+ -

Pages

Selasa, 30 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] BerLebaran di Masjidil Haram, Mekkah.

 

 
BerLebaran di Masjidil Haram

Catatan harian terakhir di Mekkah:

Kamis malam atau 29 Ramadhan saatnya tiba untuk sholat Isya. Karena sudah telat untuk masuk kedalam masjid dan dijamin sudah penuh maka sholat dilakukan dipelataran Masjid. Dengan menggunakan kartoon bekas minuman kaleng kugelar dilantai, lalu diatasnya kugelar sajadah yang berwarna maroon.

Adzan mengumandang dilangit. Indah. Teramat melodius. Subhanallah. Ia bagai kekuatan magis yang tak ada taranya. Ia, seakan membawaku terbang ke langit sana. Seketika hening dan semua terdiam. Lamat dan pelan adzanpun usai..setiap kita mengangkat tangan, menengadah kelangit lalu diusapkan kedua tangan kewajah masing masing. Sholat Isya dimulai lalu ditutup dengan ucapan: Assalamulaikum.

Kami menanti. Di setiap jiwa bertanya-tanya, masihkah kita bertarawih malam itu? Lalu pertanyaa ini terlontar kejiran disebelah kita. Semua menjawab' Allahu 'alam, tak tahu' sambil menggerakan kedua tangan mereka. Tak satupun yang tahu. Tak lama suara mengumandang panggilan untuk sholat janazah. Kamipun berdiri takbir 3 kali, melepas sang jenazah yang pulang ke rumahNya. Usai. Kami duduk kembali…sambil selonjoran kami menanti panggilan atau azan selanjutnya untuk bertarawih (barangkali).

Dalam penantian, hati mulai mulai menaruh , syak, penuh curiga. Ah, jangan- jangan tak ada tarawih lagi, jangan-jangan besok Hari Raya. Menit berlalu..maklumat tidak kami dengar. Tak lama suara suara terdengar ' La tarawih ...La tarawih? ..Eid Mubarak! Ucap salah satu jama'ah, akhirnya kami bersorak. Jama'ah nampak bersuka ria dan tersenyum lebar. Aku sedikit agak kecewa karena ku masi mengharap bisa mendengar doa Qunutnya Shaykh Sudais.

Tak ayal merekapun buyar. Aku segera berlari kejalan mendahului mereka agar tidak terjepit oleh arus ratusan ribu jama'ah yang mencari jalan pulang. Mulailah suara klakson motor dan mobil bersahutan. Jalan yang bernama Jabal Al Ka'bah Street kugapai. Aku terus berjalan setengah berlari. Sampailah dihotel. Cuma 5 menit dari masjidil haram.

Pegawai hotel senyum menyambutku 'Eid mubarak sister..! akupun senyum balik. 'To you too Eid Mubarak, brothers! kataku. 'rememeber when you pray Fajr (subuh) stay in Masjid for Sholatul Eid, ok? otherwise you will never find space for Eid praying..' sarannya. Aku mengangguk dan berterima kasih atas sarannya.

Dengan segala rasa lega kulempar situbuh, kurebahkan diri untuk res sambil menyejukkan tubuh yang kepanasan oleh temperatur Mekkah yang alama panasnya. Dua rasa membaur antara bagia dan duka. 'Oh, Ramadhan engkau berlalu terlalu cepat' aku menarik napas dalam.

Hiruk pikuk suara klakson dan trafik serta teriakan pengatur lalu lintas diluar hotel sudah lagi tak kupedulikan. Suara-suara itu bahkan membuatku tidur. Kini aku harus berhitung waktu dan jam untuk kembali ke masjid untuk sholat subuh dan Eid.

Bayangkan jam 12 malam lewat kami harus mandi untuk persiapan sholat subuh sekaligus untuk sholat Eid. Maklum kami bertiga dan kamar mandi cuma satu. Kamipun sepakat untuk mengenakan pakaian special, yakni pakaian Lebaran berwarna krem, off white...simbol kesucian, kebersihan dan kesakralan, kira-kira begitu.

Ke Masjidil Haram, shoalt Eid.

Jam 4 pagi kutinggalkan sang hotel. Setengah berlari menuju masjid. Hmm betul saja halaman Masjid sudah mulai dipenuhi oleh kerumunan manusia. Mungkin mereka tidak pernah hengkang dari masjid karena jauh pulang atau karena memang mereka ingin dapat tempat lebih awal. Mereka minap atau mabit dimasjid. Luar biasa memang.

