+ -

Pages

Kamis, 28 Oktober 2010

[daarut-tauhiid] MENGGAPAI IMPIAN MULIA

 


 Bismillaah

Assalamu'alaykum wa Rohmatulloohi wa Barokatuhu

 
MENGGAPAI IMPIAN MULIA
Oleh: admin  
________________________________

Pembaca yang mulia, keselarasan hidup, keseimbangan sosial, dan kenyamanan
hubungan antara rakyat dan pemerintahnya merupakan impian semua pihak. Tak hanya
kita yang hidup di Indonesia, negeri-negeri lainpun demikian adanya. Untuk
menggapai impian mulia itu Allah dan Rasul-Nya telah memberikan
petunjuk-petunjuk baik di dalam Al-Qur'an dan di dalam hadits Nabi shalallahu
'alaihi wasallam. Petunjuk-petunjuk tersebut berkisar pada dua prinsip penting:

1. Hendaknya rakyat memposisikan pemerintahnya sebagai pemimpin yang didengar
dan ditaati.
2. Hendaknya pemerintah memperhatikan hak-hak rakyat dan mempersembahkan yang
terbaik untuk mereka.
Di dalam Al Qur'an, Allah subhanahu wata'ala telah menegaskan tentang kewajiban
menaati waliyul amr (pemerintah). Sebagaimana firman-Nya (artinya):
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil
amri (pemerintah) di antara kamu." (An Nisaa': 59)
Kewajiban taat kepada pemerintah ini sebatas dalam hal yang ma'ruf. Bila
pemerintah memerintahkan kepada hal yang mungkar, maka tidak perlu menaatinya
dengan tetap tidak memisahkan diri dari kepemimpinannya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فيِ مَعْصِيَةِ الخاَلِقِ
"Tidak ada ketaatan kepada (seorang) makhluk pun dalam bermaksiat kepada Sang
Khalik (Allah subhanahu wata'ala)." (Shahih Al Jami' Ash Shaghir no.7520)
Lalu bagaimanakah bila pemerintah (penguasa) tersebut seorang yang zhalim,
perampas hak rakyat, dan tidak berlaku adil ? Apakah masih berhak ditaati,
ataukah diberontak dan diperangi?
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sebagai penyampai dan sekaligus penjelas
wahyu-Nya, telah menyampaikan dan menjelaskan jalan terbaik yang dapat
membuahkan mashlahat (kebaikan) yang besar bagi rakyat. Sebagaimana yang
diriwayatkan dari 'Adi bin Hatim radhiallahu 'anhu, dia berkata: "Kami
mengatakan: Wahai Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam kami tidak bertanya
tentang ketaatan kepada penguasa yang bertaqwa, tetapi orang yang berbuat begini
dan begitu… (disebutkan kejelekan-kejelekan mereka), maka Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam bersabda:
وَاتَّقُوْا اللهَ وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوا
"Bertaqwalah kepada Allah! Dengar dan taatlah!" (Hasan Lighairihi, diriwayatkan
oleh Ibnu Abi 'Ashim dalam As Sunnah dan lain-lain. Lihat Al Wardul Maqthuf,
hal.32)
Sikap taat dan mendengar kepada sang penguasa walaupun dalam kondisi serba susah
dan sulit merupakan sikap yang dibimbingkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam. Jika dia merampas hak kita, maka kewajiban kita adalah bersabar dan
meminta kepada Allah hak kita yang telah dirampas itu.
Junadah bin Abu Umayyah radhiallahu anhu, berkata: "Kami berkunjung ke rumah
Shahabat 'Ubadah bin Ash Shamit ketika beliau dalam keadaan sakit, lalu kami
berkata kepadanya: "Sampaikanlah hadits kepada kami –ashlahakallah (semoga Allah
memperbaiki amalanmu, pen)– yang engkau dengar dari Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam, yang dengannya (dengan hadits tersebut –red) Allah akan
memberikan manfaat bagi kami!" Maka ia pun berkata:
دَعَانَا رَسُوْلُ اللهِ فَبَايَعْنَاه فَكَانَ فِيْمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ
بَايَعْنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِيْ مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا
وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا وَأَلاَّ نُنَازِعَ الأَمْرَ
أَهْلَهُ، قَالَ: إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ
فِيْهِ بُرْهَانٌ

"Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memanggil kami untuk berbai'at. Dan di
antara bai'atnya adalah agar kami bersumpah setia untuk mendengar dan ta'at
(kepada pemimpin) ketika kami suka maupun duka, berat maupun ringan, ataupun
ketika diperlakukan secara tidak adil. Dan agar kami tidak merebut urusan
kepemimpinan dari orang yang berhak, (beliau berkata): Kecuali jika kalian
melihat kekufuran yang nyata, yang kalian memiliki bukti di sisi Allah." (HR. Al
Bukhari dan Muslim, dengan lafadz Muslim)
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, dia berkata: "Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّـهَا سَتَكُوْنُ بَعْدِي أَثَرَةٌ وَأُمُوْرٌ تُنْكِرُونَـهَا قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللهِ كَيْفَ تَأمُرُنَا؟
"Akan muncul setelahku atsarah (penguasa yang mengutamakan diri mereka sendiri
dan tidak memberikan hak rakyatnya –red) dan perkara-perkara yang kalian
ingkari." (Para shahabat –red) bertanya: "Apa yang engkau perintahkan kepada
kami, wahai Rasulullah?" Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
تُؤَدُّوْنَ الَْحَقَّ الَّذِيْ عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الَّذِيْ لَكُمْ
"Tunaikanlah kewajiban kalian kepada mereka dan mintalah hak kalian kepada
Allah." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radhiallahu 'anhu, dia berkata: "Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَكُوْنُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لاَيَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ
بِسُنَّتِي وَسَيَقُومُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنَ فِي
جُثْمَانِ إِنْسٍ (قاَلَ حُذَيْفَةُ): كَيْفَ أَصْنَعُ يَارَسُولَ اللهِ إِنْ
أَدْرَكْتُ ذَلِِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلأَمِيْرِ وَإِنْ ضُرِبَ
ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ
"Akan datang setelahku para penguasa yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak
berpegang dengan sunnahku dan akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang
berhati syaithan dan berjasad manusia." (Hudzaifah berkata): "Wahai Rasulullah,
apa yang aku perbuat jika aku menemui hal itu?" Beliau menjawab: "Engkau dengar
dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil." (HR. Muslim)
Menurut Al Imam An Nawawi rahimahullah: "Kesimpulannya adalah adanya tuntunan
untuk bersabar terhadap kezhaliman penguasa dan tidaklah gugur ketaatan (kepada
mereka) disebabkan kezhaliman mereka." (Syarh Shahih Muslim, 12/222)
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah: "Wajib berpegang dengan jama'ah muslimin dan
penguasa-penguasa mereka walaupun mereka bermaksiat." (Fathul Bari bi Syarhi
Shahihil Bukhari)
Ketaatan itupun tetap berlaku manakala sang penguasa itu cacat atau berasal dari
bangsa budak. Shahabat Abu Dzar radhiallahu 'anhu berkata:
إِنَّ خَلِيْلِيْ أَوْصَانِي أَنْ أَسْـمَعَ وَأُطِيْعَ, وَإِنْ كَانَ عَبْدًا
مُجَدَّعَ اْلأَ طْرَافِ
"Telah mewasiatkan kepadaku kekasihku (Rasulullah) agar aku mendengar dan taat
(kepada penguasa), walaupun ia seorang budak yang terpotong hidungnya (cacat)"
(Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, 3/467, HR. Al Bukhari dalam Al Adabul
Mufrad, hal. 54)
Bahkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengancam, barangsiapa memisahkan
diri dari jama'ah dan memberontak kepada penguasanya, maka matinya adalah mati
jahiliyyah. Yaitu mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah seperti keadaan
orang-orang jahiliyyah. Ibnu 'Abbas radhiallahu anhuma berkata: "Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ فَإِنَّهُ مَنْ
فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ, فَمِيْتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
"Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak dia sukai dari penguasanya, maka
bersabarlah! Karena barangsiapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja,
kemudian ia mati, maka matinya dalam keadaan mati jahiliyyah." (HR. Al Bukhari
dan Muslim)
Kenapa harus sabar dan mengalah, bukankah penguasa itu telah berbuat zhalim dan
maksiat?
Jawabannya adalah firman Allah subhanahu wata'ala (artinya): "Dan demikianlah
Kami jadikan sebagian orang-orang zhalim itu sebagian teman (wali, pemimpin
–pent) atas sebagian yang lainnya disebabkan apa yang mereka usahakan sendiri."
(Al An'am: 192)
Al Hasan Al Bashri mengatakan: "Ketahuilah –semoga Allah memberimu 'afiah– bahwa
kezhaliman para penguasa merupakan adzab dari Allah, dan adzab Allah tidak
dihadapi dengan pedang akan tetapi dihadapi dengan do'a, taubat, kembali kepada
