+ -

Pages

Jumat, 05 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Makna Sedekah dan Zakat

 

Makna Sedekah dan Zakat
diambildari http://www.dpu-online.com

Kata sedekah ada hubungannya dengan kata shadiq-shidaqah yang berarti
persahabatan. Maknanya orang yang gemar sedekah akan memperoleh banyak sahabat,
terutama dari orang yang menerima sedekah itu. Sedekah juga berhubungan dengan
kata shidq yang artinya benar atau jujur. Maknanya bahwa pemberian sedekah akan
menumbuhkan persahabatan yang benar. Persahabatan yang dilandasi oleh nilai
kejujuran bukan persahabatan palsu.

Suap juga merupakan pemberian, bahkan biasanya pemberian dalam jumlah besar.
Tetapi praktek suap tidak akan melahirkan persahabatan yang benar dan jujur,
sebaliknya jika tujuan suap tidak tercapai, penyuapan akan berbuntut menjadi
permusuhan.

Memang zakat, infak dan sedekah (ZIS) bisa dikelola menjadi potensi ekonomi
masyarakat. Namun, psikologis ZIS lebih kepada penjalinan hubungan antar
manusia dalam keluarga, hubungan pertetanggaan dan pembinaan masyarakat secara
lebih luas. Oleh karena itu dalam agama ditetapkan tiga perioritas penerima
zakat dan sedekah, yaitu orang miskin, tetangga dekat dan kerabat. Jika banyak
orang miskin sementara yang disedekahkan sedikit, utamakan untuk orang miskin
yang masih ada hubungan kerabat dekat dan orang miskin yang menjadi tetangga
dekat.

Nabi bahkan menganjurkan agar jika di rumah memotong ayam (atau yang lain),
perbanyak kuahnya ketika memasak agar bisa memberi tetangga. Nabi bahkan
menekankan agar tidak malu memberi tetangga meski hanya 'ceker ayam'. Mengapa?
Karena tradisi saling memberi makanan antar tetangga , meski hanya makanan
sederhana sangat besar peranannya dalam mengeratkan hubungan sosial. Sebaliknya
pemberian bergengsi mungkin justru memberatkan kepada yang menerima karena ia
dibebani perasaan harus membalas dengan pemberian yang gengsinya setara.

Jadi, zakat merupakan konsep dasar dari pembangunan kesejahteraan sosial yang
harus dikembangkan secara cerdas, sejalan dengan tradisi masyarakat. Dalam
ajaran Islam disebutkan bahwa zakatnya rumah adalah menjamu tamu. Ajaran ini
bisa dikembangkan misalnya, zakatnya mobil pribadi adalah dengan sekali-sekali
mengantarkan tetangga yang membutuhkan angkutan. Begitulah seterusnya sehingga
pada setiap harta, disadari bahwa di dalamnya ada hak orang lain.

Sosiolog Ibnu Khaldun bahkan memperkenalkan istilah produk seribu orang, yakni
bahwa dalam setiap benda yang kita miliki, kata Ibn Khaldun, proses
keberadaannya telah melibatkan seribu orang. Kursi kayu yang kita duduki
misalnya melibatkan penanam kayu, penebang kayu, pembuat alat pertukangan,
tukang kayu, pembuat pelitur, pemelitur, pembuat paku, pengali tambang biji
besi sampai kepada angkutan yang membawa kursi itu ke rumah. Angka seribu yang
diperkenalkan Ibn Khaldun bukan angka matematik tetapi untuk menunjukkan betapa
banyaknya orang yang terlibat dalam proses kehadiran suatu benda. Oleh karena
itu kata Ibn Khaldun, setiap benda memiliki fungsi sosial.

Ada tiga format pemberian dengan nama yang berbeda, yaitu hadiah, hibah dan
sedekah. Hadiah adalah pemberian dari orang kecil kepada orang yang dihormati.
Misalnya persatuan guru SD memberi hadiah kepada gubernur, sebuah produk
kerajinan yang dilakukan oleh murid-murid SD. Hibah adalah pemberian dari
seseorang kepada orang yang setara tingkatnya. Pemberian yang bersifat
persahabatan atau solidaritas sesama teman. Sedekah adalah pemberian dari orang
yang lebih kuat kepada orang yang lebih lemah. Orang yang memiliki uang seratus
ribu tetapi berani bersedekah sembilan puluh ribu adalah termasuk orang kuat
dibanding orang yang memiliki sejuta rupiah tetapi tidak mampu bersedekah dalam
jumlah yang sama.