Begitu aku mendekat ke pintu 78, seperti biasa kukeluarkan sang sajadah dari tasku, lalu kusembunyikan sang digital kamera dilapisan sajadah. Tas yang berisikan botol berisi air zam-zam, beberapa tissue, buku notes, pulpen, strepsil dan lainya mudah dilihat sambil diraba oleh si penjaga. Aku lolos. Ah kadang mereka berpura pura saja memeriksa.. Inconsistent.

Aku masuk kedalam. Ternyata masih banyak tempat. Kutemui tempat yang cukup nyaman untuk melakukkan sholat subuh. Begitu kugelar sang sajadah aku bersegera sholat sunnah masjid 2 rakaat. Itulah sebabnya aku menyukai pintu 78 ini karena langsung ke bagian wanita. Tak apalah sholat subuh dibelakang, nanti kalau selesai, aku akan maju kedepan yang lebih dekat ke Ka'bah. Begitu rencanaku.

Sholat subuh selesai aku bergegas kedalam masjid untuk bisa sholat dimesjid lebih kedepan. Berharap bisa dekat dengan Ka'bah. Ah, bagai mimpi. Tak salah lagi mereka telah memblokir atau nge-blocked kiranya. Mungkin dari kemarin malam, rupanya.

Panitia yang bercadar hitam mencoba mengatur. Teriak dan bentakan itulah bahasa satu-satunya yang kami dengar. Bahasa yang sangat UNIVERSAL.. Hemm semua ingin dekat Ka'bah, semua ingin didepan, kalau mungkin dibelakang sang Imam. Dalam hal ini tak ada toleran, belas kasih apalagi untuk share. Semua teman saudara, ibu atau adik bahkan nenek moyang sudah booking tempat untuk sholat. Begitu gerutuku. Masing-masing ingin menyelamatkan dan menyenangkan diri. Disinilah aku melihat potret Muslim, potret kemanusiawian, bukan potret Islam. Hal ini selalu kukatakan pada sahabat muallaf agar mereka menyadari ini.

Diperkirakan hari itu terkumpul sekitar 5 juta manusia. Dan pada hari itupun penduduk Saudi atau yang selalu menyebut diri mereka sebagai 'Arabia' turun ke Makkah untuk sholat di Masjidil Haram, bahkan sejak malam 27 Ramadhan merekapun ikutan mencari malam Lailatul Qadr. Aku banyak temui mereka dan sempat berbincang dengan bahas Inggris yang terbata-bata.

Sambil terus menelusuri masjid dengan sabar, Ala kulllihal, however..kudapat tempat yang cukup nyaman. Betul-betul penuh perjuangan memang. Disebelahku seorang ibu berkulit hitam dan besar, ia mengucap salam. Kubalas. Ruangan itupun ber-Ac serta lapang. (Tidak semua ruangan ber-ac lho walau kipas angin selalu ada). Segera kulakukan sholat sunnah dua raka'at. Tak lama kudengar gaung Eid Takbir. 'Allahu Akbar..Allahu Akbar, Allahu Akbar La illah ha illahllah hu waAllahu Akbar Walillah ilhmmm..Allahu Akbar walillah hi ilham dan berulang ulang.

Subhanallah..gaung Takbir betul betul membahana keudara..bergemuruh, menggelagar membelah langit. Suara mereka yang berada di dasar lantai (basemen) pun menyahut dan menyambut hingga dilantai atas masjid. Suara-suara UmatMu ya Rabb yang haus dan dahaga mengharap akan seteguk RakhmatMu agar ia dibebaskan dari panasnya Naar.

Moga dihari yang fitri ini terbilaslah semua dosa dan kesalahan kami lewat derai air mata didepan Mu'tazamMu, terampuni lewat tawaf-tawaf diseputar kubus hitam Ka'bahMu yang megah dan agung, atau lafadz dzikir kami disudut-sudut Masjidil Haram. Moga pula siraman zam-zam yang sejuk mampu menyejukkan hati yang sering terbakar panas oleh ego-ego dan nafs yang sukar dibendung. Semoga Allah membeningkan serta menjernihkan kusamnya hati untuk tetap berTauhid kepadaMu ya Rabb. (Al Shahida)

Taqabalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. Semoga semua kesalahan kita diampuni ya Allah, dan semua amal ibadah kami diterima oleh Allah SWT. Amin

Mekkah, Jumat 12 Oktober 2007

By Al Shahida

LikeUnlike · Share
 ·

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] BerLebaran di Masjidil Haram, Mekkah.     BerLebaran di Masjidil Haram Catatan harian terakhir di Mekkah: Kamis malam atau 29 Ramadhan saat...
< >