+ -

Pages

Senin, 01 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Pendidikan Kunci Kemajuan Bangsa

*Pendidikan Kunci Kemajuan Bangsa*

Oleh : Budi Handrianto

Tatkala Perang Dunia ke-2 usai, Jepang menderita kekalahan. Beberapa
petinggi militer menghadap kaisar untuk melaporkan kekalahan tentaranya dan
negara yang hancur porak poranda. Terjadilah pembicaraan di antara mereka.
Kaisar bertanya, "Masih adakah prajurit kita?" Dijawab, "Sudah habis,
Kaisar." Kaisar bertanya lagi, "Adakah para panglima yang tersisa?" Dijawab,
"Sudah tidak ada, Kaisar. Sebagian terbunuh dalam perang, sebagian yang
hidup melakukan harakiri." Beberapa pertanyaan kaisar dijawab dengan
kepesimisan karena semua potensi bangsa dianggap sudah hancur. Terakhir
kaisar bertanya, "Apakah guru masih ada ?" Dijawab, "Masih ada, Kaisar."
Kaisar pun berkata dengan penuh semangat, "Kalau begitu, mari kita bangun
kembali negeri ini dengan para guru itu."

Kurang dari sepuluh tahun kemudian Jepang sudah berhasil membangun
ekonominya menjadi kekuatan dunia baru. Bahkan kemudian kita ketahui bersama
Amerika Serikat yang dahulu mengalahkan Jepang dalam perang fisik sekarang
secara ekonomi –terutama dalam dunia otomotif bertekuk lutut kepada Jepang.
Mobil-mobil Jepang saat ini menguasai Amerika dan mengalahkan
produsen-produsen mobil di sana.

Kisah lain, dituturkan Prof. Ahmad Tafsir, seorang Indonesia diajak
berjalan-jalan di Tokyo oleh rekan Jepangnya. Ketika berada pada sebuah
perempatan jalan, rekan Jepangnya ini menunduk dalam-dalam kurang lebih
hampir satu menit. Penasaran dengan kejadian singkat itu orang Indonesia
itupun bertanya mengapa. Ternyata rekan Jepang yang di sana menjabat posisi
penting di pemerintahan, tadi sedang menunduk untuk menghormati gurunya yang
tengah lewat.

Kedua kisah di atas menunjukkan bahwa dalam budaya Jepang guru dianggap
mahluk yang mulia, setengah keturunan dewa. Guru –salah satu komponen
penting dalam dunia pendidikan, dihargai luar biasa, termasuk diberikan
kompensasi yang tinggi. Budaya seperti ini yang membentuk Jepang menjadi
bangsa kuat yang mudah bangkit sepanjang guru masih ada di sana.

Keadaan serupa pula terjadi pada peradaban Islam masa lalu di mana--sekedar
menyebutkan contoh--pada jaman Khalifah Al Makmum guru mendapatkan
penghargaan luar biasa. Dalam acara-acara istana maupun kenegaraan, para
guru duduk bersanding di sebelah khalifah. Bahkan buku-buku karya guru
dihargai sejumlah emas yang ditimbang sama beratnya. Setiap perayaan ulang
tahun khalifah, sang guru duduk di dekat khalifah, dan diumumkan di depan
khalayak naskah tulisan terbaru sang guru. Pemerintah Al Makmum waktu itu
mengeluarkan anggaran pendidikan untuk Madrasah Nizhamiyah di kota Baghdad,
senilai hampir ekuivalen 240 ton emas murni.

Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bangsa yang maju pasti menunjukkan
perhatian yang serius terhadap dunia pendidikan, wabil khusus pendidikan
formal di sekolah. Bangsa yang mengabaikan atau kurang serius menangani
masalah pendidikan biasanya menjadi bangsa yang tertinggal.

Pendidikan Sekolah

Posisi pendidikan sekolah menjadi sangat penting sekarang ini karena telah
terjadi beberapa pergeseran budaya masyarakat. Teori pendidikan lama masih
menyebutkan bahwa sistem pendidikan itu ada tiga yaitu pendidikan formal
(sekolah), nonformal (kursus), dan informal (interaksi di luar sekolah atau
biasa disederhanakan dengan pendidikan dalam masyarakat dan rumah tangga).
Pendidikan sekolah bermaksud menjadikan murid pintar, pendidikan non formal
menjadikan murid trampil, pendidikan informal menjadikan murid berperangai
baik (akhlakul karimah).

Namun sekarang ini telah terjadi pergeseran budaya akibat perkembangan
teknologi dan globalisasi yang salah satu akibatnya adalah perubahan
struktur kerja. Pendidikan informal di rumah telah kehilangan bentuknya,
terutama di kota-kota besar. Kebanyakan orang tua, baik bapak maupun ibu di
kota besar bekerja dalam waktu yang relatif lama. Orang tua pergi bekerja
sebelum anak-anak bangun dan pulang ketika anak-anak sudah tidur. Pergi
Senin pulang Sabtu, bahkan ada orang tua yang meninggalkan rumah (karena
pekerjaan) awal bulan dan muncul lagi di rumah pada akhir bulan. Praktis
pendidikan orang tua kepada anak sekarang ini sangat minim. Maka orang tua
menyerahkan pendidikan anak 100% kepada lembaga pendidikan sekolah.