Dalam Islam diajarkan bahwa sedekah akan menghilangkan bala (bencana), as
shadaqatu tadfa`u al bala'. Maknanya orang yang gemar memberi, ia akan memiliki
banyak teman dan dicintai orang banyak secara jujur. Oleh karena itu setiap
kali datang gangguan datang kepadanya, orang banyak akan datang ramai-ramai
membantunya sehingga ia terhindar dari bencana yang tak diinginkan.

Kemampuan memberi tidak mesti berhubungan dengan banyaknya kepemilikan. Ada
orang yang hanya memiliki sedikit tetapi mampu memberi banyak, sementara ada
orang yang banyak memiliki tetapi tidak mampu memberi walau sedikit. Kemampuan
memberi berkaitan erat dengan cara berfikir.

Ada orang memiliki kambing 99 ekor, ketika sedang menggembala berjumpa dengan
seseorang yang sedang menggembalakan kambingnya satu ekor, karena hanya satu
ekor itulah kambing yang dimiliki. Dalam pikiran pemilik 99 ekor, tanggung amat
kau, kambing hanya satu, saya punya 99, maka yang ia pikirkan adalah bagaimana
memindahkan yang satu ekor itu untuk menggenapkan kambingnya menjadi seratus.
Seandainya ia berfikir untuk memberi maka akan ada rumus, biar kambingku genap,
ini yang sembilan aku berikan padamu, aku punya 90 dan engkau punya 10.

Hasan al Banna, pendiri Ikhwan Al Muslimin Mesir pernah memberi tiga nasihat
yang sangat baik. Katanya: (1) Berfikirlah untuk memberi agar orang lain
memperoleh faedahnya, (2) Berfikirlah untuk selalu menanam agar orang lain bisa
memetiknya, dan (3) Bersusahpayahlah untuk memberi kesempatan orang lain
beristirahat.

Nasihat ini sesungguhnya sangat mendalam, karena dibalik nasihat itu ada
logika-logika yang bisa dijelaskan:

1. Hendaknya semua orang dalam masing-masing kapasitasnya, sebagai pemimpin,
sebagai anak buah, sebagai suami, sebagai isteri, sebagai orang tua, sebagai
anak dan seterusnya berfikirlah untuk dapat memberi sesuai dengan posisinya.
Jangan hanya berfikir apa yang dapat saya peroleh. Bayangkan seandainya semua
karyawan dalam suatu kantor selalu bertanya apa yang dapat saya ambil dari
kantor ini. Maka pasti tak lama kemudian kantor itu bangkrut. Begitu pun negara
kita akan bangkrut jika setiap aparat negara selalu berfikir apa yang dapat
saya ambil dari negeri ini.

2. Hendaknya semua orang berfikir untuk menanam agar orang lain bisa
memetiknya. Jika semua orang berfikir menanam untuk memetik sendiri, maka tidak
ada orang tua yang mau menanam kelapa, karena tanaman kelapa biasanya baru bisa
dipetik oleh generasi anaknya. Jika orang menanam hanya untuk dapat segera
memetik buahnya maka orang lebih suka menanam bayam, tidak mau menanam pohon
jati. Nasihat ini menjadi sangat mengena karena sesungguhnya semua yang kita
petik (di pasar): buah-buahan, sayuran, dan beras adalah tanaman orang lain di
tempat lain. Yang paling berbahaya adalah jika orang hanya berfikir memetik dan
tidak mau menanam, seperti orang yang dengan rakus membabat hutan tanpa
berusaha menanam kembali. Apa yang bisa ditanam? Pohon-pohonan, ilmu
pengetahuan dan jasa. Orang bijak berkata, barang siapa menanam pasti memetik,
man zaro`a hashada, meski yang dipetik mungkin tanaman orang lain, di tempat
lain dan di kurun waktu yang lain.

3. Hendaknya semua orang memusatkan perhatian untuk bekerja keras memberi
kesempatan orang lain beristirahat. Kenapa? Karena sesungguhnya orang bisa
istirahat juga jika ada orang lain yang susah payah bekerja. Penumpang bus
Surabaya - Jakarta bisa tertidur lelap karena ada supir yang tetap terjaga.
Ibu-ibu bisa istirahat di rumah karena ada bapak dan ibu guru yang bekerja
keras mengajar anak-anak mereka di sekolah. (Prof. Dr. Achmad Mubarok MA)

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___
5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] Makna Sedekah dan Zakat   Makna Sedekah dan Zakat diambildari http://www.dpu-online.com Kata sedekah ada hubungannya dengan kat...
< >