:
Sebagai bukti kebenaran mereka mari kita uji dengan cara membacakan Al Qur'an
kepada orang-orang itu, sedangkan mereka berada di atas pagar, kalau ia tetap
pingsan berarti ia benar, (dan bila tidak berarti itu hanya pura-pura). (Lihat
Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah 11/7-8)
Nah orang-orang sufi menjadikan kelalaian ahli ibadah ini sebagai amal ibadah
rutin dan sebagai thariqat, dengan anggapan bahwa ini semua ada contohnya dari
ulama salaf. Dan tidak jarang kisah-kisah ini tidak benar adanya, dan tak lebih
hanya cerita bohong dari sebagian orang, sebagaimana halnya kisah-kisah tentang
Syeikh Abdul Qadir Al Jaelani, bahwa beliau bisa terbang, menghidupkan orang
yang sudah mati, dan masih banyak lagi dongeng tentang beliau. Waallahul
Musta'aan.
Semoga sekelumit ulasan tentang hadits-hadits iftiraqul ummah ini bermanfaat
bagi kita, dan menjadi pilar bagi kita dalam perjuangan menuju ke Al Firqoh An
Najiyah. Amiin, wallahu a'lam bis Showaab.
***
Penulis: Muhammad Arifin bin Badri, M.A.
Artikel www.muslim.or.id

Jazakumullah Khair
Machmud Hanafi
Dhahran - KSA

________________________________
From: ZonJonggol <zonatjonggol@yahoo.com>
To: daarut-tauhiid@yahoogroups.com
Sent: Fri, January 21, 2011 11:40:02 PM
Subject: [daarut-tauhiid] Berselisih penghambat untuk sampai pada tujuan hidup
kita

Berselisih penghambat untuk sampai pada tujuan hidup kita

Dalam tulisan sebelumnya sudah kami sampaikan tentang perbedaan pemahaman adalah
kehendakNya
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/19/perbedaan-pemahaman/

Sikap kita dengan berselisih, berbantah-bantahan,bertengkar, saling membunuh
adalah salah satu yang menghambat kemajuan umat Islam.
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/17/kemajuan-umat-islam/

Berselisih, berbantah-bantahan, bertengkar, saling membunuh adalah sikap yang
tidak disukai Allah ta'ala

Kita harus dapat membedakan antara berbeda dengan berselisih. Berbeda adalah
beragam (plural) sedangkan berselisih adalah sikap atas perbedaan.

Sikap yang baik adalah sabar dan ikhlas atas kehendak Allah tsb, salah satunya
dengan saling menghargai perbedaan pemahaman.

Sungguh setiap hamba Allah yang telah bersyahadat dengan "sidqan min qalbihi"
(betul-betul keluar dari qalbu), mereka telah berjalan pada jalan yang lurus

"Tak ada satu orang pun yang bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad rasul Allah yang ucapan itu betul-betul keluar dari kalbunya
yang suci kecuali Allah mengharamkan orang tersebut masuk neraka". (H.R. Bukhari
dan Muslim).

Metode pemahaman, madzhab, manhaj, tharekat, halaqah, kelompok atau bentuk
jama'ah minal muslimin lainnya adalah diibaratkan "kendaraan" untuk berjalan di
jalan yang lurus. Keberagamaan "kendaraan" tersebutlah yang merupakan kehendak
Allah.

Sekarang marilah kita intropeksi bagaimana "kendaraan" yang telah kita gunakan
apakah dapat mengantarkan kepada tujuan kita ?.
Seberapa cepat sampai tujuan ?
Kadang tidak kita sadari , kita terlampau sibuk memperbincangkan tentang
"kendaraan" sehingga "kendaraan" tersebut tidak juga berjalan kepada tujuan.

Kemanakah tujuan kita ? surgakah ?
"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada
(agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar
dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya." ( QS An Nisaa' [4]:175 )

Surga adalah ciptaanNya sedangkan tujuan kita sampai (wushul) kepada-Nya.

Hamba Allah akan sampai (wushul) kepadaNya bisa dengan cepatnya yakni pada saat
ini juga di dunia atau berlambat-lambat ketika di akhirat nanti.

Hamba-hamba Allah yang telah sampai kepadaNya di dunia adalah mereka yang
seolah-olah melihat Allah, melihat Allah dengan hati atau muslim yang ihsan.
(Ihsan,bahasa arab yanga artinya terbaik/sempurna.)

Marilah kita bersegera kepada Allah, jangan sibuk memperbincangkan "kendaraan"
sampai lupa menjalankan kendraan atau lupa pada tujuan yang sebenarnya.

Mereka, muslim yang mendalami dan mengamalkan tentang Ihsan (tasawuf/akhlak)
mengenal "Fafirruu Ilallah" berlarilah kepada Allah.

Mudah2an para pembaca dapat memahami kami mengapa kami begitu kukuh menyampaikan
tentang Ihsan atau tasawuf dalam Islam, begitu kukuh kami mengingatkan tentang
akhlak, Insyaallah semua itu kami lakukan adalah atas persaudaraan muslim dan
mengingatkan pada tujuan kita sebenarnya dalam melangkahkan kaki di bumi ciptaan
Allah ta'ala.

Wassalam

Zon di Jonggol

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: Re: [daarut-tauhiid] Berselisih penghambat untuk sampai pada tujuan hidup kita   Persatuan dan kesatuan adalah salah satu perkara yang diwajibkan oleh Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, s...
< >