Oleh karena itu, pemerintah harus lebih serius dalam membangun sistem
pendidikan sekolah. Sekolah harus mampu menampung pendidikan formal, non
formal dan informal sekaligus. Tanggung jawab agar siswa menjadi pintar,
juga trampil sekaligus berperangai bagus menjadi milik sekolah. Oleh karena
itu perlu dikembangkan sistem pendidikan sekolah yang mampu melaksanakan
tanggung jawab tersebut dan itu –tentunya, memakan biaya yang tidak sedikit.

Saat ini pemerintah baru (berniat) mengalokasikan sekitar 20% anggaran
belanjanya untuk pendidikan. Sementara di Malaysia sudah sekitar 40%.
Sarjana-sarjana di sana telah berhasil meyakinkan pemerintahnya bahwa
investasi di bidang pendidikan sangat besar manfaatnya seperti meningkatkan
kualitas SDM, menjaga keamanan bangsa, menjamin program pemerintah berjalan
lancar dan sebagainya. Hal itulah yang menyebabkan Indonesia mempunyai daya
saing yang rendah atau menempati urutan ke-40, jauh di bawah Malaysia yang
menempati urutan ke-17.

Kenyataan di masyarakat sekarang ini kita dapati suatu adegium bahwa sekolah
yang bagus adalah sekolah yang mahal. Atau sekolah yang mahal pasti bagus.
Sebaliknya, sekolah murah pasti kurang bagus atau sekolah yang kurang bagus
biasanya murah. Ketika berhadapan dengan pemikiran bahwa setiap warga negara
harus mendapatkan pendidikan yang bagus, maka sebagai sintesis terhadap
kedua hal di atas (setiap anak harus sekolah dan sekolah yang bagus pasti
mahal) adalah dengan melakukan subsidi silang. Murid yang kaya mensubsidi
murid yang miskin. Katakanlah, satu orang tua murid yang kaya membiayai tiga
orang murid miskin sehingga semua bisa sekolah. Selain itu perlu dibuat
badan-badan wakaf untuk membangun sekolah –tidak sekedar membangun masjid.
Kondisi masyarakat selama ini akan sulit mendirikan sekolah ketimbang
mendirikan masjid karena sebagian besar paradigma masyarakat beranggapan
bahwa hanya membangun masjid yang mendapatkan pahala besar di akhirat.
Padahal membangun sekolah, lab komputer, lab bahasa, perpustakaan dan
sebagainya mendapatkan pahala yang besar juga jika diniatkan sebagaimana di
atas.

Cara praktis yang lain adalah pemerintah turun tangan untuk menangani dan
menghasilkan sebanyak mungkin sekolah bagus. Beban biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sekolah bagus ditanggung oleh negara. Untuk itu alokasi
APBN/APBD untuk pendidikan harus ditambah.

Pendidikan Karakter

Pendidikan yang menyebabkan suatu bangsa maju adalah pendidikan yang
berbasis karakter bangsa. Tujuan pendidikan nasional haruslah mengacu pada
karakter tersebut. Dari undang-undang yang pernah dibuat selama ini yaitu
UU tahun 1947, 1950, 1954, 1967 (Tap MPR), UU No. 2/1989 dan terakhir UU No.
20/2003 belum ada yang menyebut secara eksplisit pendidikan karakter atau
nilai di dalamnya. Upaya dan beberapa kegiatan nasional berkaitan dengan
pendidikan karakter sudah mulai banyak dilakukan, termasuk oleh Mendiknas
baru-baru ini, namun hasilnya belum kelihatan. Perlu ada gerakan nasional
yang masif dan didukung oleh instrumen perundang-undangan yang memadai.

Selama ini pendidikan karakter, nilai atau akhlak diserahkan hanya kepada
guru agama. Tentu saja hal ini sangat kurang dan tidak efektif. Guru-guru
lain kurang bisa memasukkan unsur nilai dalam pelajaran yang diajarkannya.
Seperti ketika guru Biologi menjelaskan tentang tanaman dan tumbuhan,
semestinya masuk di dalamnya pelajaran cinta dan bagaimana menjaga
lingkungan hidup. Guru pun semestinya memberikan contoh langsung dari
pelajarannya. Pendidikan karakter menghendaki adanya keteladanan dan
pembiasaan. Kedua hal tersebut apabila diterapkan sudah membuat keberhasilan
sekitar 60% dari proses pendidikan. Keteladanan, pembiasaan, dan motivasi
harus sering diberikan oleh semua guru sehingga murid mendapatkan karakter
atau akhlak seperti yang diinginkan.

Tentu masih banyak hal lain dalam dunia pendidikan yang perlu dibenahi dan
dijadikan penekanan (stressing) dalam prosesnya. Namun jika pemerintah
menseriusi salah satu saja untuk melangkah kepada perbaikan selanjutnya, itu
sudah lebih dari cukup. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Kegagalan
dalam pengelolaan pendidikanlah yang membuat bangsa ini tertinggal dan tidak
mampu bersaing dengan dunia internasional.

Wallahu a'lam.


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

5 Daarut Tauhiid: [daarut-tauhiid] Pendidikan Kunci Kemajuan Bangsa *Pendidikan Kunci Kemajuan Bangsa* Oleh : Budi Handrianto Tatkala Perang Dunia ke-2 usai, Jepang menderita kekalahan. Beberapa petinggi mili...
< >