+ -

Pages

Rabu, 15 Juni 2011

[daarut-tauhiid] Lelaki Yang Baik Agamanya

 

Lelaki Yang Baik Agamanya




Oleh Yogie Edi Irawan

===========

Malam itu, ia telah membuat suatu keputusan bersejarah dalam
hidupnya. Saya sendiri yang telah menjadi saksi seorang pemuda yang
meninggalkan indahnya malam minggu waktu itu, untuk hadir menghabiskan
waktunya bersama kami dalam sebuah kumpulan. Ia sadar akan keputusan itu
dan tahu bahwa resikonya ia harus berpisah dari kumpulan-kumpulan
sebelumnya menuju kumpulan yang lebih baik dan abadi. Kumpulan di mana
kami saling melempar senyum dan beruluk salam. Kumpulan dimana kami
saling mengajak untuk beriman dan melakukan amal shalih. Kumpulan yang
membuat seseorang bermetamorfosis menjadi mukmin yang shalih. Kumpulan
dimana mukmin itu harus menjadi kupu-kupu dan mendistribusikan pesona
kebaikannya ditengah umat. Kumpulan yang ia pilih itu adalah halaqah
Islam.

Malam itu di mushola kecil, tepat tak jauh dibelakangnya berdiri
sebuah pusat pembelanjaan termegah di kota Tangerang. Bagi seorang
pemuda, malam itu sangatlah menggoda. Malam minggu dengan ritual-ritual
jahiliyah modern yang diadakan di pusat perbelanjaan. Ditambah
hiruk-pikuk kendaraan di mana muda-mudi yang bukan mahramnya
berboncengan sambil berpelukan. Gadis-gadis cantik dengan pakaian balita
hilir mudik dipinggir jalan. Tak jarang lewat didepan mushola kecil
kami. Tapi itu semua, tak sedikitpun menyurutkan langkah kakinya ke
mushola kami. Tak sedikitpun menggoda dirinya untuk bersama
kumpulan-kumpulan yang hanya membunuh waktu dan melumuri dirinya dengan
maksiat.

Ia duduk bersama kami dalam lingkaran. Mengenalkan dirinya. Dan ia
mengutarakan maksud dan tujuannya, "Saya ingin hijrah!". Itu saja.
Pendek, ringkas dan jelas. Kata-kata itu kelak menjadi isyarat bahwa
dirinya harus berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan berkomitmen
kepada Islam. Dan itu terbukti di hari-hari selanjutnya ia menjadi
orang yang selalu hadir tepat waktu dalam kumpulan kami dan tak pernah
ia tak hadir tanpa alasan syar'i. Itu menandakan tekadnya yang membaja
untuk berubah

Saya masih ingat, ketika ia pertama kali membaca Al-Qur'an.
Terbata-bata dan sedikit di eja. Tapi tak sedikitpun melumpuhkan
tekadnya untuk terus belajar. Saya juga masih ingat kalau ia berusaha
menahan untuk tidak merokok di hadapan kami karena ia malu melihat kami
tak ada yang merokok. Pernah suatu hari ia bercerita bahwa ia memiliki
seorang pacar, tapi ia tak berani mengambil keputusan untuk segera
menikah atau mengakhiri hubungan haramnya itu.

Dan hari-hari itu terus berjalan. Ia menjadi orang yang pertama.
Pertama hadir dalam halaqah. Pertama bergerak dalam setiap agenda-agenda
dakwah. Pertama yang meringankan tangannya diantara kami yang mengalami
kesusahan. Dan di hari-hari berjalan itu juga ia sudah mulai lancar
membaca Al-Qur'an. Bahkan hafalannya pun mulai bertambah. Dan ia juga
bercerita, bahwa kebiasaannya berkumpul dengan kami membuat ia terbiasa
untuk tidak merokok. Perlahan ia akhirnya berhenti merokok. Dengan
bertambahnya ilmu dan iman, tanpa perlu di antara kami menegurnya, ia
mengakhiri hubungan haramnya dengan sang pacar.

Hari ini, saat saya menulis tulisan ini, sudah tiga tahun dari malam
bersejarah itu, ia sedang berbahagia karena telah menemukan sang kekasih
hati. Seorang akhwat shalihah bersanding dengannya di pelaminan. Akhwat
yang ia baru kenal satu bulan yang lalu melalui proses ta'aruf
(perkenalan) melalui murrabi (pembimbing) kami. Ia telah mengakhiri masa
lajangnya. Dan hari ini juga ia meminta kami untuk mengumpulkan
anak-anak yatim, dan mengundangnya dihari pernikahannya. Diajaknya makan
bersama dan diberi santunan. Subhanallah. Di hari pernikahannya ia
masih ingin memberikan suatu yang terbaik untuk dicatat dalam hidupnya.

***
Dalam kehidupan beragama ini, kita mungkin sering bertanya, seperti
apakah orang yang baik agamanya itu? Apakah orang yang pengetahuan
agamanya cukup banyak? Apakah orang yang bersikap keras dalam beragama?
Sehingga mudah dalam mengharamkan sesuatu?