Allah dan mencabut segala dosa. Sungguh adzab Allah jika dihadapi dengan pedang
maka ia akan lebih bisa memotong (mudharatnya lebih besar daripada maslahatnya
-pent)." (Asy Syari'ah karya Al-Imam Al Ajurri, hal. 38)
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya berkata: "Demikianlah
Kami (Allah) berbuat terhadap orang-orang zhalim yaitu dengan Kami jadikan
sebagian orang zhalim sebagai pemimpin atas sebagian yang lainnya." (Al
Misbahhul Munir)
Inilah hakekat yang sangat perlu direnungkan. Bahwa munculnya penguasa yang
zhalim itu disebabkan oleh dosa-dosa dan kemaksiatan rakyatnya sendiri, karena
penguasa itu berasal dari rakyat juga. Sikap mencaci maki, merendahkan dan
bahkan mengafirkan penguasa akan semakin menambah kezhaliman penguasa tersebut
yang tidak hanya menimpa kepada orang-orang yang bersalah, namun juga akan
menimpa kepada orang-orang yang tidak bersalah. Akibatnya, sikap seperti ini
akan menimbulkan mudharat (kejelekan) yang lebih besar dibanding mashlahat
(kebaikan) yang diperoleh, tentunya hal ini merupakan perkara yang dilarang
dalam agama.
Perlu diketahui bahwa munculnya penguasa-penguasa yang zhalim bukan merupakan
suatu hal yang baru. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan
akan muncul penguasa-penguasa zhalim setelah sepeninggalnya. Dalam sejarah Islam
tercatat sejak para shahabat masih hidup telah muncul seorang pemimpin yang luar
biasa bengisnya melebihi para penguasa di masa ini. Penguasa itu sampai mendapat
julukan resmi dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sebagai Al Mubir
(pembinasa). Penguasa tersebut adalah Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Bukan hanya
ulama yang ia bunuh, bahkan sebagian shahabat pun ia bunuh. Jumlahnya pun bukan
sekedar ratusan, namun mencapai ribuan. Ibnu Hajar rahimahullah menukilkan
riwayat dari Hisyam bin Hassan, bahwa ia mengatakan: "Kami menghitung orang yang
dibunuh Hajjaj dengan cara shabran (dibunuh dengan cara tidak diberi makan dan
minum) mencapai 120.000 jiwa." (Tahdzibut Tahdzib, 2/211)
Meski demikian keadaannya, para ulama dan (termasuk) para shahabat yang masih
hidup pada masa itu tidak mencabut kepemimpinannya (memberontak).
Demikian pula teladan mulia dari Al Imam Ahmad rahimahullah, ketika beliau
dipenjara dan disiksa oleh penguasa yang zhalim, beliau tetap memerintahkan kaum
muslimin agar mendengar dan taat serta tidak memberontak kepada penguasa
tersebut. Beliau berkata: "Hendaknya kalian mengingkari kemungkaran tersebut
dengan menggunakan hati kalian. Dan jangan sekali-kali kalian mencabut tangan
kalian dari ketaatan, jangan kalian mematahkan tongkat persatuan kaum muslimin,
dan jangan pula kalian menumpahkan darah-darah kalian sendiri dan darah-darah
kaum muslimin. Pertimbangkan akibat dari tindakan kalian tersebut dan sabarlah
kalian sampai orang-orang yang baik meninggal dunia atau sebaliknya pimpinan
yang zhalim itulah yang meninggal dunia." (As Sunnah, hal. 90, karya Al Imam Al
Khallal)
Adapun hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap penguasa/pemerintah
adalah bahwasanya jabatan yang ia sandang saat ini adalah amanah dan karunia
dari Allah subhanahu wata'ala, yang kelak di hari kiamat akan dimintai
pertanggungjawabannya oleh Allah subhanahu wata'ala. Maka dari itu, bersikap
adillah dan bijaksanalah di dalam memimpin umat agar rahmat Allah subhanahu
wata'ala selalu mengiringinya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap dari kalian adalah pemimpin dan masing-masing akan dimintai
pertanggungjawabannya tentang yang dipimpinnya." (HR. Al Bukhari & Muslim)
سَبْعَةٌ يَظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِِِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ:
الإِمَامُ الْعَادِلُ …
"Ada tujuh golongan yang Allah berikan naungan di hari kiamat, suatu hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, …" (HR. Al Bukhari &
Muslim)
Para pembaca yang mulia, demikianlah keterangan ringkas tentang dua prinsip
penting yang harus diperhatikan oleh rakyat dan pemerintah. Yang dengan memahami
dan mengamalkannya akan tercipta bi-idznillah (dengan se-izin Allah) sebuah
keselarasan hidup dan keseimbangan sosial di negeri yang kita cintai ini.
Wallahu a'lam bish showab.
 
http://www.assalafy.org/mahad/?p=45

Walhamdulillaah

Wassalamu'alaykum wa Rohmatulloohi wa Barokatuhu

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] MENGGAPAI IMPIAN MULIA    Bismillaah Assalamu'alaykum wa Rohmatulloohi wa Barokatuhu   MENGGAPAI IMPIAN MULIA Oleh: ad...
< >