Mungkin kita sering menyaksikan orang yang memiliki pengetahuan agama
cukup banyak. Mereka dapat menjelaskan berbagai dalil dengan baik
bahkan bisa berdebat dengan fasih, tetapi mereka tidak benar-benar
merasakan agama sebagai dorongan dalam bertindak dan penuntun dalam
berbuat. Agama tidak memberi inspirasi dalam kehidupan mereka. Dalam hal
ini, agama mirip dengan pengetahuan kita tentang biologi atau kimia,
meskipun agama tetap memberi pengaruh bagi kehidupan orang yang
mengetahui ilmunya, serendah apapun. Acapkali mereka tidak memiliki
kebanggaan terhadap agamanya. Acapkali justru perasaan minder ketika
berbicara dengan mendasarkan pada seruan agama. Sebagai akibatnya, agama
seakan kehilangan relevansinya dengan kehidupan kita sekarang, meski
sebenarnya yang terjadi adalah kita tidak pernah berusaha memahami
kehendak agama atas kehidupan kita sehari-hari.

Atau di tempat lain, kita juga tak jarang melihat orang yang sedang
mengalami euforia dalam beragama. Mereka sedang semangat-semangatnya
menjalankan agama sehingga tak jarang sikap mereka berlebihan. Pada
umumnya, ilmu agama mereka masih dangkal. Itu sebabnya mereka sering
bertindak sangat reaktif tanpa berusaha untuk tabayyun 'konfirmasi'
ketika menjumpai perbedaan pendapat untuk soal-soal kecil yang guru-guru
mereka paling senior justru menerimanya dengan lapang dada.

Sikap mereka yang reaktif dan tampak semangat, sering kita salah
artikan sebagai militansi, padahal euforia yang tidak dikendalikan
dengan baik justru rentan terhadap futur (terputus di tengah jalan)
sehingga justru merusak militansi. Orang-orang yang mengalami euforia
sering tampak lebih bersemangat, lebih gegap gempita, dan lebih keras
reaksinya terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan apa yang
diyakini. Sikap yang berlebihan itu justru pada gilirannya menyebabkan
mereka mudah kehilangan semangat.

Simaklah beberapa nasehat Rasulullah saw. berikut ini;

"Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barangsiapa
yang pada masa lemahnya ia tetap dalam Sunnahku (petunjukku) maka dia
telah beruntung. Akan tetapi, barangsiapa yang beralih kepada selain itu
berarti ia telah celaka." (HR. Ahmad)
Rasulullah saw. juga pernah mengingatkan Abdullah bin Amr bin Ash r.a., "Wahai
Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Sebelum ini, ia rajin
bangun pada malam hari
(Shalat Tahajjud), namun kemudian ia tinggalkan
sama sekali." (HR. Bukhari)

Lalu seperti apakah orang yang baik agamanya itu? Cerita diawal tadi,
tentang seorang sahabat, mungkin bisa jadi contoh orang yang baik
agamanya. Cobalah perhatikan Al-Qura'an berbicara tentang mereka;

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari
Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang
mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal." (QS. Ali-Imran [3] : 133-136)

Lihatlah, apakah Qur'an berbicara bahwa mereka yang baik agamanya itu
orang yang cukup banyak ilmunya? Atau orang yang pandai berdebat? Atau
yang keras dalam beragama dan tidak memudahkan? Padahal Rasulullah saw.
memperingatkan kita untuk mempermudah dalam beragama dan bukan
mempersulit. Sengaja di ayat itu saya mempertebal beberapa kata, untuk
menunjukan ciri-ciri mereka dalam Al-Qur'an.
Mereka bisa jadi telah banyak memiliki ilmu agama atau bisa jadi
membaca Al-Qur'an saja sangat kesulitan. Akan tetapi, ada yang
mempersamakan mereka, baik yang sudah banyak ilmunya maupun yang awam.
Kesadaran bahwa kita sangat lemah dan senantiasa terbuka peluang untuk
melakukan kekhilafan membuat mereka mudah menerima tausiyah nasihat dan
saran sekalipun dari yang lebih muda. Adakalanya memang mereka masih
jauh ilmu agamanya dari memadai, tetapi kesiapan mereka untuk belajar,
menerima kebenaran, serta mengubah diri kearah yang lebih baik sesuai
batas kesanggupannya, menjadikan mereka mudah disentuh dengan
ayat-ayatnya.

Pembicaraan tentang mereka sesungguhnya sangat menari, tetapi saya
dapati diri saya masih amat jauh keadaannya dibanding mereka serta
sahabat yang saya ceritakan di awal. Tak patut rasanya menuliskan
panjang lebar, sementara diri ini masih perlu dipertanyakan. Karenanya,
saya cukupkan sampai di sini. Semoga Allah menjadikan kita masuk dalam
golongan orang-orang bertakwa, yang baik agamanya. Allahuma amin.
Wallahualam bi shawab.

Tangerang, 17 Juli 2010
ikhwan_gie@yahoo.co.id
http://www.gieirawan.blogspot.com/

sumber: eramuslim.com

==============
**SURYATI**
Gd. Pascasarjana FEUI
Pascasarjana Ilmu Ekonomi Lt. 2
Kampus UI
Depok

Telp : 78849152-53
Fax : 78849154
Email : y4t12002@yahoo.com, suryati06@ui.ac.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Find useful articles and helpful tips on living with Fibromyalgia. Visit the Fibromyalgia Zone today!


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] Lelaki Yang Baik Agamanya   Lelaki Yang Baik Agamanya Oleh Yogie Edi Irawan ====...
< >